Oleh: Untoro Hariadi
Selama ini pangan lokal sering kalah bersaing dengan beras, yang dianggap sebagai makanan pokok utama. Padahal, ketergantungan pada satu jenis pangan seperti beras justru membuat sistem pangan kita rentan terhadap guncangan, baik itu perubahan iklim, krisis ekonomi, atau bencana alam.
Pangan lokal, dengan keanekaragamannya, dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan tersebut. Dengan memanfaatkan pangan lokal, desa-desa dapat menciptakan sistem pangan yang lebih mandiri dan tahan terhadap berbagai tantangan. Misalnya, di daerah yang rawan kekeringan, tanaman seperti sorgum atau jewawut bisa menjadi alternatif pangan yang lebih tahan terhadap cuaca ekstrem. Dengan demikian, pangan lokal tidak hanya menjamin kecukupan pangan, tetapi juga meningkatkan ketahanan pangan di tingkat desa.
Selain sebagai sumber pangan, pangan lokal juga erat kaitannya dengan kearifan lokal dan budaya masyarakat setempat. Setiap pangan lokal biasanya memiliki cerita, tradisi, dan cara pengolahan yang khas, yang telah diwariskan secara turun-temurun. Misalnya, proses pembuatan sagu di Maluku atau Papua tidak hanya sekadar menghasilkan makanan, tetapi juga menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat setempat.
Selain itu, pangan lokal juga lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pangan impor atau pangan yang dihasilkan dari sistem pertanian monokultur. Pangan lokal biasanya ditanam dengan sistem pertanian yang lebih berkelanjutan, seperti pertanian organik atau agroforestri, yang menjaga keseimbangan ekosistem. Dengan mengonsumsi pangan lokal, kita juga turut mengurangi jejak karbon karena pangan lokal tidak memerlukan transportasi jarak jauh seperti halnya pangan impor.
Tantangan
Pengembangan pangan lokal masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah persepsi masyarakat yang masih menganggap pangan lokal sebagai makanan “ndeso” atau kurang bergengsi. Hal ini diperparah dengan kurangnya edukasi tentang nilai gizi dan manfaat pangan lokal. Selain itu, infrastruktur dan teknologi pengolahan pangan lokal yang masih terbatas juga menjadi kendala. Banyak pangan lokal yang memerlukan proses pengolahan yang rumit, sehingga kurang praktis untuk dikonsumsi sehari-hari.
Tantangan lain adalah kurangnya dukungan dari pemerintah dan kebijakan yang belum sepenuhnya berpihak pada pangan lokal. Selama ini, kebijakan pangan masih lebih fokus pada komoditas utama seperti beras, jagung, dan kedelai, sementara pangan lokal sering kali terabaikan. Padahal, dengan dukungan yang tepat, pangan lokal bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah ketahanan pangan di tingkat desa.
Langkah Strategis
Untuk mengoptimalkan potensi pangan lokal, diperlukan langkah-langkah strategis. Pertama, pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan yang mendukung pengembangan pangan lokal, seperti memberikan insentif bagi petani yang menanam pangan lokal, membangun infrastruktur pengolahan, dan memasukkan pangan lokal ke dalam program pangan nasional.
Kedua, edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya pangan lokal perlu digencarkan. Masyarakat perlu disadarkan bahwa pangan lokal bukan hanya sekadar alternatif, tetapi juga solusi untuk mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan. Kampanye-kampanye seperti “Ayo Makan Pangan Lokal” bisa menjadi langkah awal untuk mengubah persepsi masyarakat.
Ketiga, inovasi dalam pengolahan pangan lokal perlu ditingkatkan. Dengan teknologi yang tepat, pangan lokal bisa diolah menjadi produk yang lebih praktis dan menarik, seperti tepung sorgum, mie dari umbi-umbian, atau minuman dari buah lokal. Inovasi ini tidak hanya akan meningkatkan nilai ekonomis pangan lokal, tetapi juga membuatnya lebih diterima oleh masyarakat luas.
Penutup
Pangan lokal adalah aset berharga yang dimiliki oleh desa-desa di Indonesia. Dengan keanekaragamannya, pangan lokal tidak hanya mampu menjamin kecukupan pangan, tetapi juga menjaga kearifan lokal dan keberlanjutan lingkungan. Untuk mengoptimalkan potensinya, diperlukan dukungan dari semua pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga sektor swasta. Dengan menjadikan pangan lokal sebagai fondasi sistem pangan, kita bisa membangun ketahanan pangan yang mandiri, berkelanjutan, dan berbasis pada kekuatan lokal. Pangan lokal bukan sekadar pilihan, melainkan kebutuhan untuk masa depan yang lebih baik.
(Artikel ini telah terbit di harian Kedaulatan Rakyat, 18 Februari 2025)
Dr. Untoro Hariadi
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Janabadra