Kembalinya Dire Wolf?

sumber ilustrasi: unsplash

Desanomia [9.4.2025] Tiga anak serigala yang telah direkayasa secara genetik dan memiliki ciri-ciri menyerupai dire wolf yang punah kini ditemukan tengah berkembang di lokasi rahasia di Amerika Serikat. Perusahaan bioteknologi Colossal Biosciences, yang terlibat dalam proyek ambisius ini, mengklaim bahwa mereka tengah mengusahakan untuk menghidupkan kembali spesies yang telah punah, termasuk dire wolf, yang punah lebih dari 10.000 tahun lalu.

Anak-anak serigala tersebut, yang berusia antara tiga hingga enam bulan, memiliki penampilan yang sangat mirip dengan dire wolf yang punah. Mereka memiliki rambut panjang berwarna putih, rahang yang lebih kuat, dan tubuh yang kekar. Berat mereka sudah mencapai sekitar 80 pon dan diperkirakan akan mencapai 140 pon saat dewasa, menjadikannya lebih besar daripada serigala abu-abu modern, yang merupakan kerabat terdekat dari dire wolf.

Dire wolf adalah salah satu predator besar yang pernah menghuni Amerika Utara, namun mereka punah sekitar 10.000 tahun lalu, kemungkinan besar akibat perubahan iklim yang drastis dan perburuan oleh manusia purba. Dire wolf diketahui memiliki tubuh yang jauh lebih besar dan lebih kuat daripada serigala abu-abu yang ada saat ini. Proyek yang dilakukan oleh Colossal Biosciences ini bertujuan untuk mereplikasi beberapa ciri fisik dire wolf yang hilang menggunakan teknologi rekayasa genetik.

Untuk merealisasikan proyek ini, para ilmuwan di Colossal Biosciences memanfaatkan teknologi CRISPR, yang memungkinkan mereka melakukan modifikasi genetik pada sel darah serigala abu-abu. Mereka mengidentifikasi gen-gen spesifik yang berkaitan dengan ciri-ciri fisik dire wolf dengan mempelajari fosil-fosil yang ditemukan. Salah satu sumber yang digunakan adalah gigi dire wolf berusia 13.000 tahun yang ditemukan di Ohio dan potongan tengkorak berusia 72.000 tahun yang ditemukan di Idaho, keduanya ada dalam koleksi museum sejarah alam.

Setelah mengetahui gen yang perlu dimodifikasi, para ilmuwan mengambil sel darah dari serigala abu-abu yang masih hidup dan menggunakan teknik CRISPR untuk mengubah sekitar 20 lokasi genetik dalam sel tersebut. Selanjutnya, gen-gen yang telah dimodifikasi dimasukkan ke dalam sel telur anjing domestik untuk menciptakan embrio. Embrio tersebut kemudian dipindahkan ke induk pengganti, juga anjing domestik, dan dalam waktu 62 hari, anak-anak serigala yang telah dimodifikasi genetiknya pun lahir.

Meskipun anak-anak serigala ini mungkin terlihat seperti dire wolf muda, para ilmuwan menyadari bahwa mereka tidak akan dapat mereplikasi perilaku asli dire wolf. Matt James, ahli perawatan hewan utama di Colossal Biosciences, mengungkapkan bahwa meskipun anak-anak serigala ini dapat memiliki penampilan yang mirip, mereka tidak akan pernah belajar cara berburu atau mengembangkan keterampilan bertahan hidup yang dimiliki oleh dire wolf asli. Sebagai contoh, mereka tidak akan memiliki orang tua yang dapat mengajarkan mereka cara berburu rusa besar atau mammoth, yang merupakan mangsa utama dire wolf.

Ini bukan pertama kalinya Colossal Biosciences terlibat dalam upaya untuk menghidupkan kembali spesies yang telah punah. Sebelumnya, perusahaan ini juga mengumumkan proyek serupa untuk menciptakan kembali mammoth berbulu lebat dan burung dodo yang telah punah. Dengan menggunakan teknologi yang sama, Colossal berusaha untuk menghidupkan kembali ciri-ciri fisik dari spesies yang telah lama hilang dari Bumi.

Sementara itu, Colossal juga mengungkapkan bahwa mereka baru-baru ini berhasil mengkloning empat serigala merah, spesies yang sangat terancam punah di tenggara Amerika Serikat. Dengan mengkloning serigala merah ini, mereka bertujuan untuk meningkatkan keragaman genetik dalam populasi serigala merah yang sekarang hanya tersisa sedikit di alam liar. Upaya ini menunjukkan bahwa teknologi rekayasa genetik tidak hanya digunakan untuk menghidupkan kembali spesies yang telah punah, tetapi juga untuk melindungi dan meningkatkan populasi spesies yang masih ada, meskipun terancam punah.

Namun demikian, meski proyek ini menunjukkan kemajuan yang mengesankan dalam hal teknologi dan ilmu pengetahuan, banyak ilmuwan independen yang tetap mengingatkan bahwa menghidupkan kembali spesies yang telah punah seperti dire wolf bukanlah hal yang sederhana. Menurut Vincent Lynch, seorang ahli biologi dari University at Buffalo, meskipun teknologi ini memungkinkan ilmuwan untuk menciptakan penampilan fisik yang mirip dengan spesies yang punah, hal ini tidak akan mengembalikan peran ekologis spesies tersebut dalam ekosistem yang ada saat ini.

Lynch menekankan bahwa fungsi ekologis yang dimainkan oleh dire wolf di masa lalu—seperti berburu dan mengendalikan populasi hewan lain—tidak bisa kembali dilakukan oleh spesies yang telah dimodifikasi ini. Habitat di mana dire wolf pernah hidup telah berubah secara signifikan, dan banyak faktor ekologi yang telah bergeser. Karenanya, meski menciptakan kembali dire wolf bisa jadi pencapaian ilmiah yang luar biasa, mereka tidak akan bisa menjalankan peran yang sama di ekosistem modern yang ada sekarang.

Selain itu, adanya teknologi ini juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana spesies yang telah punah dapat berinteraksi dengan lingkungan yang sekarang. Dire wolf dan mamut berbulu lebat, misalnya, hidup dalam kondisi iklim yang sangat berbeda dibandingkan dengan iklim global saat ini, yang telah mengalami pemanasan drastis akibat perubahan iklim. Oleh karena itu, meskipun rekayasa genetik dapat menghasilkan individu yang menyerupai spesies yang punah, mereka mungkin tidak dapat bertahan hidup di dunia yang telah berubah drastis.

Buah Pikiran

Proyek ini sangat menarik dan menunjukkan kemajuan teknologi yang luar biasa dalam bidang bioteknologi dan rekayasa genetik. Namun, perlu mempertimbangkan dengan hati-hati implikasi ekologis dan etis dari upaya untuk menghidupkan kembali spesies yang telah punah. Menghidupkan kembali dire wolf, meskipun secara fisik mungkin berhasil, tidak akan mengembalikan keseimbangan ekologis yang telah hilang bersamanya. Selain itu, habitat yang telah berubah drastis dan ketidakseimbangan ekosistem yang ada sekarang bisa membuat keberadaan mereka tidak relevan atau bahkan berisiko. Sehingga meski kemajuan ini patut diapresiasi, kita harus berpikir lebih jauh mengenai dampak jangka panjang terhadap alam dan spesies lain sebelum terlalu cepat merayakan kembalinya spesies yang telah lama punah. (NJD)

Sumber: apnews

Link: https://apnews.com/article/dire-wolf-colossal-biosciences-de-extinction-56d6c192c5d968731b448081aa4149fe

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *