sumber ilustrasi: unsplash
14 Apr 2025 15.00 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [14.4.2025] Rencana tarif baru Presiden Donald Trump terhadap produk perikanan, termasuk udang beku, menimbulkan kekhawatiran besar di India. Negara yang merupakan pengekspor udang terbesar ke Amerika Serikat itu menghadapi ancaman tarif hingga 26%, yang dapat mengguncang pengiriman lebih dari 2.000 kontainer ke pasar AS. Sementara itu, Ekuador, sebagai kompetitor utama, diperkirakan akan diuntungkan karena hanya dikenai tarif 10% dan memiliki lokasi yang lebih dekat ke Amerika Serikat.
Langkah proteksionis ini mengancam industri ekspor udang India senilai USD 7 miliar yang sangat bergantung pada jaringan ritel besar seperti Walmart, Kroger, dan Costco. Meski tarif penuh baru akan diberlakukan pada Juli, tarif sementara sebesar 10% telah menyebabkan para eksportir menurunkan harga hingga 10%. Petambak pun mulai merasakan imbasnya.
Di desa Ganapavaram, Andhra Pradesh — jantung produksi udang India — para petambak seperti S.V.L. Pathi Raju mengaku mengalami kerugian besar akibat harga jual yang anjlok. Ia mengatakan tidak tahu kepada siapa harus mengadu atas masalah harga yang tak menentu. Petambak lain, Uppalapati Nagaraju, menyebut bahwa ia bahkan tidak mengenal konsep tarif saat mulai menanam udang. Ia mengungkapkan penyesalan karena memulai budidaya hanya dua minggu sebelum tarif diumumkan.
Andhra Pradesh menyumbang 92% dari ekspor udang India ke AS, dengan 300.000 petambak bergantung pada industri ini. Namun kini, eksportir dan pemerintah daerah sedang menyusun strategi ekspor baru untuk mengalihkan pasar ke Tiongkok dan Uni Eropa. Meski begitu, mereka khawatir akan tekanan tambahan dari Ekuador yang kini berpotensi memperluas pangsa pasar dengan tarif yang lebih rendah.
Presiden Kamar Akuakultur Nasional Ekuador, Jose Antonio Camposano, menilai bahwa meskipun permintaan udang olahan dari AS meningkat, negaranya belum sepenuhnya mampu menggantikan produksi India. Ia juga memperingatkan bahwa langkah India untuk mencari pasar alternatif dapat meningkatkan persaingan di wilayah yang sama dengan Ekuador.
Sementara itu, proses produksi udang di India masih berjalan seperti biasa. Di salah satu pabrik pengolahan, udang dibersihkan, dipilah otomatis berdasarkan ukuran, lalu diperiksa secara manual sebelum dibekukan dan dikirim ke pelabuhan. Perjalanan menuju AS biasanya memakan waktu hingga 40 hari, menuju kota-kota seperti New York, Houston, dan Miami.
Namun, Ketua Asosiasi Eksportir Makanan Laut India, G. Pawan Kumar, menyampaikan kekhawatirannya karena tarif 10% saja sudah melampaui margin keuntungan industri yang hanya 3-4%. Ia mengatakan bahwa jika tarif 26% diterapkan, itu bisa menjadi pukulan akhir bagi eksportir. Seorang eksportir yang meminta anonimitas mengungkapkan bahwa ia tengah bernegosiasi ulang dengan klien AS yang tidak bersedia menanggung tarif tambahan. Ia khawatir akan menderita kerugian besar dari ratusan kontainer yang telah dikemas dengan harga lama.
Di sisi lain, Walmart di Texas masih menjual udang beku dari India dengan harga USD 7,92 per bungkus jumbo di bawah label “Great Value.” Pihak Walmart menyatakan akan tetap mempertahankan hubungan jangka panjang dengan para pemasok mereka, termasuk dari India.
Buah Pikiran
Tarif perdagangan yang diberlakukan secara sepihak seperti ini menunjukkan betapa rentannya negara berkembang terhadap dinamika politik dan ekonomi negara maju. Ketergantungan India terhadap satu pasar ekspor utama seperti AS telah menjadi titik lemah yang kini diekspos secara nyata. Situasi ini harus dijadikan momentum untuk melakukan reformasi struktural dalam strategi ekspor dan distribusi pasar.
Untuk jangka panjang, India perlu memperkuat daya saing industri perikanannya dengan peningkatan kualitas produk, diversifikasi tujuan ekspor, serta menjalin kerja sama perdagangan yang lebih seimbang dan saling menguntungkan. Ketahanan industri perikanan tidak cukup hanya dengan mengejar volume, tetapi juga membutuhkan kebijakan luar negeri yang lincah dan perlindungan terhadap pelaku usaha kecil yang terdampak paling berat dari kebijakan global yang berubah-ubah.
Sumber: reuters