Makhluk Hidup yang Mampu Bertahan di Mars

sumber ilustrasi: freepik

23 Apr 2025 10.30 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [23.4.2025] Dua spesies lichen (Lumut kerak. Suatu organisme majemuk yang merupakan suatu bentuk simbiosis mutualisme erat dari fungus dengan mitra fotosintetik, yang dapat berupa alga hijau atau sianobakteri) asal Bumi menunjukkan ketahanan luar biasa terhadap kondisi ekstrem seperti di Planet Mars, menurut hasil studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal IMA Fungus pada 31 Maret lalu. Temuan ini memperkuat kemungkinan bahwa beberapa bentuk kehidupan dapat bertahan di lingkungan luar Bumi yang keras, dan membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut dalam bidang astrobiologi dan eksplorasi luar angkasa.

Dalam eksperimen yang dilakukan oleh para peneliti dari Pusat Penelitian Antariksa Akademi Ilmu Pengetahuan Polandia di Warsawa, dua spesies lichen, Diploschistes muscorum dan Cetraria aculeata, dimasukkan ke dalam ruang hampa yang mensimulasikan kondisi atmosfer, tekanan, dan suhu Mars. Organisme-organisme ini kemudian dipaparkan pada radiasi pengion setara dengan satu tahun di Mars, yang dikompres menjadi hanya lima jam.

Hasilnya menunjukkan bahwa kedua spesies tetap aktif secara metabolik selama pengujian berlangsung. Dari dua spesies tersebut, D. muscorum menunjukkan ketahanan paling tinggi dengan tingkat kerusakan sel yang lebih rendah. Hal ini mengindikasikan adanya variasi kemampuan bertahan di antara jenis-jenis lichen terhadap lingkungan Mars yang ekstrem.

Lichen, yang merupakan asosiasi simbiotik antara jamur dan organisme fotosintetik seperti alga atau bakteri, telah lama dikenal sebagai ekstremofil, yakni organisme yang mampu bertahan hidup dalam kondisi ekstrem seperti tanpa air, suhu tinggi, atau bahkan ruang hampa. Kemampuan adaptasi ini menjadikan mereka subjek menarik dalam studi mengenai kemungkinan bentuk kehidupan yang dapat dibawa atau dikembangkan di luar Bumi.

Kaja Skubała, peneliti dari Institut Botani di Universitas Jagellonia, menyatakan bahwa studi ini memperluas pemahaman tentang bagaimana organisme yang terhidrasi merespons paparan radiasi dalam kondisi Mars buatan. Menurutnya, hasil ini tidak hanya relevan bagi sains dasar tetapi juga penting dalam konteks perencanaan kolonisasi atau eksperimen biologi luar angkasa di masa depan.

Meski demikian, para ilmuwan menegaskan bahwa keberhasilan lichen bertahan hidup dalam simulasi Mars tidak berarti mereka bisa hidup mandiri dalam jangka panjang di planet tersebut. Ketidakhadiran air cair di permukaan Mars masih menjadi faktor utama yang membatasi kelangsungan hidup organisme Bumi di sana.

Selain lichen, makhluk ekstremofil lain yang telah lama dikaji sebagai kandidat untuk eksplorasi Mars adalah tardigrade. Makhluk mikroskopik ini dapat bertahan dalam kondisi ekstrem, termasuk ruang hampa, suhu ekstrem, dan dehidrasi total. Spesies lain seperti lumut gurun dan mikroorganisme bersel tunggal juga menunjukkan potensi serupa jika berada dalam lingkungan yang cukup terlindungi, seperti di bawah permukaan Mars.

Ironisnya, makhluk hidup pertama yang akan benar-benar mendarat di Mars kemungkinan besar bukan organisme ekstrem, melainkan manusia. NASA merencanakan misi berawak ke Planet Merah pada 2030-an, yang akan menjadi ujian besar bagi kemampuan manusia untuk bertahan di lingkungan yang sangat tidak ramah.

Buah Pikiran

Temuan bahwa lichen mampu bertahan hidup dalam kondisi Mars buatan memberikan harapan baru dalam studi astrobiologi dan membuka jalan bagi pendekatan interdisipliner dalam memahami batas-batas kehidupan. Eksperimen ini menunjukkan bahwa kehidupan tidak hanya terbatas pada parameter lingkungan yang umum kita kenal di Bumi, namun mampu menunjukkan fleksibilitas luar biasa ketika dihadapkan pada kondisi ekstrem.

Meski begitu, penting untuk dicatat bahwa keberhasilan lichen ini tidak berarti kolonisasi Mars menjadi lebih mudah atau segera dapat dilakukan. Ketahanan biologis adalah hanya satu dari sekian banyak aspek kompleks dalam eksplorasi luar angkasa. Keberlangsungan hidup di Mars tetap membutuhkan infrastruktur pendukung, teknologi yang matang, dan pemahaman mendalam tentang dinamika lingkungan planet tersebut.

Namun demikian, eksperimen seperti ini adalah langkah penting menuju masa depan yang lebih besar: masa depan di mana eksplorasi tidak lagi sekadar mengamati, melainkan juga membawa serta kehidupan Bumi, tidak hanya untuk bertahan, tapi untuk berkembang. Studi ini mengingatkan kita bahwa bahkan bentuk kehidupan paling sederhana pun memiliki potensi besar untuk beradaptasi dan menginspirasi langkah-langkah ilmiah menuju cakrawala baru. (NJD)

Sumber: Livescience

Link: https://www.livescience.com/space/mars/life-on-mars-could-survive-so-long-as-youre-one-of-these-strange-hybrid-lifeforms

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *