Kemampuan Pohon yang Belum Terungkap

Sumber ilustrasi: pixabay

5 Mei 2025 21.05 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [05.5.2025] Pohon selama ini dikenal sebagai penyerap karbon dioksida, gas rumah kaca yang mempercepat pemanasan global. Namun, sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa pohon juga menyerap gas metana, yang dampaknya terhadap iklim jauh lebih kuat dibanding karbon dioksida. Temuan ini memperkuat urgensi untuk melindungi hutan sebagai elemen vital dalam upaya memperlambat laju perubahan iklim.

Gas metana di atmosfer sebagian besar berasal dari aktivitas manusia seperti pertanian, pembuangan sampah di tempat terbuka, dan pembakaran bahan bakar fosil. Meski begitu, metana juga berasal dari sumber alami seperti mikroba di tanah basah. Pohon-pohon yang tumbuh di lingkungan basah telah lama diketahui berperan dalam emisi metana, karena mereka menyerap gas tersebut dari tanah dan melepaskannya melalui batang.

Vincent Gauci, ilmuwan lingkungan dari University of Birmingham, mempelajari emisi metana dari pohon. Dirinya sudah mengetahui bahwa pohon tropis di wilayah basah mengeluarkan metana melalui batang. Gauci kemudian mencoba meneliti perilaku pohon di lingkungan yang lebih kering. Awalnya dirinya memperkirakan bahwa pohon-pohon ini juga melepaskan metana, meskipun dalam jumlah lebih kecil.

Namun hasil yang ditemukan justru mengejutkan. Gauci mengungkapkan bahwa pohon-pohon di wilayah kering malah menyerap metana dari atmosfer, kebalikan dari yang selama ini diasumsikan. Dirinya menambahkan bahwa jika perilaku ini terjadi di banyak pohon di seluruh dunia, maka jumlah metana yang diserap bisa sangat signifikan.

Penemuan ini bermula dari pendekatan berbeda dalam mengukur pertukaran gas. Biasanya, pengukuran dilakukan di bagian bawah batang karena metana berasal dari akar. Namun tim Gauci memilih untuk mengukur di bagian batang yang lebih tinggi, dengan harapan mendapatkan estimasi yang lebih akurat mengenai jumlah emisi dari seluruh pohon.

Dua mahasiswa yang bekerja bersama Gauci melakukan pengukuran di dua lokasi: Inggris dan Panama. Hasil dari kedua lokasi kemudian dibandingkan untuk melihat pola umum dalam pertukaran metana dari batang pohon.

Hipotesis awal mereka adalah bahwa emisi metana akan menurun seiring meningkatnya ketinggian batang, dan pada titik tertentu emisinya akan mendekati nol. Namun, yang mereka temukan lebih kompleks. Saat pengukuran dilakukan sekitar tinggi dada, angka menunjukkan bahwa pohon justru mulai menyerap metana.

Gauci mengatakan bahwa saat melihat pola ini, tim peneliti sangat terkejut. Mereka kemudian kembali meninjau data lama dari hutan hujan Amazon dan menemukan pola serupa. Sekitar satu meter dari permukaan tanah, pohon beralih dari mengemisikan ke menyerap metana.

Untuk memverifikasi hasil ini, tim memperluas studi mereka ke pohon-pohon di Swedia. Total, mereka menganalisis 100 pohon di Brasil, 18 di Swedia, dan masing-masing 24 pohon di Panama dan Inggris. Hasil rata-rata dari keempat wilayah menunjukkan pola yang sama: pohon menyerap lebih banyak metana daripada yang dilepaskan.

Untuk mengukur jumlah metana yang diserap, para peneliti membangun ruang udara yang mengelilingi batang pohon. Ruang tersebut disegel dengan plastik dan busa, lalu kadar metana dalam udara tersebut diukur menggunakan alat penganalisis laser. Dengan begitu, variasi kadar metana dapat dianalisis seiring waktu.

Kecepatan pertukaran gas bervariasi di setiap wilayah. Di daerah dingin seperti Inggris dan Swedia, dibutuhkan lebih dari 20 menit hingga kadar metana dalam ruang pengukuran menjadi stabil. Sebaliknya, di wilayah tropis yang hangat, pertukaran metana berlangsung hanya dalam beberapa menit.

Temuan ini mengindikasikan bahwa kontribusi pohon dalam mengurangi gas rumah kaca jauh lebih besar dari yang selama ini diyakini. Sementara sebelumnya pohon hanya dianggap sebagai penyerap karbon dioksida, kini mereka juga terbukti berperan dalam menyerap metana secara aktif dari atmosfer.

Buah Pikiran

Penemuan bahwa pohon juga berfungsi sebagai penyerap metana menambah dimensi baru dalam memahami peran ekologisnya. Ini memberikan dasar ilmiah yang lebih kuat untuk mendesak perlindungan dan pemulihan hutan sebagai bagian tak terpisahkan dari kebijakan iklim global. Dengan efek metana yang jauh lebih kuat terhadap pemanasan global dibanding karbon dioksida, fakta bahwa pohon dapat menyerapnya memberikan harapan nyata terhadap upaya mitigasi perubahan iklim, terutama di tengah kondisi global yang semakin mendesak.

Akan tetapi penelitian ini juga menunjukkan bahwa manfaat ekologis dari pohon sangat tergantung pada konteks iklim lokal. Ini berarti, strategi perlindungan hutan tidak bisa diseragamkan begitu saja, melainkan harus mempertimbangkan wilayah, iklim, dan jenis pohonnya. Dengan kata lain, pendekatan ilmiah yang lebih spesifik dan berbasis data diperlukan untuk memaksimalkan kontribusi alami pohon terhadap kestabilan atmosfer. Di masa depan, riset lanjutan dan pemetaan lebih rinci terhadap spesies pohon dan kemampuan menyerap gas rumah kaca bisa menjadi peta jalan bagi aksi iklim yang lebih tepat sasaran. (NJD)

Sumber: ScienceNewsExplores

Link: https://www.snexplores.org/article/trees-absorb-methane-climate

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *