Sumber ilustrasi: pixabay
7 Mei 2025 09.45 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [07.5.2025] Penelitian terbaru dari University of Helsinki mengungkapkan bahwa penggunaan pestisida dalam praktik pertanian intensif dapat berdampak negatif pada spesies non-target yang hidup di lingkungan pertanian. Meski demikian, para peneliti mencatat bahwa tingkat dampaknya sangat tergantung pada jenis zat kimia yang digunakan.
Pertanian intensif selama ini dikenal sebagai salah satu penyebab utama hilangnya keanekaragaman hayati secara global. Selain menyebabkan kerusakan habitat dan fragmentasi wilayah alami, pertanian skala besar juga menyumbang tekanan lingkungan melalui penggunaan bahan kimia seperti pestisida.
Penelitian ini difokuskan pada efek dua jenis pestisida terhadap kupu-kupu Glanville fritillary, yang sering ditemukan di lingkungan pertanian Eropa. Para peneliti meneliti pengaruh paparan jangka pendek terhadap larva kupu-kupu, khususnya pada laju pertumbuhan larva dan keberhasilan reproduksi saat menjadi dewasa.
Dua jenis pestisida yang diuji adalah satu fungisida dan satu herbisida, serta kombinasi dari keduanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungisida memberikan dampak paling signifikan, di mana terjadi peningkatan tingkat kematian larva dan perlambatan perkembangan hanya dalam waktu singkat setelah terpapar.
Meskipun campuran kedua zat kimia tersebut mampu mengurangi dampak negatif dari fungisida terhadap perkembangan larva, tingkat pertumbuhan tetap lebih lambat dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak terpapar pestisida. Selain itu, kapasitas reproduksi kupu-kupu dewasa juga terdampak negatif oleh campuran tersebut.
Peneliti utama, Ulla Riihimäki dari Fakultas Ilmu Biologi dan Lingkungan University of Helsinki, menyampaikan bahwa meskipun regulasi lingkungan dan uji toksisitas di laboratorium telah diterapkan, masih sedikit yang diketahui tentang dampak pestisida terhadap spesies non-target di alam liar. Hal ini mengindikasikan adanya celah besar dalam sistem pengawasan ekologi terhadap pestisida.
Sementara itu, rekan penulis Lotta Kaila menambahkan bahwa sekalipun penggunaan pestisida telah diatur secara ketat dan memerlukan penilaian risiko untuk mendapatkan izin edar, pengawasan terhadap residu pestisida di alam belum dilakukan secara sistematis. Dirinya juga menekankan bahwa walaupun residu dalam makanan dan perairan dipantau, sulit untuk mengukur jumlah pestisida yang benar-benar dihadapi oleh berbagai spesies liar.
Para peneliti menyarankan agar pemantauan terhadap residu pestisida di alam diperluas, termasuk terhadap dampaknya pada satwa liar. Mereka juga menyerukan agar regulasi Uni Eropa memberikan perhatian yang lebih besar terhadap perlindungan keanekaragaman hayati di daratan, bukan hanya di perairan.
Buah Pikiran
Penggunaan pestisida dalam praktik pertanian modern menunjukkan dilema antara efisiensi produksi dan keberlanjutan ekologis. Studi dari Universitas Helsinki ini menegaskan bahwa bahkan paparan jangka pendek terhadap pestisida tertentu dapat berdampak serius pada organisme non-target seperti kupu-kupu Glanville fritillary, baik dalam fase larva maupun dewasa. Efek ini mencakup peningkatan angka kematian, perlambatan pertumbuhan, dan penurunan kapasitas reproduksi. Hal ini memperlihatkan bahwa regulasi yang saat ini berlaku, meskipun ketat dalam pengujian toksisitas dan batas residu pangan, belum cukup memperhitungkan dampak nyata terhadap keanekaragaman hayati di lingkungan alami.
Ketiadaan pemantauan sistematis terhadap residu pestisida di alam juga menjadi perhatian besar, karena mengaburkan sejauh mana satwa liar terpapar secara terus-menerus terhadap bahan kimia tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan lebih holistik dalam kebijakan pertanian dan perlindungan lingkungan, termasuk peningkatan pengawasan residu di alam terbuka dan peninjauan kembali standar evaluasi risiko. Jika tidak ada langkah korektif yang tegas, maka kehilangan keanekaragaman hayati akibat paparan kimiawi yang tidak terlihat ini bisa menjadi konsekuensi jangka panjang yang merugikan, bukan hanya bagi alam, tetapi juga bagi stabilitas sistem pangan manusia itu sendiri. (NJD)
Sumber: ScienceDaily
Link: https://www.sciencedaily.com/releases/2025/05/250505121750.htm