China Luncurkan Stimulus Ekonomi dan Siapkan Pembicaraan Dagang dengan AS

Sumber ilustrasi: unsplash

8 Mei 2025 16.50 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [08.5.2025] Pemerintah China meluncurkan serangkaian kebijakan agresif untuk menahan laju perlambatan ekonominya yang semakin tertekan akibat perang dagang dengan Amerika Serikat. Langkah ini mencakup pemangkasan suku bunga, pelonggaran cadangan bank, serta dukungan finansial untuk sektor manufaktur, layanan publik, dan inovasi. Upaya ini dilakukan bersamaan dengan persiapan pertemuan tingkat tinggi dengan pejabat AS akhir pekan ini di Jenewa.

Bank Sentral China (People’s Bank of China/PBOC) mengumumkan pemangkasan reverse repo rate menjadi 1,4% dari sebelumnya 1,5%, sementara suku bunga pinjaman kepada bank komersial juga diturunkan sebesar 0,25 persen menjadi 1,5%. Selain itu, rasio cadangan wajib bank dikurangi sebesar 0,5%, yang diproyeksikan akan melepaskan dana segar hingga 1 triliun yuan (sekitar USD 137,6 miliar) ke dalam sistem keuangan nasional. Penurunan juga diberlakukan pada suku bunga pinjaman perumahan lima tahun guna mendongkrak konsumsi rumah tangga.

Langkah-langkah ini muncul di tengah semakin besarnya tekanan terhadap ekonomi China akibat tarif tinggi yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump atas barang-barang impor dari negara tersebut. China yang selama ini mengandalkan ekspor sebagai penggerak pertumbuhan, kini harus menghadapi tantangan tambahan dari sektor properti yang sedang mengalami penurunan tajam.

Sinyal pembukaan dialog antara kedua negara muncul setelah ketegangan yang berlangsung berbulan-bulan. Pertemuan antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer, dan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng dijadwalkan berlangsung di Jenewa. Walaupun belum ada tanda akan adanya konsesi tarif dari kedua belah pihak, pembicaraan ini menjadi titik krusial yang dapat menentukan kelanjutan dari perang dagang yang terus membebani ekonomi global.

Data terbaru menunjukkan bahwa baik ekonomi AS maupun China mulai terdampak secara signifikan. Ekonomi AS mengalami kontraksi sebesar 0,3% pada kuartal pertama, sementara ekonomi China mencatat pertumbuhan sebesar 5,4% secara tahunan. Namun, sejumlah ekonom mempertanyakan akurasi angka tersebut, mengingat menurunnya pesanan ekspor dan melemahnya kepercayaan bisnis di kalangan pelaku industri.

Pemerintah China juga menyiapkan strategi kebijakan jangka menengah untuk mendukung sektor-sektor kunci seperti perawatan lansia, teknologi, serta energi bersih melalui dana insentif baru. Langkah ini bertujuan menciptakan transformasi struktural di tengah risiko perlambatan pertumbuhan. Selain itu, pemotongan pajak dan pelonggaran kredit dipertimbangkan untuk mendorong belanja konsumen dan investasi swasta.

Di tengah tekanan pasar global, kebijakan stimulus ini memberikan dorongan terhadap sentimen investor. Indeks saham di Hong Kong melonjak lebih dari 2%, sementara Shanghai Composite naik 0,5%. Pasar berjangka AS pun ikut menguat seiring dengan harapan adanya kesepakatan dalam dialog mendatang. Meski demikian, analis memperingatkan bahwa pergerakan pasar masih akan bersifat terbatas karena ketidakpastian hasil negosiasi yang bersifat jangka panjang.

Tan Jing Yi dari Mizuho Bank menilai bahwa dampak dari kebijakan ini masih akan bersifat moderat. Ia menyatakan bahwa penyelesaian sengketa dagang kemungkinan besar memerlukan waktu panjang, dan langkah-langkah seperti pembebasan tarif atau pengecualian barang mungkin baru terjadi dalam bentuk terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada sinyal positif, jalan menuju stabilitas perdagangan global masih panjang.

Buah Pikiran

Langkah-langkah yang diambil China menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi di tengah guncangan global. Kombinasi pemangkasan suku bunga, pelonggaran moneter, dan insentif fiskal mencerminkan strategi terpadu untuk merangsang konsumsi dan investasi domestik, serta melindungi sektor manufaktur dari tekanan eksternal. Di sisi lain, kesiapan China untuk kembali ke meja perundingan juga mengindikasikan upaya memperbaiki relasi dagang dengan AS demi menciptakan ruang gerak yang lebih stabil bagi perekonomian global.

Meski demikian, efektivitas kebijakan ini akan sangat bergantung pada hasil dari dialog kedua negara. Jika negosiasi gagal membuahkan hasil konkret, maka ketidakpastian akan tetap membayangi pasar dan pelaku usaha. Oleh karena itu, diperlukan diplomasi ekonomi yang cermat dan kebijakan dalam negeri yang berorientasi pada keberlanjutan agar krisis ini tidak berkembang menjadi stagnasi yang lebih dalam dan berkepanjangan. (NJD)

Sumber: Apnews

Link: https://apnews.com/article/china-interest-rate-cut-trump-tariffs-economy-af53caf9d5e41b41423d085faa6c7514

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *