Senyawa Herbal sebagai Obat Penyakit Alzheimer?

Sumber ilustrasi: pixabay

20 Mei 2025 07.50 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [20.5.2025] Para peneliti dari Scripps Research Institute telah mengembangkan senyawa turunan dari bahan herbal yang berpotensi menjadi terapi baru bagi penderita Alzheimer. Senyawa tersebut berasal dari asam carnosic, komponen antioksidan dan anti-inflamasi yang secara alami ditemukan dalam rosemary dan sage. Penelitian ini memberikan harapan baru untuk penanganan penyakit Alzheimer, salah satu penyebab utama demensia dan kematian di Amerika Serikat.

Asam carnosic diketahui mampu mengaktifkan enzim dalam sistem pertahanan tubuh, tetapi bentuk alaminya terlalu tidak stabil untuk digunakan secara klinis. Untuk mengatasi tantangan ini, para ilmuwan berhasil menciptakan versi sintetis yang lebih stabil bernama diAcCA. Senyawa ini sepenuhnya dikonversi menjadi asam carnosic di usus sebelum masuk ke aliran darah, sehingga memberikan efektivitas yang lebih tinggi dan konsisten.

Hasil studi yang dipublikasikan dalam jurnal Antioxidants pada 28 Februari 2025 menunjukkan bahwa pemberian diAcCA pada tikus model Alzheimer berhasil meningkatkan kadar asam carnosic di otak. Hal ini berdampak pada peningkatan daya ingat dan kerapatan sinaps, yaitu koneksi antara sel-sel saraf. Karena penurunan sinaps berkaitan erat dengan gejala Alzheimer, temuan ini menjadi terobosan signifikan dalam terapi penyakit neurodegeneratif tersebut.

Peneliti menemukan bahwa diAcCA juga mampu menekan tingkat peradangan di otak secara signifikan. Keunikan senyawa ini adalah kemampuannya untuk hanya aktif di area yang mengalami peradangan, yang membuatnya lebih selektif dan mengurangi risiko efek samping. Karena asam carnosic termasuk dalam daftar “umumnya dianggap aman” (GRAS) oleh FDA, pengembangan obat ini berpotensi lebih cepat memasuki tahap uji klinis.

Peneliti utama, Prof. Stuart Lipton, menjelaskan bahwa senyawa ini tidak hanya menghentikan penurunan kognitif, tetapi justru memperbaikinya hingga hampir normal dalam serangkaian tes perilaku yang dilakukan terhadap tikus. Dirinya menambahkan bahwa diAcCA juga mampu mengurangi keberadaan protein patologis seperti tau terfosforilasi dan plak amiloid-β yang dimana merupakan biomarker utama Alzheimer.

Penelitian sebelumnya oleh tim yang sama telah menunjukkan bahwa asam carnosic dapat menembus sawar darah-otak dan mengaktifkan jalur transkripsi Nrf2 yang merangsang gen antioksidan dan anti-inflamasi. Namun, kelemahannya adalah mudah teroksidasi, sehingga tidak cocok untuk penyimpanan jangka panjang atau pengobatan rutin. Versi sintetis diAcCA hadir sebagai solusi atas keterbatasan tersebut.

Dr. Phil Baran, rekan peneliti dalam studi ini, turut berperan dalam pengembangan berbagai turunan senyawa asam carnosic dan memilih diAcCA berdasarkan stabilitas dan bioavailabilitasnya. Tikus yang diberi perlakuan selama tiga bulan menunjukkan peningkatan signifikan dalam tes memori spasial dan analisis jaringan otak yang memperlihatkan peningkatan kerapatan sinaps serta pengurangan plak berbahaya.

Selain terbukti efektif, senyawa ini juga menunjukkan profil keamanan yang tinggi. Studi toksisitas menunjukkan bahwa diAcCA bahkan meredakan peradangan di saluran pencernaan tikus. Dibandingkan dengan asam carnosic biasa, tingkat penyerapannya 20% lebih tinggi saat dikonsumsi dalam bentuk diAcCA, yang menunjukkan efisiensi konversi yang lebih baik dan kestabilan selama penyimpanan serta proses pencernaan.

Lipton melihat potensi penggunaan diAcCA sebagai pelengkap terapi Alzheimer yang sudah ada. Ia meyakini bahwa senyawa ini tidak hanya efektif sebagai monoterapi, tetapi juga bisa meningkatkan efektivitas terapi antibodi amiloid yang saat ini digunakan dengan mengurangi efek samping seperti pembengkakan atau pendarahan otak (ARIA-E dan ARIA-H).

Karena profil keamanannya yang kuat, Lipton berharap diAcCA dapat dipercepat menuju uji klinis. Selain untuk Alzheimer, ia juga menyebutkan potensi penggunaannya dalam menangani penyakit lain yang berkaitan dengan peradangan kronis, seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan penyakit neurodegeneratif lainnya seperti Parkinson.

Buah Pikiran

Pengembangan diAcCA sebagai turunan sintetis dari senyawa alami menunjukkan potensi luar biasa dalam inovasi pengobatan penyakit Alzheimer. Kemampuannya untuk secara selektif menarget area peradangan tanpa menimbulkan efek samping sistemik menjadikannya kandidat obat yang sangat menjanjikan. Ini juga menandai kemajuan penting dalam pendekatan terapi berbasis senyawa alami yang dimodifikasi secara kimiawi agar sesuai dengan standar farmasi modern.

Dalam konteks meningkatnya prevalensi penyakit neurodegeneratif di seluruh dunia, penelitian ini dapat dilihat sebagai peluang bagi komunitas medis dan industri farmasi. Selain membuka peluang pengobatan Alzheimer yang lebih efektif dan aman, diAcCA juga menunjukkan arah baru bagi riset terapi penyakit kronis lain yang melibatkan inflamasi. Langkah berikutnya yang krusial adalah percepatan uji klinis agar manfaat senyawa ini dapat dirasakan secara nyata oleh pasien. (NJD)

Sumber: ScienceDaily

Link: https://www.sciencedaily.com/releases/2025/03/250310152917.htm

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *