Sumber ilustrasi: pixabay
26 Mei 2025 11.20 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [26.5.2025] Di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan global dan ancaman proteksionisme, Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan Perdana Menteri China Li Qiang bertemu pada Minggu (25/5) di Jakarta untuk memperdalam hubungan ekonomi bilateral dan memperkuat kemitraan strategis antara dua kekuatan besar Asia. Pertemuan ini berlangsung dalam kunjungan resmi Li ke Indonesia selama tiga hari, yang menjadi lawatan luar negeri perdananya tahun ini.
Li tiba di Jakarta pada Sabtu (24/5) bersama 60 pebisnis ternama China untuk menghadiri acara Indonesia–China Business Reception. Dalam sambutannya, Li menekankan bahwa ekonomi China tetap tumbuh meski dihadapkan pada tekanan eksternal, termasuk dampak perang dagang global yang dipicu oleh kebijakan ekonomi Amerika Serikat.
Dirinya mengutarakan bahwa situasi internasional saat ini berada dalam kondisi stagnan. Unilateralisme dan proteksionisme meningkat, dan perilaku intimidatif makin sering terjadi. Li merujuk pada pentingnya semangat Bandung, yakni solidaritas dan kerja sama antara negara-negara Global Selatan, sebagai inspirasi dalam menghadapi tantangan geopolitik masa kini.
Presiden Prabowo menyambut baik kunjungan ini dan menyampaikan apresiasinya atas peran China dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Dirinya mengatakan bahwa pemerintah dan perusahaan China telah menciptakan lapangan kerja, mentransfer teknologi, dan membangun kepercayaan di antara pelaku usaha nasional Indonesia.
Kerja sama ekonomi antara kedua negara telah mencetak angka yang mengesankan. Total perdagangan Indonesia–China menembus angka US$147,8 miliar pada tahun lalu, tumbuh 6,1% dari tahun sebelumnya. China tercatat sebagai mitra dagang terbesar Indonesia selama sembilan tahun berturut-turut.
Investasi China juga terlihat nyata. Di antaranya melalui proyek Belt and Road Initiative (BRI) yang menghasilkan smelter nikel dan pembangunan jalur kereta cepat Whoosh, layanan kereta cepat pertama di Asia Tenggara yang sudah mengangkut hampir 10 juta penumpang sejak diluncurkan Oktober 2023.
Indonesia kini menargetkan peran lebih besar sebagai pemasok nikel dan bahan baku strategis lainnya bagi industri kendaraan listrik China yang berkembang pesat. Hal ini sejalan dengan agenda hilirisasi dan transformasi industri dalam negeri.
Kunjungan Li sebelumnya ke Jakarta pada September 2023 menghasilkan komitmen investasi senilai US$21,7 miliar, menyusul pertemuan Presiden Joko Widodo dan Presiden Xi Jinping pada Juli di mana disepakati investasi senilai US$44,89 miliar.
Beberapa perjanjian baru juga ditandatangani dalam kunjungannya kali ini, diantaranya mencakup transaksi bilateral dalam mata uang lokal, serta kerja sama di sektor perdagangan, investasi, pariwisata, kesehatan, dan ekspor pertanian.
Menteri Investasi dan Kepala BKPM, Rosan Roeslani, menyatakan bahwa kunjungan ini membuka prospek kerja sama konkret, termasuk implementasi investasi senilai US$10 miliar yang sudah disepakati sebelumnya. Investasi tersebut mencakup sektor strategis seperti transportasi, pengembangan klaster industri, hilirisasi mineral, dan kimia.
Li juga dijadwalkan bertemu dengan anggota parlemen Indonesia dan akan melanjutkan kunjungan ke Malaysia pada Senin (26/5), untuk menghadiri ASEAN-GCC-China Economic Summit bersama Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dan pemimpin negara Asia Tenggara lainnya.
Pertemuan bilateral antara Indonesia dan China ini memperlihatkan suatu pergeseran geopolitik dan tatanan ekonomi global pasca dominasi ekonomi Barat. Ketika perang dagang antara AS dan China masih berlangsung, negara-negara berkembang seperti Indonesia mengambil langkah strategis dengan mempererat hubungan ekonomi dengan mitra-mitra non-Barat.
Bagi China, Indonesia bukan hanya mitra dagang, tapi juga gerbang strategis ke Asia Tenggara dan pusat sumber daya penting seperti nikel untuk kebutuhan industri kendaraan listrik global. Bagi Indonesia, ini adalah peluang untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan industri melalui investasi dan transfer teknologi.
Secara global, langkah ini menunjukkan bahwa banyak negara berkembang kini mencari alternatif kemitraan yang tidak tergantung pada sistem keuangan Barat. Negara-negara lain, terutama di kawasan Global Selatan, bisa mengikuti jejak Indonesia dalam memanfaatkan dinamika geopolitik untuk memperkuat posisi tawar mereka dalam perekonomian dunia.
Akan tetapi penting bagi Indonesia untuk tetap menjaga keseimbangan diplomatik agar tidak terjebak dalam rivalitas kekuatan besar. Diplomasi ekonomi yang cermat dan kepemimpinan strategis sangat diperlukan agar kerja sama ini tidak hanya menguntungkan secara jangka pendek, tapi juga berkelanjutan dan berkeadilan bagi masyarakat luas. (NJD)
Sumber: Apnews
Link: https://apnews.com/article/indonesia-china-li-qiang-visit-51721a1c6f998faa979cfc83c7a5ce7b