Hewan Apakah yang Bisa Menghitung dan Memahami Matematika Sederhana?

Sumber ilustrasi: Unsplash

3 Juli 2025 12.50 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [03.07.2025] Kemampuan menghitung atau memahami konsep matematika sering dianggap sebagai keistimewaan manusia. Akan tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa berbagai jenis hewan, mulai dari lebah, laba-laba, hingga gagak dan simpanse, memiliki pemahaman kuantitas yang mengejutkan. Meski tidak menghitung seperti manusia, namun banyak hewan yang terbukti mampu membedakan jumlah, mengenali pola angka, bahkan menyelesaikan soal matematika sederhana.

Fenomena yang dikenal sebagai numerosity atau indra jumlah, ditemukan di berbagai spesies, mulai dari serangga hingga mamalia laut. Profesor psikologi dari Georgia State University, Michael Beran, menjelaskan bahwa kemampuan ini berperan penting dalam kelangsungan hidup, seperti memilih sumber makanan yang lebih banyak atau menghindari konflik sosial.

Berbagai penelitian memperlihatkan bagaimana hewan menggunakan kemampuan numerik dalam kehidupan sehari-hari. Lebah madu (Apis mellifera), misalnya, dapat menghitung penanda arah saat menuju bunga yang mengandung nektar. Laba-laba Nephila clavipes mampu melacak jumlah mangsa yang tertangkap di jaring mereka.

Perilaku numerik juga ditemukan pada katak Túngara yang bersaing lewat jumlah suara dalam ritual kawin, dan singa betina yang menghitung jumlah auman musuh sebelum memutuskan untuk menyerang atau mundur. Gagak Corvus corone bahkan mampu mengeluarkan jumlah suara tertentu sesuai stimulus visual atau auditori yang menunjukkan kemampuan menghitung secara vokal dari satu hingga empat.

Akan tetapi para ilmuwan menegaskan bahwa meski banyak hewan bisa membedakan kuantitas, mereka tidak menghitung layaknya manusia.

Sebagian besar hewan menggunakan mekanisme yang disebut sistem angka perkiraan (approximate number system, ANS), bukan sistem hitung simbolik seperti manusia. Menurut Giorgio Vallortigara, profesor ilmu saraf di Universitas Trento, ANS bergantung pada neuron yang merespons jumlah tertentu. Neuron ini bahkan ditemukan pada anak ayam yang baru menetas, yang menunjukkan bahwa sistem ini mungkin bersifat bawaan.

ANS memiliki karakteristik yang berbeda dengan penghitungan numerik. Dua efek utama dalam sistem ini adalah efek jarak dan efek ukuran. Hewan lebih mudah membedakan angka yang lebih berjauhan (misalnya 2 dan 6) dibanding yang dekat (seperti 6 dan 7), dan lebih mudah membandingkan jumlah kecil dibanding besar, meskipun selisihnya sama. Sistem ini mengikuti prinsip psikofisika yang dikenal sebagai hukum Weber, di mana hewan menilai jumlah berdasarkan rasio, bukan angka absolut.

Kemampuan ini berbeda dari penghitungan yang mencakup pemahaman simbol angka, urutan, serta nilai representatif setiap angka. Menurut Irene Pepperberg dari Boston University, hanya sedikit hewan non-manusia yang mendekati kemampuan ini, termasuk Alex si burung beo serta dua simpanse, Sheba dan Ai.

Alex diketahui bisa mengenali angka Arab 1–8, memahami urutannya, dan bahkan melakukan penjumlahan dua kelompok benda sederhana.

Meski penghitungan sering dianggap sebagai dasar matematika, tidak semua hewan yang bisa menghitung berarti mampu melakukan matematika. Matematika dasar seperti aritmetika — penjumlahan, pengurangan, hingga pembagian, masih dianggap di luar jangkauan sebagian besar spesies.

Akan tetapi, para peneliti telah mengembangkan eksperimen cerdas yang menunjukkan bahwa beberapa spesies tertentu bisa menangani operasi aritmetika sederhana, asalkan dalam jumlah kecil. Dalam percobaan, hewan seperti burung beo Afrika, merpati, lebah, ikan siklid, bahkan ikan pari, diajarkan untuk mengaitkan warna atau simbol dengan operasi matematika seperti “tambah satu” atau “kurangi satu.” Mereka kemudian mampu menyelesaikan tugas berdasarkan petunjuk visual tersebut.

Michael Beran menyatakan bahwa dengan desain eksperimen yang lebih kompleks, kemungkinan terbuka bagi hewan untuk memahami konsep turunan aritmetika seperti perkalian dan pembagian, yang secara prinsip adalah pengulangan penjumlahan dan pengurangan.

Namun demikian, ketika tugas matematika mulai melibatkan angka lebih besar, Sebagai contoh 12 + 22, atau rumus abstrak seperti aljabar, maka kemampuan hewan jelas mengalami batas. Hingga saat ini, belum ada bukti bahwa hewan bisa menguasai matematika simbolik seperti manusia.

Kemampuan hewan untuk membedakan kuantitas dan menghitung dalam bentuk dasar menunjukkan bahwa numerasi adalah alat kognitif yang berevolusi demi kebutuhan praktis. Baik itu lebah yang mencari bunga terbaik, atau singa yang mengukur kekuatan lawan, angka memberi makna di dunia hewan, meskipun bukan dalam bentuk simbol atau logika matematika seperti pada manusia.

Akan tetapi, perbedaan utama terletak pada representasi simbolik dan abstraksi. Kemampuan manusia dalam memahami angka sebagai simbol dan alat logika matematis merupakan hasil dari evolusi budaya, bukan hanya biologi. Dalam hal ini, pendidikan dan bahasa memegang peran sentral. Penelitian-penelitian ini membuka pintu untuk lebih memahami asal-usul matematika dalam otak manusia, sekaligus menyoroti kecerdasan tersembunyi di dunia hewan.

Diolah dari artikel:
“Which animals can count and understand simple math?” oleh Clarissa Brincat.

Link: https://www.livescience.com/animals/which-animals-can-count-and-understand-simple-math

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *