Otak Manusia Dapat Memicu Sistem Imun Hanya dengan Melihat Orang Sakit

Sumber ilustrasi: Pixabay

6 Agustus 2025 14.05 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [06.08.2025] Respons tubuh terhadap penyakit ternyata tidak selalu membutuhkan kontak langsung. Penelitian terbaru mengungkap bahwa hanya dengan melihat seseorang yang tampak sakit, bahkan dalam bentuk virtual, sistem imun manusia dapat bereaksi seolah terancam oleh patogen nyata. Temuan ini menyoroti keterkaitan erat antara persepsi visual, aktivitas otak, dan sistem kekebalan tubuh.

Penelitian tersebut memperkuat pemahaman bahwa sistem kekebalan tidak bekerja secara terpisah, melainkan terintegrasi erat dengan aktivitas neurologis. Respons imun dapat dipicu bukan hanya oleh kehadiran fisik patogen, melainkan juga oleh sinyal visual yang ditafsirkan otak sebagai potensi ancaman. Dalam dunia yang semakin mengandalkan teknologi virtual, pemahaman ini menjadi semakin relevan.

Serangkaian eksperimen dilakukan terhadap 248 partisipan sehat dengan menggunakan teknologi realitas virtual (VR). Peserta diperlihatkan avatar manusia dengan tiga jenis ekspresi: netral, takut, dan terinfeksi (misalnya menunjukkan ruam demam), pada lima jarak yang berbeda, dari yang sangat jauh hingga sangat dekat.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ketika avatar yang terlihat sakit muncul di layar, otak partisipan menunjukkan pola aktivasi unik yang tidak muncul saat melihat ekspresi netral atau takut. Aktivasi ini bukan hanya terjadi di bagian otak yang bertugas mengenali ancaman, tetapi juga di area yang berkaitan dengan komunikasi sistem imun, seperti hipotalamus.

Dari sisi biologis, para peneliti juga mendeteksi lonjakan pada penanda sistem imun dalam darah, khususnya sel limfoid bawaan (ILCs). Biasanya, sel ini meningkat ketika tubuh secara langsung terpapar patogen. Namun dalam eksperimen ini, hanya dengan melihat avatar yang terinfeksi sudah cukup untuk memicu reaksi tersebut, menunjukkan bahwa tubuh sedang bersiap menghadapi potensi ancaman meskipun tidak ada paparan nyata.

Respons imun ini lebih tinggi saat avatar sakit ditampilkan dari jarak yang lebih jauh, bukan yang lebih dekat. Hasil ini bertentangan dengan intuisi awal, dan menunjukkan bahwa persepsi awal terhadap ancaman mungkin memicu sistem pertahanan lebih cepat sebelum ancaman mendekat. Beberapa area otak yang aktif dalam kondisi ini serupa dengan area yang bereaksi setelah seseorang menerima vaksin flu, mengindikasikan adanya kesamaan respons biologis terhadap ancaman nyata maupun yang hanya dipersepsikan.

Peneliti menemukan bahwa otak memproses sinyal visual dari lingkungan dan menilainya sebagai potensi bahaya, yang kemudian diterjemahkan ke dalam sinyal imunologis. Ini berarti bahwa sistem kekebalan tidak menunggu bukti fisik adanya infeksi, tetapi bertindak berdasarkan kemungkinan. Mekanisme ini kemungkinan besar merupakan hasil evolusi yang mendukung kelangsungan hidup manusia, dengan memungkinkan deteksi dini terhadap bahaya infeksi di lingkungan sosial.

Eksperimen tambahan juga menunjukkan bahwa peserta lebih cepat merespons sentuhan di wajah ketika sedang melihat avatar sakit melalui VR. Hal ini mendukung hipotesis bahwa tubuh berada dalam keadaan waspada tinggi sebagai reaksi terhadap persepsi bahaya. Para peneliti menduga bahwa ini adalah bentuk respons fight-or-flight yang diperluas ke konteks sosial-visual.

Meski hasilnya menjanjikan, masih banyak pertanyaan terbuka yang harus dijawab. Salah satu di antaranya adalah bagaimana rasa jijik dan persepsi terhadap tingkat infektivitas ikut memengaruhi respons imun tersebut. Studi lanjutan juga dibutuhkan untuk memahami apakah reaksi serupa dapat dipicu oleh paparan visual terhadap penyakit lain, serta apakah hal ini bisa dimanfaatkan dalam konteks medis atau psikologis.

Penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi antara otak dan sistem imun jauh lebih dinamis daripada yang selama ini dipahami. Ketika ancaman penyakit terdeteksi, meskipun hanya secara visual, tubuh memobilisasi sumber daya imun untuk bersiap melawan, bahkan tanpa infeksi nyata terjadi. Sistem imun dengan demikian menjadi bukan hanya pelindung fisik, tetapi juga alat antisipasi berbasis persepsi.

Penelitian terbaru berikut menunjukkan bahwa hanya dengan melihat orang yang tampak sakit, sistem kekebalan tubuh manusia dapat langsung terpicu. Respon ini diproses oleh otak yang mengenali ancaman secara visual dan kemudian mengaktifkan area-area yang berhubungan dengan sistem imun. Aktivasi ini terjadi bahkan tanpa kontak fisik dengan patogen, menandakan sistem imun bekerja secara preventif berdasarkan persepsi ancaman.

Temuan ini menunjukkan koneksi antara otak dan sistem imun, serta bagaimana pengalaman sensorik seperti penglihatan dapat memengaruhi kondisi biologis. Dalam jangka panjang, pemahaman ini dapat membantu pengembangan intervensi baru untuk mendukung kesehatan, terutama dalam lingkungan dengan paparan ancaman infeksi yang tinggi.

Diolah dari artikel:
“The Mere Sight of a Sick Person Can Trigger Our Immune System” oleh Carly Cassella.

Link: https://www.sciencealert.com/the-mere-sight-of-a-sick-person-can-trigger-our-immune-system

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *