Sumber ilustrasi: Pixabay
25 Oktober 2025 10.45 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [25.10.2025] Penutupan sebagian pemerintahan federal Amerika Serikat kini memasuki minggu ketiga tanpa kepastian kapan akan berakhir. Situasi ini telah menjadi salah satu yang terpanjang dalam sejarah negeri itu, dan beberapa anggota Kongres memperkirakan masa penutupan bisa melampaui rekor 35 hari yang terjadi pada masa jabatan pertama Presiden Donald Trump.
Pemerintahan Trump menggunakan kondisi ini untuk memperkuat agenda politiknya dan menghentikan pendanaan bagi program-program yang dianggap tidak sejalan dengan prioritasnya. Sebaliknya, kubu Demokrat mendesak agar setiap rancangan undang-undang pendanaan mencakup perlindungan bagi jutaan warga Amerika yang berisiko kehilangan asuransi kesehatan atau harus membayar premi yang jauh lebih tinggi.
Penutupan pemerintahan yang dimulai sejak 1 Oktober 2025 tersebut kini memengaruhi berbagai aspek kehidupan publik, mulai dari kesejahteraan pegawai negeri, aktivitas ekonomi, hingga layanan dasar pemerintah yang berhenti beroperasi.
Pemerintah federal mempekerjakan hampir 2,3 juta pegawai sipil. Berdasarkan perhitungan Kantor Anggaran Kongres (CBO), sekitar 750.000 di antaranya harus menjalani cuti tanpa bayaran setiap hari selama penutupan berlangsung. Mereka dilarang bekerja hingga anggaran disetujui kembali. Sementara sebagian pegawai lain dikategorikan sebagai pekerja “esensial” dan tetap bertugas untuk melindungi keselamatan publik dan menjalankan layanan penting.
Meskipun kedua kelompok tersebut akan menerima gaji penuh secara retroaktif setelah penutupan berakhir, banyak di antara mereka terancam kehilangan satu kali pembayaran gaji penuh bulan ini. Kondisi ini menimbulkan tekanan finansial besar bagi keluarga pekerja yang hidup dari gaji bulanan.
Personel militer aktif sempat terhindar dari keterlambatan pembayaran setelah Presiden Trump memerintahkan Departemen Pertahanan mengalihkan dana sementara. Namun langkah serupa tidak dapat dijamin jika krisis anggaran terus berlanjut.
CBO memperkirakan, biaya yang harus ditanggung pemerintah untuk tetap membayar pegawai yang tidak bekerja mencapai 400 juta dolar AS per hari. Selain itu, pemerintahan Trump juga mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja massal terhadap ribuan pegawai di lembaga yang dinilai tidak sejalan dengan kebijakannya.
Pemangkasan awal mencakup sekitar 4.100 pegawai, terutama di Departemen Keuangan, Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan, Pendidikan, serta Perumahan dan Pembangunan Perkotaan. Direktur Anggaran Gedung Putih, Russ Vought, menyebut bahwa jumlah tersebut bisa meningkat menjadi lebih dari 10.000 orang, sebagai bagian dari upaya “mengurangi birokrasi.”
Langkah ini menuai kritik tajam setelah seorang hakim federal menilai pemutusan kerja tersebut bermotif politik dan dilakukan tanpa kajian memadai. Meski demikian, Gedung Putih menyatakan keyakinan penuh bahwa keputusan pengadilan berikutnya akan berpihak pada pemerintah.
Di sisi lain, berbagai organisasi sosial berupaya memberikan bantuan bagi para pekerja terdampak. Lembaga bantuan pangan seperti Capital Area Food Bank di wilayah Washington mengumumkan distribusi makanan tambahan khusus bagi pegawai dan kontraktor federal yang kehilangan pendapatan selama penutupan berlangsung.
Secara historis, penutupan pemerintahan hanya memberikan dampak sementara terhadap ekonomi Amerika. Namun semakin lama penutupan berlangsung, semakin besar risiko terhadap pertumbuhan ekonomi.
Laporan Oxford Economics memperkirakan, setiap minggu penutupan dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi nasional antara 0,1 hingga 0,2 poin persentase. Jika penutupan berlangsung sepanjang satu kuartal penuh, hal yang belum pernah terjadi, penurunan bisa mencapai 1,2 hingga 2,4 poin.
Diolah dari artikel:
“Shutdown impact: What it means for workers, federal programs and the economy” oleh Kevin Freking.