AS dan China Bahas Perpanjangan Gencatan Tarif

Sumber ilustrasi: Unsplash

30 Juli 2025 08.20 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [30.07.2025] Kabar terbaru dari ekonomi global. Amerika Serikat dan China kembali membuka jalur diplomasi ekonomi dengan menggelar pertemuan tingkat tinggi di Stockholm pada Senin (28/7). Pertemuan ini menjadi bagian dari upaya meredakan ketegangan dagang yang selama bertahun-tahun mendominasi hubungan kedua negara. Delegasi dari masing-masing pihak membahas kemungkinan perpanjangan gencatan tarif selama 90 hari, menyusul kesepakatan awal yang telah dicapai pada Mei dan Juni. Pertemuan tersebut dinilai penting dalam membangun kembali stabilitas perdagangan global, khususnya menjelang kemungkinan pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akhir tahun ini.

Dalam pertemuan selama lebih dari lima jam itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent memimpin delegasi Amerika di kantor Perdana Menteri Swedia, Rosenbad. Sementara itu, China diwakili Wakil Perdana Menteri He Lifeng. Setelah pertemuan berakhir pada malam hari, tidak ada pernyataan resmi yang disampaikan ke media. Akan tetapi, perundingan dijadwalkan akan berlanjut pada hari berikutnya.

Bagi China, perpanjangan gencatan tarif menjadi krusial karena tenggat waktu 12 Agustus mendekat. Jika tidak ada kesepakatan permanen, tarif ekspor bisa kembali melonjak ke level tiga digit, berpotensi menyerupai embargo perdagangan bilateral. Selain itu, pembatasan ekspor bahan mentah strategis seperti mineral tanah jarang turut memperumit dinamika. Langkah China yang sempat menahan pasokan ini menjadi bentuk tekanan terhadap sektor industri strategis AS.

Dari sisi AS, pemerintah Trump berharap agar China membuka akses ekonomi lebih luas dan mulai menggeser orientasi ekonominya dari ekspor ke konsumsi domestik. Namun, para pejabat AS juga realistis bahwa tidak akan ada terobosan besar dalam pertemuan Stockholm. Fokus utama tetap pada implementasi kesepakatan sementara dan menjaga kelancaran arus perdagangan barang-barang penting, termasuk komoditas teknologi dan bahan baku industri.

Meski ada kemajuan, dinamika politik tetap menjadi ganjalan. Di Washington, beberapa senator tengah menyiapkan rancangan undang-undang yang menargetkan kebijakan HAM China, khususnya soal minoritas, pembangkang, dan Taiwan. Hal ini dapat memperumit negosiasi, terutama karena Taiwan merupakan isu sensitif bagi Beijing. Rencana kunjungan Presiden Taiwan Lai Ching-te ke AS pada Agustus bahkan ditunda demi meredakan ketegangan.

Sementara itu, AS juga dilaporkan menangguhkan sementara pembatasan ekspor teknologi ke China guna mempertahankan momentum negosiasi dan mendukung rencana pertemuan Trump-Xi. Para analis menilai bahwa kompleksitas hubungan dagang AS-China jauh lebih tinggi dibandingkan negosiasi dengan negara Asia lainnya. Kekuatan China atas pasokan global bahan mentah penting membuat posisi tawarnya kuat, terlebih bahan-bahan ini banyak digunakan dalam industri militer dan teknologi tinggi.

Pembicaraan sebelumnya di Jenewa dan London pada Mei dan Juni lebih difokuskan pada penurunan tarif balasan serta pemulihan arus barang seperti chip AI dan komponen teknologi lainnya. Namun, pembahasan belum menyentuh isu struktural seperti model ekonomi China yang berbasis ekspor murah dan kekhawatiran AS terhadap kontrol teknologi yang membatasi pertumbuhan China.

Pertemuan Stockholm menjadi momen penting dalam upaya meredakan ketegangan dagang antara AS dan China, dua negara yang selama ini berperan besar dalam stabilitas perdagangan global. Gencatan tarif selama 90 hari yang dibahas memberikan ruang negosiasi lebih lanjut dan membuka jalan bagi pertemuan antara Trump dan Xi Jinping, yang bisa menjadi kunci untuk mencapai kesepakatan jangka panjang.

Meski begitu, negosiasi tetap dihadapkan pada tantangan struktural dan geopolitik. Masalah hak asasi manusia, Taiwan, serta dominasi China atas pasokan bahan strategis menjadi faktor kompleks yang memerlukan pendekatan diplomasi berlapis. Namun demikian, jika kedua pihak mampu menjaga momentum dan menghindari eskalasi, ada peluang nyata untuk menciptakan hubungan dagang yang lebih seimbang dan stabil. (NJD)

Diolah dari artikel:
“US, China hold new talks on tariff truce, easing path for Trump-Xi meeting” oleh David Lawder dan Greta Rosen Fondahn.

Link: https://www.reuters.com/world/china/us-china-hold-new-talks-tariff-truce-easing-path-trump-xi-meeting-2025-07-28/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *