Sumber ilustrasi: Unsplash
17 Juli 2025 09.05 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [17.07.2025] Kabar ekonomi terbaru. Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump resmi memberlakukan tarif sebesar 19% atas berbagai produk impor dari Indonesia. Kebijakan ini diumumkan pada Selasa (15/7) waktu setempat, sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan baru antara kedua negara. Dalam pernyataannya, Trump juga mengisyaratkan akan ada lebih banyak negara yang akan dikenai tarif serupa dalam waktu dekat, seiring dengan strategi pemerintahannya menekan defisit perdagangan AS yang terus melebar.
Langkah ini menempatkan Indonesia, yang belum termasuk dalam daftar 15 besar mitra dagang AS, di posisi strategis dalam kebijakan tarif baru Trump yang lebih agresif sejak ia kembali menjabat Januari lalu. Menurut data terbaru, defisit perdagangan barang AS dengan Indonesia mencapai hampir $18 miliar pada tahun 2024.
Trump menyampaikan bahwa tarif tersebut merupakan bagian dari perjanjian dagang yang mencakup sejumlah komitmen dari Indonesia, termasuk pembelian produk energi AS senilai $15 miliar, produk pertanian senilai $4,5 miliar, serta 50 unit pesawat Boeing. Tidak disebutkan secara jelas kapan pembelian tersebut akan direalisasikan.
Pejabat senior Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Susiwijono Moegiarso, menyatakan bahwa pihaknya sedang menyiapkan pernyataan bersama dengan pemerintah AS yang akan memuat rincian besaran tarif timbal balik serta ketentuan non-tarif dan pengaturan komersial lainnya.
Di sisi lain, Trump juga mengumumkan bahwa tarif tambahan atas produk farmasi impor akan segera diterapkan, dimulai dari tarif rendah dan secara bertahap meningkat dalam satu tahun ke depan. Langkah ini, menurut Trump, ditujukan agar perusahaan farmasi asing memindahkan fasilitas produksinya ke dalam negeri.
Pengumuman tarif ini terjadi menjelang tenggat 1 Agustus 2025, di mana kebijakan tarif atas sebagian besar impor AS dijadwalkan naik. Beberapa negara mitra dagang kini tengah melakukan negosiasi guna menghindari tarif dasar sebesar 10% atau lebih, yang sudah berlaku sejak April.
Kebijakan tarif Trump telah mengubah arah perdagangan global secara signifikan. Menurut Yale Budget Lab, jika semua tarif yang diumumkan hingga pekan lalu diberlakukan, rata-rata tarif efektif AS akan naik dari 2-3% menjadi 20,6%. Angka ini akan sedikit turun menjadi 19,7% bila terjadi perubahan pola konsumsi, tetapi tetap menjadi yang tertinggi sejak tahun 1933.
Kategori produk Indonesia yang paling banyak diimpor oleh AS mencakup minyak kelapa sawit, peralatan elektronik (seperti router dan switch), alas kaki, ban kendaraan, karet alam, dan udang beku. Meskipun volume perdagangan kedua negara masih terbilang kecil dibandingkan mitra utama AS lainnya, pertumbuhannya cukup stabil dalam beberapa tahun terakhir.
Kesepakatan dengan Indonesia mengikuti pola yang sama dengan Vietnam, yang sebelumnya sepakat menerapkan tarif tetap dan memberikan akses lebih luas bagi produk AS tanpa balasan tarif. Trump juga menyebutkan bahwa kesepakatan serupa tengah dibahas dengan India dan kemungkinan besar akan mengarah pada hasil yang sama.
Sementara itu, Uni Eropa tengah mempersiapkan langkah balasan apabila negosiasi perdagangan dengan Washington tidak mencapai hasil. Komisi Eropa telah menyusun daftar produk AS senilai 72 miliar euro yang akan dikenai tarif, termasuk pesawat Boeing, bourbon, mobil, serta produk pertanian, kimia, dan alat medis.
Rencana balasan ini menyusul ancaman Trump untuk menerapkan tarif 30% atas impor dari Eropa mulai 1 Agustus. Uni Eropa menganggap tarif tersebut berlebihan dan berisiko memutuskan hubungan dagang yang telah lama terjalin antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.
Pemerintahan Trump sejak awal masa jabatan keduanya, lebih mengandalkan pendekatan tarif menyeluruh ketimbang negosiasi bilateral yang kompleks. Meski begitu, Menteri Keuangan Scott Bessent dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick tetap mendorong pendekatan kesepakatan yang lebih terstruktur.
Sejumlah surat mengenai tarif juga telah dikirimkan ke negara-negara lain seperti Kanada, Brasil, dan Jepang dengan besaran tarif antara 20% hingga 50%, termasuk tarif 50% khusus untuk tembaga. Trump menyatakan bahwa surat serupa akan segera dikirim ke negara-negara kecil lainnya dengan tarif awal sekitar 10%.
Meskipun banyak negara menganggap langkah Trump terlalu agresif, sebagian dari mereka tampak memilih bernegosiasi demi menghindari potensi lonjakan tarif. Hingga kini, hanya beberapa kesepakatan awal yang berhasil dicapai, seperti dengan Inggris, Vietnam, dan China.
Analisis menunjukkan bahwa pendekatan tarif Trump mengabaikan dinamika jangka panjang perdagangan global dan lebih fokus pada keuntungan sepihak jangka pendek. Indonesia memang memperoleh akses pasar ke AS, tetapi dengan mengorbankan biaya produksi lebih tinggi akibat beban tarif. Sementara bagi AS, langkah ini bisa memicu inflasi domestik serta perang dagang berlarut-larut dengan mitra globalnya.
Meskipun kesepakatan Indonesia-AS ini memberikan keuntungan taktis bagi Trump secara politik menjelang pemilu, dampak jangka panjangnya terhadap kestabilan perdagangan global dan posisi Indonesia dalam rantai pasok internasional masih patut dicermati. Indonesia perlu mengambil langkah diplomatik yang bijak agar tetap mendapat akses pasar sambil melindungi kepentingan industri dalam negeri.
Diolah dari artikel:
“Trump sets 19% tariff on Indonesia goods in latest deal, EU readies retaliation” oleh David Lawder dan Philip Blenkinsop.