Bagaimana Benih Tumbuh Menjadi Tanaman?

Sumber ilustrasi: Pixabay

26 Juli 2025 09.00 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [26.07.2025] Benih, dalam segala bentuk dan ukurannya, dari biji poppy hingga kelapa, menyimpan potensi untuk menjadi organisme kompleks yang menopang kehidupan di Bumi. Setiap benih membawa struktur biologis lengkap untuk memulai pertumbuhan sebuah tanaman, struktur ini adalah embrio tanaman muda, cadangan makanan (endosperma), dan lapisan pelindung (kulit biji). Ketika kondisi lingkungan mendukung, benih mengalami proses pertumbuhan yang dikenal sebagai germinasi, memicu transformasi menjadi tumbuhan yang aktif menyerap karbon dari atmosfer dan membentuk akar, batang, daun, serta jaringan lainnya.

Dalam proses tersebut, tanaman tidak hanya berperan sebagai penyerap nutrisi dari tanah, tetapi juga sebagai pengolah udara menjadi makanan melalui fotosintesis. Proses ini menjadikan tumbuhan sebagai pabrik biologis yang sangat efisien, sekaligus elemen penting dalam menjaga keseimbangan karbon global.

Germinasi atau proses pertumbuhan awal benih terjadi ketika kelembaban, suhu, dan cahaya mencapai tingkat ideal. Kulit biji menyerap air, melunak, lalu pecah, memungkinkan akar pertama (radikula) tumbuh ke dalam tanah dan tunas awal (plumula) muncul ke arah cahaya. Tapi bagaimana tanaman tahu arah tumbuh? Jawabannya terletak pada kemampuan sel tanaman untuk merespons gravitasi. Butiran pati berat di dalam sel tanaman akan tenggelam ke dasar sel, memberi sinyal arah “bawah”. Akar merespons dengan gravitropisme positif (tumbuh mengikuti gravitasi), sedangkan batang merespons dengan gravitropisme negatif (melawan gravitasi).

Proses pertumbuhan berikutnya terjadi di titik meristem, yaitu wilayah pada ujung akar dan batang yang mengandung sel-sel tak terdiferensiasi. Sel-sel ini, mirip sel punca pada hewan, bisa berubah menjadi jenis sel apa pun yang dibutuhkan tanaman: pelindung, penyerap air, pengangkut nutrisi, hingga sel penyusun bunga dan daun. Sistem pengangkut internal tanaman dibentuk oleh xilem (mendistribusikan air dari akar ke seluruh bagian tanaman) dan floem (mengangkut gula hasil fotosintesis).

Uniknya, tanaman tidak “makan” seperti hewan. Mereka membuat makanannya sendiri dari cahaya, karbon dioksida, dan air. Melalui fotosintesis, tanaman menyerap CO₂ melalui stomata dan menggunakan energi matahari yang ditangkap oleh kloroplas untuk menghasilkan gula dan oksigen. Gula tersebut menjadi energi utama dan bahan baku untuk membangun jaringan tubuh tanaman.

Namun, pertumbuhan optimal tanaman juga memerlukan unsur hara lain seperti nitrogen, fosfor, dan kalium. Ketiganya diperoleh dari tanah yang merupakan hasil pelapukan batu dan dekomposisi materi organik. Dalam hal ini, mikroorganisme tanah memainkan peran penting, seperti pada proses fiksasi nitrogen yang mengubah nitrogen dari udara menjadi bentuk yang bisa diserap akar tanaman.

Tak seperti hewan yang memiliki bentuk pertumbuhan tetap sejak dini, tanaman terus menyesuaikan strukturnya sepanjang hidup. Tumbuhan bisa membelokkan arah batang atau daunnya untuk menghindari kerusakan, mengejar cahaya, atau beradaptasi terhadap angin. Ini menjadikan struktur tubuh tanaman tidak selalu simetris, namun sangat fungsional. Keistimewaan ini pula yang memungkinkan pohon di hutan tua hidup selama ratusan tahun dan menyimpan karbon dalam jumlah besar dalam tubuh mereka yang berkontribusi langsung terhadap mitigasi perubahan iklim.

Pertumbuhan tanaman dari benih merupakan proses yang melibatkan kerja sama antara faktor genetik dan lingkungan. Dari tahap benih yang menyimpan embrio dan cadangan makanan, hingga kemampuan akar dan batang merespons gravitasi dan cahaya, tanaman tumbuh secara bertahap membentuk akar, batang, daun, serta jaringan pengangkut air dan makanan. Mereka juga menghasilkan energi sendiri melalui fotosintesis dengan mengolah karbon dioksida dari udara, menjadikan tumbuhan sebagai bagian penting dalam daur karbon.

Selain menjadi dasar bagi kehidupan di Bumi, tanaman, terutama pohon besar, menyimpan karbon dalam jumlah besar dan membantu mengurangi gas rumah kaca. Dengan memahami cara tanaman tumbuh dan beradaptasi, kita dapat lebih menghargai perannya dalam menjaga iklim dan keseimbangan alam. Setiap benih yang tumbuh adalah bentuk kehidupan sekaligus kontribusi nyata bagi masa depan planet ini.

Diolah dari artikel:
“Explainer: How a Seed Grows Into a Plant” oleh Jennifer Junghans

Link: https://www.snexplores.org/article/explainer-how-seed-grows-into-plant#:~:text=But%20a%20plant’s%20environment%20will,in%20helping%20control%20Earth’s%20climate.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *