Bagaimana Tarif Trump Merugikan Petani dan Keluarga Mereka

sumber ilustrasi: unsplash

18 Apr 2025 19.10 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [18.4.2025] Di tengah janji kampanyenya untuk menurunkan harga dan mendukung masyarakat pedesaan, mantan Presiden Donald Trump kembali mendorong kebijakan tarif impor yang dinilai dapat membebani konsumen serta memperburuk krisis di sektor pertanian. Tarif yang diusulkannya – tertinggi dalam lebih dari satu abad – berpotensi menyebabkan lonjakan harga bahan pokok dan memukul keluarga kelas menengah ke bawah.

Selama masa kepresidenan pertamanya, Trump memicu perang dagang yang berdampak besar bagi petani AS. Pemerintah saat itu mengucurkan lebih dari 32 miliar dolar AS untuk menanggulangi kerugian akibat tarif balasan dari negara-negara mitra dagang. Kini, para ekonom memperingatkan bahwa kebijakan serupa dapat kembali menimbulkan tekanan serius terhadap ekonomi pedesaan dan struktur harga konsumen secara nasional.

Apa Itu Tarif?

Tarif adalah pajak atas barang impor yang dibayar oleh perusahaan pengimpor kepada pemerintah negara pengimpor. Dalam praktiknya, tarif tersebut seringkali dibebankan kepada konsumen dalam bentuk harga jual yang lebih tinggi. Negara-negara mitra dagang yang dirugikan umumnya merespons dengan memberlakukan tarif balasan, seperti yang dilakukan Kanada pada tahun 2024 dengan tarif 25% terhadap produk pertanian dari AS.

Siklus saling membalas ini dikenal sebagai perang dagang, yang dapat mendorong kenaikan harga di kedua belah pihak. Meski tarif bisa melindungi industri domestik jika dikombinasikan dengan kebijakan pertumbuhan yang tepat, penerapannya secara sepihak dan tanpa dukungan struktural berisiko menciptakan ketidakstabilan ekonomi yang lebih luas.

Dampak Tarif Trump terhadap Harga Konsumen

Penerapan tarif Trump diperkirakan akan meningkatkan harga berbagai kebutuhan pokok tanpa memberikan manfaat langsung kepada petani dalam negeri. Tarif diterapkan pada komoditas seperti kopi dan pisang yang tidak diproduksi secara luas di AS, sehingga tidak ada industri lokal yang diuntungkan. Sebaliknya, konsumen menanggung beban dari kebijakan ini, yang menurut satu estimasi dapat menambah ribuan dolar dalam pengeluaran tahunan keluarga.

Kondisi ini diperparah oleh kecenderungan perusahaan besar memanfaatkan situasi untuk menaikkan harga. Kasus terbaru menunjukkan bagaimana perusahaan besar seperti Cal-Maine, produsen telur terbesar di AS, mencatatkan keuntungan besar dengan menaikkan harga selama wabah flu burung. Struktur pasar pangan AS yang sangat terkonsentrasi memudahkan korporasi besar menaikkan harga sambil menghindari pengawasan.

Dampak Tarif terhadap Petani dan Ekonomi Pedesaan

Bagi petani, terutama yang berskala kecil dan menengah, tarif Trump tidak hanya tidak menyelesaikan persoalan struktural pertanian, tetapi juga memperburuk situasi. Pada masa pemerintahannya terdahulu, tarif tinggi terhadap China menyebabkan negara tersebut membalas dengan menurunkan pembelian produk pertanian dari AS, yang berdampak pada penurunan tajam pendapatan petani, bahkan menyebabkan kebangkrutan.

Masalah mendasarnya terletak pada kebijakan pertanian AS yang selama beberapa dekade telah mendorong produksi berlebih dan ketergantungan pada pasar ekspor. Kebijakan seperti perjanjian perdagangan bebas dan Farm Bill mendorong petani untuk menanam sebanyak mungkin, sementara pemerintah mencari pasar luar negeri untuk menyerap hasil panen. Akibatnya, pendapatan petani menjadi sangat rentan terhadap dinamika global.

Solusi Nyata: Kebijakan Pertanian dan Industri yang Baik

Tarif dapat menjadi instrumen efektif dalam kebijakan ekonomi, tetapi hanya jika didukung oleh strategi nasional yang komprehensif. Dalam hal ini, investasi dalam infrastruktur manufaktur, seperti yang dilakukan melalui CHIPS Act, Inflation Reduction Act, dan Bipartisan Infrastructure Law selama pemerintahan Biden, menunjukkan bahwa tarif yang dikombinasikan dengan kebijakan pembangunan bisa menghasilkan hasil nyata. Sebaliknya, Trump tidak membangun fondasi ini selama masa jabatannya.

Di bidang pertanian, kebijakan seperti manajemen pasokan, program konservasi, dan penetapan harga dasar pernah diterapkan secara sukses selama era New Deal untuk menstabilkan pasar dan melindungi petani. Kebijakan semacam itu tidak hanya menjaga pendapatan petani tetap layak, tetapi juga menjaga harga pangan tetap terjangkau dan pasar tetap seimbang bahkan dalam kondisi krisis.

Buah Pikiran

Kebijakan tarif Presiden Trump, bila diterapkan tanpa fondasi kebijakan industri dan pertanian yang kuat, justru berisiko memperbesar ketimpangan ekonomi dan menggerus daya beli masyarakat. Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa tanpa adanya strategi pendukung, tarif hanya akan menjadi beban tambahan bagi petani dan konsumen, sementara perusahaan besar memanfaatkan momentum untuk meraih keuntungan lebih besar. Dalam kondisi ekonomi global yang semakin kompleks, pendekatan sepihak semacam ini tampak lebih politis daripada ekonomis.

Oleh karena itu, pengambilan kebijakan ekonomi yang berkelanjutan memerlukan keterpaduan antara tarif yang selektif, regulasi pasar yang adil, dan dukungan infrastruktur yang kuat. Pemerintah perlu kembali meninjau kebijakan era New Deal yang terbukti mampu menciptakan keseimbangan antara harga yang adil bagi petani dan keterjangkauan bagi konsumen. Tanpa reformasi struktural tersebut, tarif hanya akan menjadi alat retoris yang memperdalam krisis yang sedang berlangsung di sektor pertanian dan konsumsi domestik.(NJD)

Sumber: foodandwaterwatvh

Link: https://www.foodandwaterwatch.org/2025/04/10/trump-tariffs-farmers-families/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *