Sumber ilustrasi: Pixabay
14 Juli 2025 09.10 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [14.07.2025] Selama hampir dua abad, pembangunan bendungan telah dipandang sebagai simbol kemajuan manusia dan kemampuan kita untuk mengendalikan alam. Dari pengairan hingga pembangkit listrik tenaga air, bendungan telah memainkan peran penting dalam pembangunan global. Akan tetapi dampak dari infrastruktur ini ternyata jauh melampaui batas wilayah dan fungsi lokalnya. Penelitian terbaru mengungkap bahwa penyimpanan air dalam jumlah besar di balik bendungan telah menyebabkan pergeseran kutub Bumi, bukan secara metaforis, melainkan secara harfiah.
Fenomena ini disebut “true polar wander”, yakni pergeseran lokasi kutub rotasi Bumi terhadap kerak planet. Sebelumnya, para ilmuwan sudah mengetahui bahwa aktivitas manusia seperti pencairan es atau pengambilan air tanah besar-besaran dapat memicu fenomena ini. Namun, studi baru ini menjadi yang pertama mengkaji dampak kolektif dari ribuan bendungan yang dibangun sejak abad ke-19 terhadap posisi kutub Bumi.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Geophysical Research Letters pada 23 Mei 2025 ini dilakukan oleh tim ilmuwan yang menganalisis 6.862 bendungan yang dibangun antara tahun 1835 hingga 2011. Mereka menggunakan database bendungan global yang sebelumnya memperkirakan bahwa air yang ditahan oleh semua bendungan ini dapat mengisi dua kali Grand Canyon, dan telah menyebabkan penurunan permukaan laut global sebesar 23 milimeter.
Natasha Valencic, penulis utama studi dan mahasiswa pascasarjana di Harvard University, menjelaskan bahwa massa air yang ditahan di balik bendungan tidak hanya mengurangi volume air laut, tetapi juga mendistribusikan ulang beban di permukaan Bumi. Proses ini memengaruhi interaksi antara kerak padat dan mantel yang lebih cair, sehingga menggeser posisi kutub rotasi secara perlahan.
Model komputer yang digunakan dalam studi ini menunjukkan dua fase besar pergeseran kutub. Fase pertama terjadi antara tahun 1835 hingga 1954, yang mencerminkan gelombang pembangunan bendungan besar-besaran di Amerika Utara dan Eropa. Selama periode ini, Kutub Utara bergeser sekitar 20 sentimeter ke arah meridian ke-103 timur, garis bujur yang melintasi Rusia dan Tiongkok.
Fase kedua berlangsung dari tahun 1954 hingga 2011 pada saat pembangunan bendungan meningkat pesat di Asia Timur dan Afrika Timur. Fase ini menambahkan massa di belahan dunia yang berlawanan dengan Amerika Utara dan Eropa, menyebabkan kutub bergeser sejauh 57 sentimeter ke arah meridian ke-117 barat, melintasi wilayah Amerika Utara bagian barat dan Samudra Pasifik Selatan.
Secara keseluruhan, kutub Bumi telah bergeser sejauh 1,1 meter akibat bendungan selama periode studi. Meskipun arah pergeseran tidak linier dan membentuk pola bergelombang, para ilmuwan menyimpulkan bahwa redistribusi air buatan manusia ini cukup kuat untuk memengaruhi orientasi rotasi planet.
Valencic menegaskan bahwa pergeseran kutub ini sendiri tidak berdampak langsung terhadap kehidupan di Bumi, karena skalanya relatif kecil. Namun, dampak terhadap permukaan laut justru menjadi perhatian utama. Sekitar seperempat dari kenaikan permukaan laut global abad ke-20 (12–17 cm) dapat dikaitkan dengan air yang tertahan di balik bendungan, air yang seharusnya mengalir ke laut.
Studi ini menjadi menunjukkan bahwa infrastruktur buatan manusia, seperti bendungan, memiliki dampak geofisik yang tidak terduga dan berskala global. Tak hanya membentuk lanskap, bendungan secara perlahan menggeser sumbu planet. Hal ini memperkuat argumen bahwa setiap intervensi besar terhadap sistem alam harus diperhitungkan secara menyeluruh, termasuk dalam model perubahan iklim dan proyeksi kenaikan permukaan laut.
Walaupun pergeseran kutub yang terjadi tidak akan memicu bencana geologis, fenomena ini menunjukkan bahwa manusia secara kolektif telah menjadi kekuatan geologis yang mampu memengaruhi dinamika planet. Perencanaan dan kebijakan pembangunan infrastruktur besar dunia kedepan perlu mempertimbangkan bukan hanya dampak lokal, namun juga konsekuensi global dari pembangunan besar. (NJD)
Diolah dari artikel:
“Dams around the world hold so much water they’ve shifted Earth’s poles, new research shows” oleh Sascha Pare.