Burung Beo Ternyata Tak Sekadar Meniru

Sumber ilustrasi: pixabay

30 Mei 2025 20.00 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [30.5.2025] Pernahkah anda bertemu dengan burung beo? Burung beo selama ini dikenal karena kemampuannya menirukan suara manusia. Namun kemampuan mereka lebih dari itu karena ternyata memiliki kapasitas yang jauh lebih kompleks dari sekadar meniru. Dari penelitian terbaru menunjukkan bahwa beberapa individu beo benar-benar dapat memahami makna kata dan frasa manusia, dapat menggunakannya secara kontekstual, dan bahkan menunjukkan kecerdasan sosial serta kemampuan berpikir abstrak.

Dalam kondisi alami, burung beo menggunakan suara seperti kicauan, siulan, hingga jeritan khas untuk berkomunikasi dalam kawanan. Penelitian menunjukkan mereka bahkan memiliki “panggilan kontak khas” yang mirip dengan nama untuk memanggil sesama anggota di kelompok mereka. Akan tetapi ketika hidup bersama manusia, burung beo belajar dari lingkungan baru ini dan beradaptasi dengan menggunakan bahasa manusia sebagai media interaksi sosial utama mereka.

Profesor Irene Pepperberg dari Boston University, yang telah meneliti kemampuan linguistik burung beo selama puluhan tahun, mengungkapkan bahwa dengan pelatihan yang tepat, burung beo dapat menguasai lebih dari 100 kata serta memahami konsep seperti warna, bentuk, ukuran, dan jumlah. Subjek penelitiannya yang paling terkenal, seekor burung beo abu-abu Afrika bernama Alex, mampu menghitung hingga enam, memahami konsep nol, serta membedakan objek berdasarkan berbagai atribut.

Peneliti lain, Erin Colbert-White dari University of Puget Sound, menyebut bahwa burung beo dapat belajar mengaitkan kata tertentu dengan benda nyata, layaknya anak kecil. Misalnya, jika kata “kacang” digunakan terus-menerus sambil memberikan kacang, burung akan mengasosiasikannya secara spesifik. Jika diberikan makanan berbeda setelah mereka meminta “kacang”, dan mereka menolaknya, artinya pertanda bahwa mereka memahami arti kata tersebut, bukan hanya meniru secara acak.

Meski penggunaan bahasa abstrak seperti “Aku mencintaimu” atau “Maafkan aku” mungkin tidak dimaknai dalam konsep manusiawi, burung beo terbukti dapat menggunakannya secara tepat dalam konteks sosial. Alex, misalnya, pernah mengatakan “I’m sorry” setelah membuat kekacauan, karena sebelumnya Alex belajar frasa tersebut di momen yang serupa. Alex menggunakannya untuk meredakan situasi, bukan sebagai ungkapan penyesalan yang emosional, namun tetap menunjukkan pemahaman tentang fungsi sosial dari frasa tersebut.

Menurut Colbert-White, perilaku ini merupakan hasil dari reinforcement atau penguatan sosial. Saat burung mendapatkan perhatian setelah mengucapkan frasa tertentu, mereka akan mengulanginya. “Bagi mereka, mengatakan ‘aku mencintaimu’ adalah cara untuk membentuk koneksi sosial,” ujarnya. Akan tetapi tidak semua beo dapat bicara. Bbeberapa tetap menggunakan bahasa ‘beo’ asli mereka, terutama jika hidup bersama beo lain.

Pepperberg menyoroti bahwa meskipun manusia terus menilai hewan berdasarkan standar kita, mereka justru belum berhasil memahami sistem komunikasi hewan itu sendiri. “Sudah lebih dari 50 tahun kita mencoba memecahkan bahasa mereka, tapi hasilnya minim. Sementara kita terus berharap mereka belajar sistem kita,” katanya.

Berita ini menarik karena menantang persepsi umum tentang komunikasi hewan, khususnya burung beo yang selama ini dianggap sekadar “burung peniru”. Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan mereka melibatkan proses kognitif yang kompleks, serta sensitivitas terhadap konteks sosial, mirip dengan proses pembelajaran bahasa pada manusia.

Temuan ini penting karena membuka jalan baru dalam studi neurokognisi hewan, linguistik komparatif, dan etologi (ilmu perilaku hewan). Temuan juga bisa menjadi pijakan untuk pendekatan yang lebih etis dan hormat terhadap hewan peliharaan, serta pemahaman bahwa mereka bukan hanya penghibur eksotis, melainkan makhluk cerdas dengan dunia komunikatifnya sendiri.

Lebih luas lagi, berita ini mengajak kita untuk merenungkan ulang batas antara manusia dan hewan, khususnya dalam hal kecerdasan dan ekspresi sosial. Jika burung kecil seperti beo mampu memahami dan menggunakan bahasa secara fungsional, apa lagi yang bisa kita pelajari tentang hewan lain dan secara retrospektif, tentang diri kita sendiri? (NJD)

Sumber: Livescience

Link: https://www.livescience.com/animals/birds/do-parrots-actually-understand-what-theyre-saying

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *