Sumber ilustrasi: unsplash
5 Juni 2025 07.25 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [05.6.2025] Manusia membutuhkan oksigen untuk bisa hidup. Hal yang sama juga berlaku untuk mayoritas kehidupan di Bumi yang berkembang berkat atmosfer kaya oksigen. Namun bagaimana jika oksigen Bumi menurun, atau bahkan habis? Para ilmuwan memperingatkan bahwa kondisi saat ini dimana oksigen masih mencukupi untuk kehidupan tidak akan bertahan selamanya, dan menurut studi yang dipublikasikan pada 2021, Bumi suatu hari akan mengalami penurunan oksigen drastis, menyebabkan kembalinya kondisi atmosfer purba yang kaya metana dan minim oksigen.
Perubahan ini tentunya tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Para ilmuwan memprediksi keadaan ini akan terjadi sekitar satu miliar tahun lagi. Akan tetapi, ketika waktunya tiba, transisi atmosfer akan berlangsung cepat, menandai akhir dari era kehidupan kompleks seperti manusia dan kehidupan-kehidupan besar lainnya di Bumi.
Atmosfer Bumi akan kembali menyerupai masa sebelum “Peristiwa Oksidasi Besar” (GOE) yang terjadi sekitar 2,4 miliar tahun lalu, ketika oksigen pertama kali muncul dalam jumlah signifikan di atmosfer akibat aktivitas organisme fotosintetik.
Kazumi Ozaki, ilmuwan lingkungan dari Universitas Toho di Jepang, menjelaskan bahwa masa hidup biosfer Bumi selama ini dipahami berdasarkan kecerahan Matahari yang meningkat seiring waktu dan siklus geokimia karbonat-silikat global. Studi ini memberikan pendekatan baru dalam memproyeksikan usia kelayakhunian planet.
Dalam makalahnya, tim peneliti menulis bahwa penurunan drastis oksigen kemungkinan akan terjadi sebelum Bumi mengalami kondisi rumah kaca lembab, yang dapat menyebabkan penguapan air dalam jumlah besar dari permukaan planet.
Penurunan kadar oksigen ini akan sangat berdampak pada makhluk hidup yang mengandalkan pernapasan aerobik, termasuk manusia. Kehidupan kompleks tidak akan mampu bertahan, dan hanya organisme anaerobik yang bisa melanjutkan eksistensinya.
Untuk memproyeksikan skenario ini, para ilmuwan menjalankan model biosfer Bumi yang sangat detail. Model ini mempertimbangkan peningkatan kecerahan matahari, yang mempercepat degradasi karbon dioksida, dan berujung pada penurunan organisme fotosintetik, yang merupakan sumber utama oksigen.
Prediksi sebelumnya menyebutkan bahwa radiasi matahari akan menguapkan lautan dalam 2 miliar tahun, tetapi studi baru ini menunjukkan bahwa penurunan oksigen akan mematikan kehidupan lebih dulu. Model ini didasarkan pada rata-rata hampir 400.000 simulasi.
Chris Reinhard, ilmuwan Bumi dari Georgia Institute of Technology, menyebut bahwa penurunan kadar oksigen tersebut “sangat ekstrem”, dengan kadar oksigen diperkirakan menjadi sejuta kali lebih rendah dari kondisi saat ini.
Temuan ini tentu membuat kita berpikir lebih keras perihal kemungkinan pencarian planet layak huni di luar Tata Surya. Dengan teleskop yang semakin canggih, para ilmuwan ingin mengetahui parameter apa yang tepat untuk mendeteksi tanda-tanda kehidupan (biosignature) di planet lain. Menurut para peneliti, fokus pada oksigen sebagai indikator adanya kehidupan mungkin terlalu sempit, pasalnya planet dengan atmosfer tanpa oksigen pun dapat menopang kehidupan, terutama jika yang dicari adalah mikroorganisme. Sehingga strategi pencarian planet layak huni tentunya memerlukan kajian ulang.
Ozaki dan Reinhard memperkirakan bahwa era oksigen Bumi hanya mencakup 20–30 persen dari total umur planet. Setelah itu, kehidupan anaerob akan mendominasi, membawa Bumi kembali ke kondisi seperti awal sejarah biologisnya.
Ozaki mengatakan bahwa atmosfer setelah “deoksigenasi besar” ini akan dipenuhi metana, kadar karbon dioksida yang rendah, dan tanpa lapisan ozon, menjadikannya lingkungan yang tidak ramah bagi kehidupan seperti sekarang.
Meski skenario ini terjadi dalam skala waktu geologis, yakni dalam waktu satu miliar tahun, akan tetapi penemuan ini memberikan pengingatkan bahwa kondisi ideal Bumi bagi kehidupan manusia bukanlah sesuatu yang permanen, melainkan hanya fase sementara. Studi ini memberikan dorongnya agar kita mengkaji ulang kriteria pencarian planet lain yang sebelumnya hanya mencari adanya oksigen dalam pencarian kehidupan luar angkasa, namun juga memahami berbagai bentuk kehidupan yang bisa bertahan dalam kondisi ekstrem yang mungkin tidak membutuhkan oksigen.
Selain itu, kesadaran akan kerentanan sistem atmosfer kita bisa memupuk rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Jika kita tahu Bumi akan berubah drastis di masa depan, maka menjaga keseimbangannya hari ini, dari polusi hingga krisis iklim, menjadi lebih mendesak. (NJD)
Sumber: ScienceAlert
Link: https://www.sciencealert.com/an-extreme-drop-in-oxygen-will-eventually-suffocate-most-life-on-earth