Desanomia

Pokok-pokok

Bagaimana komunitas menggunakan dan mengelola “sumber daya” yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang tak terbatas. Namun, apakah kebutuhan dan keinginan dapat dipilah dengan tegas, sehingga kebutuhan lebih utama? Bagaimana jika pada nyatanya, keinginan justru yang memimpin pergerakan hidup, sedemikian sehingga hidup terselenggara dengan cara yang melampaui daya dukung lingkungan, atau dapat dikatakan “telah tercerabut” dari kenyataan ekologi setempat.

Mungkin tidak hanya itu. Keinginan telah mengubah individu yang seakan-akan otonom dan melampaui komunitas. Akibatnya, kohesi sosial mendapatkan tantangan tersendiri. Perburuan kemajuan telah membentuk formasi baru, yang makin tidak mencerminkan realitas ekologi sebagai ruang hidup bersama, yang cukup, adil dan berkelanjutan, sebaliknya yang manifes adalah kesenjangan yang merendahkan martabat kehidupan manusia.

Mungkin itulah masalah-masalah pokok yang menjadi domain ekonomi dasar. Sebagaimana kita ketahui bahwa akhirnya ekonomi berbenturan dengan realitas ekologi. Ada yang berpandangan, terutama ketika melihat praktek yang berlangsung, melihat ekonomi telah mengokupasi ekologi, seakan-akan ekologi ada di dalam ekonomi. Sebaliknya, ada pandangan bahwa senyatanya ekonomi ada didalam ekologi.

Apakah masalahnya sesederhana itu? Tentu saja tidak. Lebih-lebih dunia kini menghadapi kenyataan terjadinya perubahan iklim yang menuntut penyesuaian-penyesuaian. Ekonomi mau tidak mau berkarakter hijau, kendati hal tersebut sulit. Karenanya sebagian pihak masih melihat bahwa yang berkembang hanya aksi setengah hati, karena nyatanya tetap berujung pada kerusakan lingkungan yang mengakibatkan menurunnya daya dukung lingkungan.

Oleh sebab itulah yang dibutuhkan bukan hanya penyesuaian parsial, atau bahkan artifisial. Apa yang dibutuhkan adalah suatu kesadaran alamiah. Suatu kesadaran yang memungkinkan kita untuk memeriksa seluruh penyelenggaraan kehidupan, sedemikian dapat disadari bahwa kehidupan hanya dapat terus berlangsung, jika dan hanya jika, berada dalam keteraturan dasarnya sendiri. Darisana kita bisa mengajukan pertanyaan strategis, apakah ekonomi (lama) masih bisa diharapkan? Atau inilah waktu bagi desanomia.

Segi Dasar

Hakikat Keberadaan dalam Ruang Hidup – Desanomia berangkat dari kesadaran bahwa kehidupan hanya dapat berlangsung jika berakar pada realitas ekologis setempat. Desa, sebagai ruang hidup, bukan sekadar wilayah geografis atau administratif, melainkan sebuah ruang keberadaan — tempat di mana manusia, alam, dan komunitas saling terhubung dan menopang.

Desanomia menegaskan bahwa segala yang ada dalam ruang hidup memiliki peran dan tempatnya sendiri, dengan batas yang memastikan keseimbangan berlangsung secara alami. Pertumbuhan dimungkinkan, tetapi hanya jika terjadi di dalam ruang yang menopangnya. Melampaui batas ruang hidup berarti menyalahi ketentuan yang menjaga keteraturan hidup itu sendiri.

Dengan demikian, desanomia menempatkan ruang hidup sebagai sumber keberadaan, di mana manusia dan komunitas tidak berdiri di luar atau di atas ruang hidupnya, melainkan hadir sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keteraturan tersebut.

Pengetahuan yang Tumbuh dari Ruang Hidup – Desanomia menyadari bahwa pengetahuan desa tidak bersumber dari konstruksi teoretis yang abstrak, melainkan tumbuh dari pengalaman hidup yang nyata di dalam ruang hidup itu sendiri. Tentu saja kesadaran tersebut tidak mengingkari kenyataan perkembangan pemikiran manusia, yang berusaha melayani keinginannya.

Justru dalam kesadaran itulah, desanomia ingin menegaskan bahwa adalah tidak mungkin tumbuh dan berkembang melampaui ruang hidup yang tersedia. Oleh sebab itu, pengetahuan dalam desanomia bersifat kontekstual, karena lahir dari pemahaman mendalam atas bagaimana tanah, air, tumbuhan, hewan, dan manusia saling berkelindan dalam keteraturan yang telah berlangsung turun-temurun.

Pengetahuan ini tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga membawa nilai, etika, dan kebijaksanaan yang menjaga agar kehidupan tetap berlangsung dalam batas yang wajar. Pengetahuan ini juga bersifat partisipatif, diwariskan melalui praktik hidup sehari-hari, ritual, dan tradisi yang mengajarkan bagaimana hidup yang cukup, adil, dan berkelanjutan dijalankan dalam komunitas.

Nilai yang Menopang Kehidupan yang Alamiah – Desanomia menempatkan tiga nilai utama sebagai landasan hidup yang cukup, adil, dan berkelanjutan:

  • Kecukupan — Menegaskan bahwa hidup tidak ditentukan oleh kelimpahan materi, melainkan oleh kemampuan menakar kebutuhan secara alamiah. Kecukupan bukan pembatasan, melainkan kesadaran bahwa ruang hidup menyediakan apa yang diperlukan selama tidak ada dorongan untuk berlebih-lebihan.
  • Keadilan — Menegaskan bahwa segala yang ada di dalam ruang hidup memiliki hak yang seimbang, baik manusia, alam, maupun komunitas. Keadilan dalam desanomia bukan sekadar soal distribusi hasil, tetapi tentang bagaimana kehidupan itu sendiri terselenggara tanpa ada yang mengambil lebih dari yang mungkin.
  • Keberlanjutan — Menegaskan bahwa kehidupan hanya akan terus berlangsung jika menjaga siklus alam yang memungkinkan regenerasi. Keberlanjutan tidak dipahami sebagai upaya konservasi yang dipaksakan, melainkan tumbuh dari kesadaran bahwa kehidupan yang cukup dan adil hanya mungkin terjadi jika berlangsung dalam ritme yang menjaga daya pulih ruang hidup itu sendiri.

Desanomia menempatkan nilai-nilai ini bukan sebagai konsep ideal yang dipaksakan, melainkan sebagai ketentuan alami yang telah tertanam dalam ruang hidup desa itu sendiri.

Penutup

Akhirnya, dapat ditegaskan kembali bahwa:

  • desanomia menegaskan bahwa kehidupan hanya berlangsung jika berakar pada ruang hidup yang memiliki keteraturannya sendiri;
  • desanomia memahami bahwa pengetahuan untuk menjalankan kehidupan yang cukup, adil, dan berkelanjutan tidak datang dari luar, melainkan tumbuh dari pengalaman hidup yang melekat pada ruang hidup tersebut; dan
  • desanomia menegaskan bahwa nilai kecukupan, keadilan, dan keberlanjutan adalah bagian tak terpisahkan dari keteraturan hidup yang memungkinkan kehidupan itu sendiri terus berlangsung.

Desanomia merupakan haluan ekonomi, yang tidak lain dari suatu kesadaran bahwa hidup yang alamiah, cukup, adil dan berkelanjutan hanya mungkin terjadi jika berlangsung dalam batas-batas yang telah ditentukan oleh ruang hidup hidup itu sendiri. [Desanomia – 20.3.25 – TM]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *