DNA Neanderthal Diduga Sebabkan Kelainan Otak pada Manusia Modern

Sumber ilustrasi: Unsplash

15 Juli 2025 16.00 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [15.07.2025] Kelainan otak Chiari malformation tipe I (CM-I) mungkin memiliki akar evolusioner yang jauh lebih tua daripada yang selama ini diperkirakan. Penelitian baru menunjukkan bahwa warisan genetik dari Neanderthal bisa menjadi salah satu pemicu kondisi neurologis ini pada sebagian manusia modern.

Chiari malformation tipe I adalah kondisi medis yang terjadi ketika bagian bawah otak, tepatnya cerebellum, menjorok ke dalam saluran tulang belakang. Hal ini dapat menimbulkan gejala seperti sakit kepala, nyeri leher, gangguan keseimbangan, bahkan komplikasi neurologis yang lebih berat. Diperkirakan, kondisi ini memengaruhi hingga satu dari seratus orang.

Hipotesis bahwa kelainan ini dapat ditelusuri hingga manusia purba muncul pada tahun 2013. Pada saat itu, para ilmuwan menduga bahwa perkawinan silang antara Homo sapiens dengan spesies manusia purba lain, seperti Homo erectus dan Homo neanderthalensis, meninggalkan jejak genetik yang kini menyebabkan ketidaksesuaian antara bentuk otak dan bentuk tengkorak.

Akan tetapi studi terbaru yang dipimpin oleh osteoarkeolog Kimberly Plomp dari University of the Philippines menawarkan pemahaman yang lebih terfokus terhadap teori tersebut. Dengan pendekatan yang lebih tajam, para peneliti menguji apakah benar kelainan CM-I bisa dilacak secara spesifik ke Neanderthal.

Menggunakan teknologi pemodelan 3D dan analisis bentuk morfologis, tim peneliti membandingkan 103 tengkorak manusia modern, baik yang mengalami CM-I maupun yang tidak, dengan delapan fosil tengkorak manusia purba. Fosil-fosil tersebut berasal dari spesies seperti Homo erectus, Homo heidelbergensis, dan Neanderthal.

Hasil analisis menunjukkan bahwa bentuk tengkorak penderita CM-I secara signifikan berbeda dari manusia sehat, terutama pada area dasar tengkorak tempat otak terhubung dengan tulang belakang. Menariknya, hanya bentuk tengkorak Neanderthal yang memiliki kemiripan dengan penderita CM-I. Tengkorak dari H. erectus dan H. heidelbergensis justru lebih menyerupai tengkorak manusia modern tanpa kelainan tersebut.

Dengan temuan ini, para peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis lama terlalu luas. Mereka kemudian mengajukan sebuah teori baru yang mereka sebut sebagai Hipotesis Intrograsi Neanderthal yang menunjukkan bahwa gen penyebab CM-I kemungkinan besar hanya diwarisi dari Neanderthal, bukan dari semua spesies manusia purba.

Studi ini semakin memperkuat pemahaman kita mengenai bagaimana hasil interaksi genetik antarspesies manusia purba terus memengaruhi manusia modern, bahkan dalam hal kesehatan. Menariknya, peneliti juga mencatat bahwa populasi di Afrika yang diketahui memiliki sangat sedikit DNA Neanderthal cenderung memiliki insidensi CM-I yang lebih rendah dibandingkan populasi di Eropa dan Asia.

Langkah selanjutnya adalah memperluas studi ini dengan melibatkan sampel dari berbagai kelompok usia dan latar geografis yang berbeda. Ini penting untuk menguji validitas hubungan antara CM-I dan warisan genetik Neanderthal secara global.

Meski CM-I diyakini memiliki berbagai penyebab, termasuk faktor non-genetik, studi ini membuka peluang baru dalam pengembangan diagnosis dan pengobatan yang lebih tepat sasaran. Teknik analisis bentuk tengkorak yang digunakan juga diharapkan dapat memperkuat pemahaman tentang bagaimana kelainan struktural seperti ini berkembang sejak masa evolusi awal manusia.

Diolah dari artikel:
“Brain Abnormality in Modern Humans Linked to Ancient Neanderthal DNA” oleh David Nield.

Link: https://www.sciencealert.com/brain-abnormality-in-modern-humans-linked-to-ancient-neanderthal-dna

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *