Sumber ilustrasi: pixabay
12 Mei 2025 07.50 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [12.5.2025] Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ekstrak dari okra (bendi, tumbuhan berbunga dalam suku Malvaceae yang berasal dari kawasan di sekitar Ethiopia kini, buahnya sebesar cabai hijau besar, kelilingnya berlekuk, berbulu halus dan berwarna hijau) dan biji kelabat (fenugreek) memiliki kemampuan luar biasa dalam menjebak dan menghilangkan mikroplastik dari berbagai jenis air. Studi ini dipublikasikan dalam jurnal ACS Omega dan memberikan harapan baru terhadap pendekatan ramah lingkungan dalam penanganan polusi mikroplastik.
Mikroplastik, partikel plastik berukuran sangat kecil, telah mencemari laut, sungai, dan bahkan air tanah. Metode tradisional untuk menyaringnya sering menggunakan polimer sintetis seperti poliacrilamida, yang efektif tetapi berpotensi menimbulkan dampak lingkungan tambahan. Peneliti dari Texas, yang dipimpin oleh Rajani Srinivasan, mengeksplorasi alternatif berbasis tanaman yang lebih aman dan mudah terurai.
Dalam eksperimen laboratorium, para peneliti menggunakan ekstrak yang diperoleh dari merendam irisan polong okra dan merendam serta menghancurkan biji kelabat dalam air selama semalam. Larutan yang dihasilkan kemudian dikeringkan menjadi bubuk yang mengandung polisakarida, sejenis polimer alami yang bersifat lengket.
Setelah diekstraksi, bubuk okra dan kelabat diuji dalam air murni yang telah ditambahkan mikroplastik. Hasilnya, satu gram bubuk dalam satu liter air menunjukkan efisiensi tinggi dalam menjebak mikroplastik. Dalam waktu satu jam, ekstrak okra mampu menghilangkan 67% mikroplastik, sedangkan kelabat menunjukkan performa lebih tinggi dengan tingkat pembersihan mencapai 93%.
Campuran kedua bubuk dalam perbandingan 1:1 juga diuji, dan hasilnya mencapai efisiensi maksimum sebesar 70% hanya dalam waktu 30 menit. Polimer alami ini secara konsisten menunjukkan kinerja lebih baik dibandingkan poliacrilamida, bahan kimia sintetis yang umum digunakan dalam pengolahan air limbah.
Penelitian kemudian dilanjutkan dengan menguji ekstrak tanaman ini terhadap air yang benar-benar terkontaminasi mikroplastik, yang dikumpulkan dari berbagai sumber air di Texas. Efektivitas pembersihan bervariasi tergantung jenis air: ekstrak okra paling efektif untuk air laut (80%), kelabat untuk air tanah (80–90%), dan kombinasi keduanya paling optimal untuk air tawar (77%).
Para peneliti menyimpulkan bahwa variasi efektivitas ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan bentuk, ukuran, dan jenis mikroplastik dalam tiap jenis air. Meskipun demikian, semua ekstrak tanaman menunjukkan kemampuan signifikan dalam mengurangi jumlah partikel plastik di dalam air.
Saat ini, poliacrilamida masih digunakan secara luas di fasilitas pengolahan air. Namun, tim peneliti menilai bahwa ekstrak dari okra dan kelabat memiliki potensi besar sebagai pengganti yang lebih aman dan dapat terurai secara hayati. Mereka menyebutkan bahwa penggunaan bahan alami ini tidak menambah risiko kontaminasi baru bagi air yang telah diolah.
Rajani Srinivasan menyampaikan bahwa dengan menggunakan ekstrak berbasis tumbuhan, air tidak hanya dapat dibersihkan dari mikroplastik, tetapi juga bebas dari zat beracun tambahan yang biasanya dihasilkan dari bahan kimia sintetis. Pendekatan ini dinilai mampu mengurangi risiko kesehatan jangka panjang bagi masyarakat luas.
Buah Pikiran
Penemuan ini menandai langkah penting dalam pengembangan teknologi pengolahan air yang berkelanjutan dan berbasis lingkungan. Penggunaan bahan alami seperti okra dan kelabat bukan hanya menjawab tantangan teknis dalam penghilangan mikroplastik, tetapi juga menghadirkan solusi yang bersifat ekonomis dan ramah lingkungan, terutama bagi negara-negara berkembang yang memiliki keterbatasan akses terhadap teknologi pengolahan air canggih.
Dalam jangka panjang, riset seperti ini perlu didorong untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah dan industry dikarenakan metode ini akan sangat membantu dalam mengatasi polusi mikroplastik yang semakin parah, sekaligus menjadi bentuk adaptasi terhadap krisis lingkungan global dengan pendekatan yang lebih manusiawi dan alami. (NJD)
Sumber: ScienceDaily
Link: https://www.sciencedaily.com/releases/2025/05/250506152214.htm