Evolusi Gigi dari Zirah Ikan Purba

Sumber ilustrasi: freepik

23 Mei 2025 07.40 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [22.5.2025] Terdapat temuan menarik yang mengatakan bahwa gigi manusia yang sensitif mungkin adalah hasil evolusi dari jaringan pelindung eksternal pada ikan purba, yang pernah hidup lebih dari 460 juta tahun lalu. Temuan ini mendukung teori bahwa struktur sensorik tertanam dalam tubuh vertebrata berasal dari mineralisasi jaringan eksoskeleton pada nenek moyang purba.

Penelitian lintas disiplin ini diterbitkan dalam jurnal Nature pada 21 Mei 2025 dan dilakukan oleh sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Yara Haridy, paleontolog dan biolog evolusi dari University of Chicago. Mereka menemukan bahwa jaringan sensorik yang dahulu terdapat pada “zirah” atau pelindung tubuh ikan purba ternyata berhubungan erat secara genetik dengan mekanisme pembentukan gigi manusia modern.

Untuk penelitian ini awalnya mereka mencoba menelusuri vertebrata paling awal dalam catatan fosil, dengan fokus pada era Kambrium dan Ordovisium (541–443 juta tahun lalu). Salah satu indikator kunci yang dicari adalah keberadaan tubulus dentin, yakni jaringan yang dikenal berada di bawah enamel gigi, namun dalam ikan purba muncul dalam bentuk tonjolan di permukaan tubuh.

Spesies yang diteliti adalah Anatolepis heintzi, yang selama ini diasumsikan sebagai ikan tak berahang tertua. Dengan memanfaatkan teknologi CT scan resolusi tinggi, para ilmuwan mendeteksi adanya pori-pori kecil yang mirip struktur dentin. Setelah dibandingkan lebih jauh dengan fosil lain serta organisme laut masa kini ditemukan bahwa struktur ini lebih mirip organ sensorik pada eksoskeleton artropoda seperti kepiting, bukan gigi pada vertebrata.

Revisi klasifikasi ini menandai bahwa A. heintzi sebenarnya adalah artropoda invertebrate dan bukan ikan bertulang belakang. Akan tetapi penemuan ini membuka wawasan penting: baik artropoda maupun vertebrata awal ternyata menggunakan jaringan mineralisasi serupa untuk mendeteksi lingkungan sekitar mereka. Jaringan tersebut kemudian berkembang menjadi dentin pada gigi manusia.

Para peneliti menyimpulkan bahwa struktur sensorik di tubuh luar kemungkinan telah berevolusi sejak setidaknya 460 juta tahun lalu. Pada akhirnya, jalur genetik yang sama yang digunakan untuk menciptakan jaringan sensorik ini dimanfaatkan oleh organisme yang lebih kompleks untuk membentuk gigi di dalam mulut.

Dengan perspektif ini, sensitivitas gigi manusia saat ini dapat dipahami sebagai peninggalan dari struktur sensorik nenek moyang kita, bukan sekadar bagian dari sistem pencernaan. Dentin yang kini membantu manusia mengunyah dan merasakan makanan, dulunya merupakan bagian dari sistem deteksi lingkungan pada makhluk-makhluk purba.

Penelitian ini memberi pemahaman mendalam tentang evolusi struktur tubuh manusia dari sudut pandang mikroskopis dan molekuler serta menunjukkan bagaimana sistem kompleks seperti gigi berasal dari jaringan yang pada awalnya tidak berfungsi untuk makan, melainkan untuk mendeteksi lingkungan. Ini membuktikan bahwa evolusi bersifat adaptif dan oportunistik, yakni mengubah fungsi jaringan lama untuk kebutuhan baru.

Penelitian ini tidak hanya memperkaya pemahaman ilmiah tentang asal-usul manusia, tetapi juga berpotensi menjadi landasan bagi pengembangan teknologi kedokteran regeneratif, seperti rekayasa jaringan gigi atau sistem sensorik buatan. Pemahaman bahwa jaringan gigi manusia berasal dari sistem sensorik dapat membuka jalan bagi pendekatan baru dalam perawatan gigi dan terapi kerusakan saraf mulut. (NJD)

Sumber: Livescience

Link: https://www.livescience.com/animals/our-teeth-evolved-from-fish-body-armor-over-460-million-years-scientists-discover

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *