Hewan Mana yang Paling Tajam Penciumannya?

Sumber ilustrasi: pixabay

10 Juni 2025 10.45 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [10.6.2025] Pernahkan terpikir, hewan manakah yang memiliki penciuman tertajam? Kemampuan mencium bau memainkan peran penting dalam kehidupan banyak hewan. Kemampuan ini digunakan untuk berburu mangsa, menemukan pasangan, hingga menghindari predator. Namun, siapa sebenarnya pemilik indra penciuman paling tajam di alam?

Pertanyaan itu ternyata tidak mudah dijawab secara ilmiah. Banyak faktor yang membuat penilaian tentang “pencium terbaik” menjadi rumit dan relatif.

Menurut Matthias Laska, ahli zoologi dari Universitas Linköping di Swedia, terdapat sekitar 5,8 juta molekul bau berbeda. Kombinasi antar-molekul ini bisa menciptakan jumlah aroma yang hampir tak terbatas, sehingga mustahil menguji semuanya pada setiap spesies. Laska mengatakan bahwa oleh karena hanya sebagian kecil dari molekul bau tersebut yang pernah diuji pada hewan, menyimpulkan siapa yang punya penciuman lebih baik sangat tidak ilmiah.

Penelitian tentang penciuman memang masih tertinggal dibanding studi tentang penglihatan, pendengaran, atau sentuhan. Bau bersifat tidak stabil, menyebar tak teratur di udara atau air, serta sangat bervariasi secara kimiawi, sehingga sulit dikendalikan atau diukur secara konsisten.

Namun demikian, ilmuwan telah menemukan sejumlah indikator menarik untuk memperkirakan kekuatan penciuman hewan. Salah satunya adalah jumlah gen reseptor penciuman yang mereka miliki, gen yang memungkinkan hidung mengenali molekul bau.

Sebuah studi tahun 2014 di Genome Research mengungkap bahwa gajah Afrika memiliki jumlah gen reseptor penciuman terbanyak di antara mamalia yang diteliti, yaitu 1.948 gen. Sebagai perbandingan, manusia hanya memiliki 396 gen.

Jumlah gen pada anjing adalah sekitar 811, sementara tikus punya 1.207. Data ini masuk akal, karena gajah mengandalkan penciuman untuk mengenali makanan, kerabat, predator, hingga pasangan kawin yang sedang subur.

Namun, studi itu hanya mencakup 13 spesies mamalia dan tidak menyertakan hewan seperti beruang, yang dikenal punya indra penciuman luar biasa tajam meski belum diuji secara genetis dalam studi tersebut.

Indikator lain yang dipakai ilmuwan adalah ukuran bulbus olfaktorius — bagian otak yang memproses bau. Misalnya, anjing memiliki bulbus ini jauh lebih besar dibanding manusia, sesuai dengan reputasi mereka sebagai pelacak andal.

Di antara burung, burung bangkai kalkun (turkey vulture) menonjol karena bisa mendeteksi bangkai dari ketinggian besar, mengandalkan aroma gas pembusukan yang sangat ringan di udara.

Akan tetapi ukuran saja bukan segalanya. Kajian tahun 2011 di jurnal Science menunjukkan bahwa jumlah neuron di bulbus penciuman cukup seragam antar spesies, sehingga ukuran otak tidak selalu menunjukkan kepekaan bau.

Untuk mengukur ketajaman penciuman, ilmuwan juga melihat seberapa baik hewan mendeteksi bau tertentu. Contohnya adalah tikus kantong Afrika yang bisa dilatih untuk mendeteksi ranjau darat dan bahkan penyakit TBC pada manusia lewat aroma.

Di dunia serangga, ngengat jantan, khususnya ngengat sutra, adalah jawaranya. Mereka dapat mencium feromon betina dari jarak hingga 4,5 kilometer. Bahkan, dalam beberapa kasus, hanya satu molekul feromon sudah cukup untuk memandu mereka.

Gabriella Wolff, ahli neuroetologi dari Case Western Reserve University. Mendukung pernyataan ini dimana dirinya mengatakan bahwa dalam hal sensitivitas, ngengat adalah juaranya oleh karena kepekaan mereka terhadap satu molekul bau membuat mereka unggul dalam kategori deteksi.

Hewan lain yang tak bisa diabaikan adalah hiu. Dikenal dengan kemampuan luar biasa dalam mencium bau di air, beberapa spesies hiu mampu mendeteksi bahan kimia pada konsentrasi satu per sepuluh miliar. Akan tetapi, klaim populer bahwa hiu bisa mencium satu tetes darah di laut ternyata berlebihan. Museum Sejarah Alam Amerika di New York menyebut bahwa mitos ini tidak akurat secara ilmiah.

Menariknya, meskipun manusia kalah dalam jumlah gen penciuman dibanding anjing, namun kita masih lebih unggul dalam mendeteksi bau-bauan tertentu seperti aroma buah yang dimana kemapuan ini penting dalam konteks evolusi primata pemakan buah.

Laska menjelaskan bahwa kepekaan bau pada spesies tertentu sangat dipengaruhi oleh relevansi perilakum artinya, aroma yang penting bagi kelangsungan hidup dan kebiasaan spesies tersebut akan lebih mudah dikenali, terlepas dari jumlah reseptor bau.

Tobias Ackels dari University of Bonn mengungkap bahwa tidak ada satu “pemenang mutlak” dalam hal penciuman dan lebih akurat menyebut bahwa setiap hewan adalah spesialis pencium, sesuai dengan peran ekologisnya.

Studi ini menyoroti bagaimana evolusi membentuk indra penciuman tiap spesies secara spesifik, sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan hidup mereka. Tidak ada hewan yang unggul dalam semua hal, hanya yang paling sesuai untuk tugasnya.

Pengetahuan ini memperkaya pemahaman kita tentang betapa pentingnya penciuman, bahkan jika kita tidak mengandalkannya seperti hewan lain. Kita tetap bisa mengenali makanan basi, mendeteksi bahaya seperti asap, atau merasakan kenangan emosional lewat aroma tertentu.

Studi ini juga membuka peluang pemanfaatan keahlian hewan dalam bidang deteksi medis, keamanan, dan lingkungan. Tikus, anjing, dan bahkan serangga bisa dilatih untuk mendeteksi penyakit, bahan peledak, atau polusi.

Lebih jauh, kita belajar bahwa kemampuan sensorik bukan hanya soal jumlah neuron atau ukuran organ, tapi tentang relevansi fungsional dan konteks biologisnya. Pengetahuan ini dapat menginspirasi desain teknologi sensor masa depan, dari robot hidung hingga pencium digital.

Dunia hewan penuh dengan spesialis penciuman luar biasa, dan memahami mereka lebih dalam bisa memberi manfaat besar bagi manusia, mulai dari keselamatan hingga kemajuan teknologi. (NJD)

Sumber: Livescience

Link: https://www.livescience.com/animals/which-animal-has-the-best-sense-of-smell

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *