Hutan: Pilar Ketahanan Iklim dan Pertanian Berkelanjutan

Desanomia [19.3.2025] Hutan memegang peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Sebagai “paru-paru” bumi, hutan berfungsi menyerap karbon dioksida, mengatur suhu, dan mendukung lanskap pertanian yang menjadi sumber pangan bagi miliaran orang di dunia. Dalam artikel sebelumnya, dibahas bagaimana deforestasi dapat mengancam ketahanan pangan dengan merusak kualitas tanah, mengurangi ketersediaan air, dan membahayakan populasi penyerbuk yang berperan penting dalam produksi tanaman pangan. Namun, peran hutan tidak berhenti di situ. Hutan juga merupakan sekutu penting dalam menghadapi perubahan iklim dan kunci menuju masa depan pertanian yang lebih berkelanjutan.

Perubahan iklim yang semakin nyata, ditandai dengan meningkatnya suhu global dan semakin seringnya bencana cuaca ekstrem, menambah risiko terhadap produktivitas pertanian. Dalam situasi ini, hutan berperan penting sebagai penyerapan karbon alami yang membantu menurunkan emisi gas rumah kaca. Selain itu, hutan berfungsi sebagai penyeimbang iklim yang membantu menjaga pola cuaca yang stabil, mengurangi dampak kekeringan, banjir, serta bencana alam lainnya yang dapat merusak lahan pertanian.

Hutan dan Pertanian Berkelanjutan

Menurut data NASA, hutan menyerap sekitar 7,6 miliar metrik ton COâ‚‚ setiap tahunnya, menjadikannya salah satu mekanisme alami paling efektif dalam mengurangi dampak perubahan iklim. Namun, deforestasi yang terus berlanjut justru mempercepat pemanasan global, merusak ekosistem yang menopang produktivitas pertanian, dan pada akhirnya mengancam ketahanan pangan dunia.

Salah satu solusi berkelanjutan yang terbukti efektif adalah agroforestri, yakni praktik yang menggabungkan penanaman pohon dengan aktivitas pertanian dan peternakan. Pendekatan ini tidak hanya mendukung pertumbuhan tanaman yang lebih sehat, tetapi juga memperkaya keanekaragaman hayati dan meningkatkan stabilitas ekosistem. Menurut World Agroforestry Centre, praktik agroforestri mampu meningkatkan pendapatan petani hingga 30-50% melalui diversifikasi hasil panen serta penjualan produk seperti kayu, buah, dan hasil hutan lainnya.

Agroforestri dapat diterapkan dalam berbagai bentuk, seperti alley cropping, di mana pohon ditanam di antara barisan tanaman pertanian, atau silvopasture, yang mengintegrasikan pepohonan dengan lahan penggembalaan ternak. Pendekatan ini memberikan manfaat berlapis, seperti memperbaiki struktur tanah, mengurangi erosi, serta meningkatkan daya serap air yang pada akhirnya mendukung hasil panen yang lebih baik. Selain itu, pohon-pohon yang ditanam dalam sistem ini berperan sebagai penyerap karbon, membantu mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer.

Tak hanya itu, hasil panen dari pohon yang ditanam — seperti kayu, buah-buahan, kacang-kacangan, hingga tanaman obat — dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi petani. Dengan demikian, agroforestri tidak hanya memperbaiki kondisi lingkungan tetapi juga membantu petani menghadapi ketidakpastian pasar dan dampak perubahan iklim.

Hutan dan Perilaku Konsumen yang Bertanggung Jawab

Di luar upaya konservasi dan praktik pertanian berkelanjutan, pola konsumsi masyarakat juga memegang peran penting dalam menekan deforestasi. Permintaan yang tinggi terhadap produk-produk yang terkait dengan deforestasi, seperti minyak kelapa sawit, kedelai, dan daging sapi, turut berkontribusi terhadap rusaknya hutan tropis. Menurut World Wildlife Fund (WWF), produksi kelapa sawit di Indonesia dan budidaya kedelai di Brasil merupakan penyebab utama deforestasi di kawasan tropis. Selain itu, ekspansi infrastruktur yang tidak terkendali semakin mempercepat hilangnya kawasan hutan.

Dalam hal ini, kesadaran konsumen menjadi faktor penting untuk mendorong perubahan. Dengan memilih produk yang berasal dari rantai pasokan yang berkelanjutan dan mendukung perusahaan yang berkomitmen pada praktik ramah lingkungan, konsumen dapat berperan aktif dalam mengurangi tekanan terhadap hutan. Langkah kecil ini, jika dilakukan secara luas, berpotensi besar dalam mendorong dunia usaha untuk beralih pada praktik produksi yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Langkah ke Depan: Menjaga Hutan untuk Masa Depan yang Berkelanjutan

Hutan merupakan fondasi ketahanan iklim dan pertanian berkelanjutan. Perannya dalam menyerap karbon, menjaga kualitas tanah, serta melestarikan keanekaragaman hayati menjadikannya elemen vital dalam upaya menghadapi perubahan iklim dan menjaga stabilitas sistem pangan global. Namun, tanpa langkah nyata untuk menghentikan deforestasi, krisis lingkungan dan pangan akan terus memburuk.

Untuk mengatasi hal ini, negara-negara di dunia perlu memperkuat kebijakan tata guna lahan, mendorong praktik pertanian yang berkelanjutan, serta memulihkan lahan yang terdegradasi melalui program remediasi dan penanaman kembali pohon. Penggunaan teknologi untuk memantau aktivitas ilegal seperti penebangan liar dan pertambangan ilegal juga menjadi langkah penting dalam melindungi kawasan hutan.

Selain itu, meningkatkan akuntabilitas rantai pasokan, meningkatkan kesadaran konsumen, serta membangun kerja sama internasional merupakan langkah kunci dalam memperkuat upaya konservasi. Langkah-langkah ini tidak hanya melindungi ekosistem hutan yang rapuh, tetapi juga memastikan bahwa dunia memiliki solusi berkelanjutan untuk menjaga ketersediaan pangan dan menghadapi dampak perubahan iklim.

Jalan menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan sudah jelas, tetapi keberhasilannya membutuhkan komitmen kolektif dari pemerintah, dunia usaha, dan individu. Dengan berkolaborasi dalam upaya konservasi dan mendukung praktik pertanian yang bertanggung jawab, kita dapat memastikan bahwa hutan tetap berdiri kokoh sebagai pelindung bumi dan penopang sistem pangan dunia. (NJD)

Sumber: Forbes

Link: https://www.forbes.com/sites/dianneplummer/2025/03/18/forests-pillars-of-climate-resilience-and-sustainable-agriculture/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *