Dengan ini kami menginformasikan bahwa hari ini, Selasa, 18 Maret 2025 telah terjadi pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) yang dipicu penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 5%. Hal ini dilakukan sesuai dengan Surat Keputusan Direksi BEI Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 tanggal 10 Maret 2020 perihal Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat. Perdagangan akan dilanjutkan pukul 11:49:31 waktu JATS tanpa ada perubahan jadwal perdagangan.
Demikian itulah siaran pers yang disampaikan pihak otoritas bursa. Setelah perdagangan dibuka kembali, penurunan indeks masih berlangsung ke level psikologis, di bawah 6.300. Apa sebenarnya yang sedang terjadi? Apakah sekedar tekanan jual yang biasa? Apakah karena faktor eksternal? Atau ada pesan tersembunyi yang perlu mendapatkan perhatian semua pihak?
Pertama sejak COVID-19
Berdasarkan data yang tersedia, kita ketahui bahwa peristiwa turun tajam dan mendorong otoritas menghentikan perdagangan, merupakan peristiwa pertama sejak COVID-19. Pada Pandemi kita ketahui bahwa yang dalam masalah bukan hanya lantai bursa nasional, akan tetapi global. Tekanan kepada pasar modal merupakan tekanan global. Keadaan itu mudah dipahami.
Masalahnya, peristiwa kemarin sungguh membawa kejutan, karena keadaan tidak terjadi di tempat lain. Mengapa? Apakah karena dominasi investor asing, sehingga ketika mereka “pulang kampung” berakibat pada tekanan jual? Barangkali demikian itu adanya. Mengingat di pasar saham, selain faktor fundamental bekerja pula faktor sentimen. Ketika melihat asing melakukan aksi jual, maka para investor lain seperti ikut tergerak aksi jual, terutama karena melihat harga saham anjlok.
Jika memang faktor asing, maka yang menjadi pertanyaan lebih jauh adalah apa yang menjadi pemicu? Apakah keadaan ini merupakan akibat dari perang tarif? Mengapa hanya di sini? Ataukah, keadaan ini merupakan respon atas keadaan fundamental yang kurang meyakinkan, terutama kebijakan yang dipandang kurang memberi harapan dan menambah ketidakpastian? Penurunan peringkat atas aset keuangan yang diberikan beberapa lembaga seperti MSCI dan Goldman Sach, dipandang ikut memberikan dampak yang memicu menurunnya kepercayaan pasar.
Kepercayaan
Apa itu kepercayaan? Mungkin masing-masing pihak dapat memberikan makna tersendiri terkait dengan kepercayaan. Misalnya: mengapa pasar mengalami guncangan, sementara tingkat kepercayaan publik pada otoritas mencapai tingkat yang tinggi, jika dibandingkan dengan periode sebelumnya? Apakah artinya kepercayaan politik tidak kongruen dengan kepercayaan ekonomi? Atau hal ini merupakan cerminan dari ketidakpercayaan yang lebih mendasar, yakni ketidakpercayaan ekonomi kepada politik?
Jika yang terakhir yang sebenarnya tengah bekerja, maka tentu dibutuhkan pemahaman yang lebih mendalam: apa sebenarnya yang tengah terjadi? Ekonomi tentu memiliki nalar dan kalkulasi tersendiri. Sebaliknya politik demikian halnya. Apabila nalar dan kalkulasi politik masuk ke wilayah ekonomi, maka apa yang akan terjadi? Bayangkan jika penetrasi politik ke semua sektor dan khususnya ekonomi? Tentu saja ekonomi sendiri akan meragukan konstruksi yang ada. Mengapa? Yang paling terang akan dikatakan bahwa inefisiensi akan menjadi bagian dari proses ekonomi. Hal ini jelas akan mempengaruhi daya saing.
Apabila hal ini benar, maka tekanan di lantai bursa bisa jadi adalah signal yang sangat serius. Suatu aspirasi yang mengharapkan terjadinya perbaikan yang lebih signifikan agar kepercayaan ekonomi kembali pulih, dan pasar bergerak dengan lebih dinamis, memberikan harapan dan kepercayaan. Salah satu yang mungkin sangat diharapkan adalah hadirnya kebijakan yang jelas dalam arah, jelas dalam langkah dan jelas pula dalam hasilnya. Apabila langkah ke depan dipandang makin jauh dari harapan, bukan tidak mungkin keadaan akan bergerak lebih buruk. Sesuatu yang sama sekali tidak kita inginkan.