Ketegangan Iran-Israel Bayangi Pasar Global

Sumber ilustrasi: unsplash

21 Juni 2025 07.50 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [21.6.2025] Kabar terbaru dari ekonomi global. Pasar saham Asia mencatat kenaikan tipis pada Jumat setelah kekhawatiran akan serangan mendadak Amerika Serikat ke Iran mereda sementara waktu. Ketegangan geopolitik yang meningkat menekan harga minyak Brent dan memperlemah dolar AS, sekaligus menimbulkan kecemasan baru terhadap stabilitas ekonomi global.

Konflik antara Israel dan Iran semakin memanas setelah Israel membombardir fasilitas nuklir Iran, disusul dengan serangan rudal dan drone dari Iran ke Israel. Eskalasi ini terjadi tanpa adanya tanda-tanda strategi keluar dari kedua belah pihak, dan kini dunia menantikan apakah Amerika Serikat akan turut campur.

Gedung Putih menyatakan bahwa Presiden Donald Trump akan menentukan dalam dua minggu apakah AS akan ikut terlibat dalam konflik tersebut. Namun, di dalam negeri, Trump menghadapi tekanan dari basis pendukungnya yang menolak intervensi, khawatir bahwa konflik ini bisa menyeret AS ke dalam perang panjang lain di Timur Tengah.

Ketidakpastian ini langsung berdampak pada pasar komoditas. Harga minyak mentah Brent turun 2,1% menjadi USD 77,23 per barel pada Jumat. Meski begitu, Brent tetap membukukan kenaikan mingguan sebesar 4%, setelah sebelumnya melonjak hampir 12% seiring memuncaknya ketegangan.

Penurunan harga minyak memberi ruang gerak positif bagi pasar Eropa. Kontrak berjangka indeks EUROSTOXX 50 naik 0,8%, sementara FTSE Inggris naik 0,3%. Optimisme terbatas ini menunjukkan bahwa pelaku pasar cenderung menyambut jeda eskalasi konflik dengan kehati-hatian.

Rodrigo Catril, analis mata uang senior di National Australia Bank menyampaikan pernyataan terbaru dari Gedung Putih yang menunjukkan keputusan serangan AS tidak akan diambil dalam hitungan hari, melainkan minggu. Hal ini membuka peluang negosiasi, meski pasar tetap dalam posisi waspada.

Pasar saham AS sendiri tidak memberikan arahan kuat karena ditutup untuk memperingati hari libur Juneteenth. Meski begitu, kontrak berjangka indeks Nasdaq dan S&P 500 turun tipis 0,2% selama sesi perdagangan Asia, mencerminkan kehati-hatian investor global.

Di kawasan Asia, indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik (di luar Jepang) naik 0,7%, dipimpin oleh kenaikan 1,2% pada indeks Hang Seng Hong Kong. Namun secara mingguan, indeks tersebut masih mencatatkan penurunan 0,4%, menandakan kekhawatiran jangka pendek investor.

Pasar Korea Selatan menjadi sorotan dengan kenaikan 1,1%, mendorong indeks KOSPI menembus level 3.000 untuk pertama kalinya sejak awal 2022. Sentimen positif datang setelah Presiden baru Lee Jae Myung mengumumkan paket stimulus ekonomi besar.

Sementara itu, indeks Nikkei Jepang nyaris tidak bergerak. Dari sisi kebijakan moneter, bank sentral China mempertahankan suku bunga acuan seperti yang diperkirakan pasar, sementara Jepang melaporkan inflasi inti mencapai level tertinggi dua tahun pada Mei, menambah tekanan terhadap Bank of Japan (BoJ) untuk menaikkan suku bunga.

Kekhawatiran terhadap lonjakan harga energi akibat konflik Iran-Israel juga dirasakan oleh Bank of England (BoE), terutama karena Inggris sudah menanggung salah satu tarif energi tertinggi di Eropa. Ketidakstabilan harga energi menjadi risiko besar terhadap inflasi dan pemulihan ekonomi.

Meski tekanan inflasi meningkat, investor memprediksi kecil kemungkinan BoJ menaikkan suku bunga sebelum Desember 2025, dengan proyeksi saat ini baru mengindikasikan kemungkinan 50%.

Di pasar valuta asing, dolar AS melemah terhadap mata uang utama dunia, meski secara mingguan tetap menguat 0,5%. Euro naik 0,3% menjadi USD 1,1527, sementara pound sterling naik 0,2% ke USD 1,3494.

Pasar obligasi AS kembali dibuka setelah libur, namun perdagangannya relatif tenang. Imbal hasil obligasi AS 10 tahun bertahan di 4,39%, sedangkan obligasi jangka pendek dua tahun turun tipis menjadi 3,9289%.

Dari sisi kebijakan moneter global, Bank Sentral Swiss secara mengejutkan menurunkan suku bunga ke nol dan membuka kemungkinan suku bunga negatif. Sementara itu, BoE tetap mempertahankan kebijakan yang ada, namun memberi sinyal perlunya pelonggaran lebih lanjut. Di sisi lain, bank sentral Norwegia mengambil langkah agresif dengan memangkas suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2020.

Harga emas turun 0,5% menjadi USD 3.354 per ons dan mencatatkan penurunan mingguan sebesar 2,3%, menunjukkan bahwa investor belum sepenuhnya beralih ke aset aman di tengah ketegangan geopolitik.

Konflik terbuka antara Israel dan Iran, serta kemungkinan keterlibatan militer Amerika Serikat, menandakan risiko besar bagi stabilitas global. Ketergantungan dunia pada energi Timur Tengah membuat harga minyak sangat rentan terhadap ketegangan geopolitik, dan setiap guncangan harga bisa langsung memicu inflasi global yang sulit dikendalikan.

Kondisi ini dapat memperlambat pemulihan ekonomi pascapandemi, terutama di negara-negara berkembang yang rentan terhadap volatilitas harga energi dan mata uang. Selain itu, ketidakpastian politik dari AS menjelang pemilu menambah lapisan risiko baru dalam pasar global.

Bagi investor dan pelaku usaha patut untuk memantau perkembangan tersebut tidak hanya sebagai peristiwa regional, namun sebagai variabel ekonomi makro yang akan menentukan arah suku bunga, inflasi, hingga pertumbuhan global dalam beberapa kuartal ke depan. Diplomasi internasional dan kehati-hatian dalam pengambilan keputusan militer akan menjadi kunci menahan dampak buruk terhadap ekonomi dunia. (NJD)

Sumber: Reuters

Link: https://www.reuters.com/world/china/global-markets-wrapup-1-2025-06-20/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *