Sumber ilustrasi: pixabay
10 Juni 2025 16.15 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [09.6.2025] Pernahkah anda melihat otak manusia? Otak manusia yang meliki struktur yang berlekuk-lekuk bukan hanya unik dalam dunia hewan, tapi juga menjadi kunci penting dalam kemampuan berpikir dan konektivitas saraf, menurut studi terbaru dari University of California, Berkeley.
Dalam penelitian yang melibatkan 43 individu muda, tim ilmuwan memfokuskan perhatian pada dua area penting otak: korteks prefrontal lateral (LPFC) dan korteks parietal lateral (LPC), yakni bagian-bagian otak yang memproses penalaran logis dan kognisi tingkat tinggi.
Permukaan otak yang bergelombang terdiri atas lipatan yang disebut sulkus, dengan sulkus terkecil disebut sulkus tersier. Sulkus ini terbentuk paling akhir selama perkembangan otak dan dianggap memiliki peran penting dalam efisiensi fungsi otak.
Menurut Kevin Weiner, ahli saraf dari UC Berkeley, terbentuknya sulkus berpotensi memperpendek jarak antar area otak yang saling terhubung, meningkatkan efisiensi komunikasi saraf, dan pada akhirnya memengaruhi kapasitas kognitif seseorang.
Dalam analisis mereka, tim peneliti menemukan bahwa setiap sulkus memiliki pola konektivitas unik yang mencerminkan seberapa efektif bagian-bagian otak itu saling berkomunikasi dan tak hanya antara area yang berdekatan, tapi juga yang berjauhan.
Temuan ini memperkuat hasil studi tahun 2021 oleh tim yang sama, yang menemukan hubungan antara kedalaman sulkus dan kemampuan penalaran. Kini, penelitian ini memperluas pemahaman tentang mengapa korelasi itu bisa terjadi.
Diperkirakan sekitar 60–70% dari korteks otak tersembunyi di balik lipatan ini. Seiring bertambahnya usia, bentuk dan pola sulkus ini pun mengalami perubahan, menjadikannya indikator potensial perkembangan otak seumur hidup.
Ahli saraf Silvia Bunge menambahkan bahwa meski sulkus dapat berubah seiring dengan pertumbuhan, menjadi lebih dalam, lebih dangkal, atau menipis, karakteristik seperti ukuran dan letaknya relatif stabil antar individu.
Sifat-sifat ini menjadi perbedaan individual yang unik, bahkan ada sulkus yang bisa hadir di satu orang tapi tidak ada di orang lain. Artinya, struktur lipatan otak dapat menjadi sidik jari kognitif tiap manusia.
Penelitian ini menyatakan secara tegas bahwa struktur “gunung dan lembah” otak bukanlah hasil lipatan acak, melainkan bagian penting yang mungkin telah berevolusi untuk meningkatkan efisiensi dan kapasitas otak manusia.
Melihat ke depan, para peneliti berencana mengembangkan pemetaan rinci terhadap sulkus, yang suatu hari nanti bisa digunakan untuk menilai perkembangan otak pada anak dan mendeteksi gangguan neurologis sejak dini.
Akan tetapi, mereka menekankan bahwa ukuran dan kedalaman sulkus hanyalah sebagian kecil dari faktor yang membentuk kecerdasan. Banyak variabel lain seperti biologis dan lingkungan, yang saling berinteraksi dalam menentukan fungsi kognitif.
Bunge mengatakan bahwa fungsi kognitif tidak bisa dijelaskan oleh satu aspek anatomi saja. Dirinya menyoroti pentingnya pendekatan yang lebih menyeluruh dalam memahami kecerdasan manusia.
Salah satu faktor non-biologis terpenting adalah pengalaman. Kualitas pendidikan, lingkungan sosial, dan pelatihan mental semuanya terbukti dapat membentuk perkembangan dan performa otak bahkan hingga usia dewasa.
Implikasi penelitian ini meluas ke berbagai bidang, mulai dari pendidikan personal, kesehatan mental, hingga intervensi dini pada anak-anak dengan risiko gangguan perkembangan kognitif. Lebih jauh, pemahaman tentang sulkus juga dapat mengarah pada pembuatan strategi intervensi berbasis data anatomi individu, memungkinkan pendekatan terapi yang lebih presisi dan efektif.
Secara teknis, lipatan otak memainkan peran penting dalam memungkinkan area otak saling berkomunikasi secara efisien dalam ruang terbatas. Struktur ini seperti arsitektur jaringan informasi dalam superkomputer biologis. Dari perspektif evolusi, keberadaan sulkus yang kompleks mungkin merupakan salah satu alasan mengapa manusia memiliki kecerdasan yang jauh lebih tinggi dibandingkan spesies lain.
Penemuan ini membuka pintu bagi eksplorasi lebih dalam tentang bagaimana bentuk otak dapat memengaruhi cara kita berpikir, belajar, dan berinteraksi dengan dunia sekitar. Dan juga dapat menjadi pondasi bagi masa depan diagnosis neurologis berbasis struktur otak, sekaligus mengajarkan bahwa tiap manusia unik secara anatomi, bahkan di dalam kepala mereka sendiri. (NJD)
Sumber: ScienceAlert
Link: https://www.sciencealert.com/your-brain-wrinkles-are-way-more-important-than-we-ever-realized