Sumber ilustrasi: Freepik
30 Juli 2025 14.00 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [30.07.2025] Kucing dikenal sebagai makhluk penuh keanggunan, namun di balik kelincahannya, ada satu hal yang seolah menjadi musuh alami: air. Kebanyakan kucing rumahan menunjukkan reaksi kuat saat tubuh mereka terkena air, mulai dari meloncat keluar dari bak mandi hingga menjauh saat disemprot dengan botol spray. Meskipun ada beberapa pengecualian, seperti ras Turkish Van dan Maine Coon yang diketahui menikmati air, perilaku menghindari air tetap menjadi karakteristik umum yang diamati pada banyak kucing domestik.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan klasik: mengapa mayoritas kucing sangat tidak menyukai air? Meskipun belum ada studi ilmiah yang secara khusus membahas hubungan antara kucing dan air, sejumlah peneliti dan ahli perilaku hewan memberikan penjelasan berdasarkan evolusi, biologi, serta pengalaman hidup kucing itu sendiri.
Salah satu teori paling banyak dikutip berasal dari studi evolusi. Nenek moyang kucing rumahan diyakini berasal dari African wildcat (Felis silvestris lybica), spesies yang hidup di lingkungan kering seperti gurun. Habitat ini jarang memberikan paparan terhadap sumber air besar, sehingga tidak ada kebutuhan evolusioner bagi spesies tersebut untuk berenang atau berburu di air. Jenis mangsa yang diburu juga cenderung hewan darat seperti tikus dan reptil kecil.
Penjelasan ini memberikan konteks mengapa kucing domestik modern tidak memiliki naluri alami terhadap air. Akan tetapi, tidak semua ilmuwan sepakat dengan hal ini. Beberapa ahli mencatat bahwa persebaran African wildcat juga mencakup wilayah dengan kelembapan lebih tinggi, yang berarti sebagian individu pernah bersentuhan dengan lingkungan berair. Dengan demikian, asal geografis saja belum cukup menjelaskan aversi terhadap air.
Dari sudut pandang biologis, air menimbulkan ketidaknyamanan fisik bagi kucing. Bulu yang basah menjadi berat dan lengket, mengganggu pergerakan dan keseimbangan tubuh. Dalam kondisi seperti itu, kucing menjadi lebih rentan, yang bisa menimbulkan stres. Selain itu, kucing memiliki sistem penciuman yang sangat tajam, dan air, khususnya air keran, dapat membawa bau kimia atau klorin yang mengganggu.
Air juga berpotensi menghapus atau menutupi feromon alami yang terdapat di tubuh kucing. Feromon ini penting dalam komunikasi dan navigasi sosial sehingga kehilangan bau tersebut dapat menyebabkan keresahan pada kucing. Faktor-faktor ini menjadikan air sebagai elemen yang tidak hanya asing, tapi juga mengganggu pada banyak level sensorik bagi kucing.
Selain naluri dan biologi, pengalaman masa kecil juga memainkan peran penting. Proses sosialisasi pada anak kucing, yaitu pengenalan terhadap berbagai pengalaman sejak usia dini, dapat membentuk persepsi mereka terhadap air. Anak kucing yang dibesarkan di lingkungan dengan kehadiran air cenderung memiliki toleransi atau bahkan ketertarikan terhadap air saat dewasa. Namun, respons ini tetap bergantung pada masing-masing individu. Tidak semua anak kucing yang dikenalkan pada air akan menyukainya, dan sebaliknya, ada pula yang tumbuh menyukai air meski tidak pernah diperkenalkan sejak dini.
Ketidaksukaan kucing terhadap air tidak bersumber dari satu penyebab tunggal. Evolusi, kondisi biologis, dan pengalaman hidup semuanya berkontribusi dalam membentuk respons tersebut. Sebagian besar kucing memang tidak memiliki kebutuhan evolusioner atau fisiologis untuk berinteraksi dengan air, sehingga tidak mengejutkan jika respons yang muncul adalah penolakan. Penting untuk diingat bahwa setiap kucing, layaknya manusia, memiliki perbedaan dengan preferensi unik antara satu dengan lainnya. Meskipun secara umum mereka menghindari air, ada pengecualian yang membuktikan bahwa kebiasaan dan lingkungan juga berperan. (NJD)
Diolah dari artikel:
“Why do cats hate water?” oleh Marilyn Perkins.
Link: https://www.livescience.com/animals/domestic-cats/why-do-cats-hate-water