Mengungkap Titik Terendah di Daratan Bumi dan Proses Geologi Pembentuknya

Sumber ilustrasi: Freepik

16 Juli 2025 10.35 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [16.07.2025] Permukaan Bumi terdiri atas puncak-puncak menjulang dan lembah-lembah dalam yang terbentuk dari aktivitas geologis selama jutaan tahun. Titik tertinggi di daratan Bumi sudah lama dikenal, yaitu puncak Gunung Everest di Himalaya, yang menjulang lebih dari 8.800 meter di atas permukaan laut. Namun, tak kalah menarik adalah fakta tentang titik terendah di daratan, yang ternyata menyimpan kisah geologi kompleks dan belum sepenuhnya dipahami.

Titik terendah di daratan Bumi terletak di tepi Laut Mati, yang berada di wilayah Timur Tengah. Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), permukaan wilayah ini terletak sekitar 430 meter di bawah permukaan laut, menjadikannya lokasi terendah di daratan kering yang dapat dijangkau tanpa menyelam ke dalam lautan.

Akan tetapi penting untuk dibedakan bahwa ini bukanlah titik terdalam di seluruh permukaan planet. Gelar tersebut diberikan kepada Challenger Deep, titik paling dalam dari Palung Mariana di Samudra Pasifik, yang mencapai kedalaman lebih dari 10.900 meter dari permukaan laut.

Laut Mati sendiri adalah danau air asin besar yang memiliki panjang sekitar 76 kilometer dan lebar hingga 18 kilometer. Meskipun disebut “laut”, badan air ini sebenarnya merupakan danau endorheik, yaitu danau tertutup tanpa aliran keluar ke laut. Tingkat salinitasnya yang ekstrem membuat hampir tidak ada makhluk hidup yang dapat bertahan hidup di dalamnya, alasan mengapa biarawan pada masa lalu memberinya nama “Laut Mati”.

Permukaan Laut Mati sangat dinamis. NASA mencatat bahwa pada hari-hari musim panas yang panas dan kering, permukaan airnya bisa turun sebanyak 2 hingga 3 sentimeter hanya dalam satu hari akibat penguapan tinggi. Fluktuasi ini menjadikan pengukuran kedalamannya sebagai proses yang terus berubah dan menantang untuk dilacak secara akurat dari waktu ke waktu.

Secara geologis, Laut Mati terletak di atas struktur yang dikenal sebagai Sesar Laut Mati (Dead Sea Fault), yang membentang sepanjang sekitar 1.000 kilometer dari Laut Merah hingga Pegunungan Taurus di Turki. Sesar ini mulai terbentuk sekitar 20 juta tahun yang lalu, dan menjadi batas antara dua lempeng tektonik besar: Lempeng Afrika di barat dan Lempeng Arab di timur. Kedua lempeng ini terus bergerak ke arah utara, tetapi sisi timur bergerak sedikit lebih cepat, sekitar 5 milimeter per tahun.

Pergeseran ini menjadikan sesar Laut Mati sebagai jenis sesar transform, mirip dengan Sesar San Andreas di California. Namun, laju pergeseran di Laut Mati jauh lebih lambat dibanding San Andreas yang dapat bergerak sepuluh kali lebih cepat.

Awalnya para peneliti menyarankan bahwa Laut Mati terbentuk akibat adanya tikungan atau zigzag pada jalur sesar. Dalam kondisi ideal, sesar yang lurus memungkinkan dua sisi lempeng untuk bergeser tanpa menciptakan kekosongan. Akan tetapi jika jalur sesar berbelok, maka ketika dua sisi bergeser akan terbentuk celah terbuka di titik belokan tersebut. Celah ini dapat berkembang menjadi cekungan tarik-terpisah (pull-apart basin), sebuah fitur geologi yang dalam dan curam.

Namun demikian model klasik dari cekungan seperti ini menyebutkan bahwa cekungan biasanya menjadi panjang terlebih dahulu sebelum menjadi dalam. Dalam kasus Laut Mati, karakteristiknya justru sebaliknya. Menurut pengamatan Zvi Ben-Avraham dari Tel Aviv University, dasar selatan Laut Mati memiliki sedimen yang memanjang hingga 15 kilometer ke bawah, sementara lebarnya hanya sekitar 10 kilometer. Perbandingan ini menunjukkan ada sesuatu yang berbeda dari mekanisme pembentukannya.

Karenanya, Ben-Avraham dan rekan-rekannya mengusulkan model lain, yaitu model drop-down basin. Dalam model ini, ketika kedua sisi sesar bergeser dan sedikit saling menjauh, terbentuklah ruang kosong di antaranya. Kemudian, sebuah blok besar batuan basal terlepas dan turun ke bawah, menciptakan cekungan yang dalam tanpa perlu memperluas lebar struktur secara signifikan. Proses ini diperkirakan mulai terjadi sekitar 4 juta tahun lalu, dan menjelaskan mengapa Laut Mati menjadi sedalam itu tanpa menjadi sangat luas.

Meski menarik, perbedaan antara kedua model ini masih sulit dipastikan. Proses geologis seperti pergerakan lempeng berlangsung sangat lambat, sehingga pengamatan waktu nyata membutuhkan teknologi canggih dan biaya penelitian yang tinggi. Hingga kini, belum ada kesimpulan pasti mengenai model mana yang paling tepat menjelaskan pembentukan Laut Mati.

Laut Mati merupakan titik terendah di daratan Bumi, sebuah lokasi unik yang terbentuk melalui interaksi kompleks antara lempeng tektonik, aktivitas sesar, dan proses geologi yang berlangsung jutaan tahun. Fluktuasi permukaan dan karakteristik geologisnya menjadikan wilayah ini sangat penting untuk dipelajari lebih lanjut oleh para ilmuwan.

Pemahaman tentang Laut Mati tidak hanya menambah wawasan mengenai bentuk permukaan planet kita, tetapi juga memberi gambaran bagaimana dinamika kerak Bumi terus berlangsung secara perlahan namun signifikan. Studi-studi lanjutan di wilayah ini diharapkan dapat mengungkap lebih dalam bagaimana cekungan ekstrem seperti ini terbentuk dan berkembang seiring waktu.

Diolah dari artikel:
“What’s Earth’s lowest point on land?” oleh Charles Q. Choi.

Link: https://www.livescience.com/planet-earth/geology/whats-earths-lowest-point-on-land

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *