Mimpi Tak Hanya Terjadi Saat Tidur REM

Sumber ilustrasi: Pixabay

18 Agustus 2025 10.30 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [18.08.2025] Selama bertahun-tahun, fase tidur dengan gerakan mata cepat atau rapid-eye-movement (REM) dikenal luas sebagai satu-satunya waktu di mana manusia bermimpi. Fase ini memang memiliki karakteristik unik seperti aktivitas otak yang menyerupai kondisi sadar, gerakan mata yang cepat, dan kelumpuhan otot tubuh. Karena fitur-fitur tersebut, REM menjadi titik fokus utama dalam penelitian mimpi sejak pertama kali ditemukan pada 1950-an.

Akan tetapi, temuan ilmiah terbaru mulai membantah asumsi lama itu. Para ilmuwan kini mengetahui bahwa mimpi tidak terbatas pada fase REM saja. Fakta bahwa tokoh-tokoh seperti Salvador Dalí dan Thomas Edison mampu mengakses mimpi atau visualisasi kreatif melalui tidur singkat di luar REM turut menguatkan bahwa kesadaran mimpi juga mungkin terjadi di fase lain dalam siklus tidur manusia.

Pendapat bahwa mimpi hanya muncul di fase REM kini dinilai tidak akurat oleh para ahli tidur. Dalam studi yang dilakukan oleh seorang neurolog tidur dari Universitas Sorbonne, diketahui bahwa walaupun peserta tidak memasuki fase REM karena efek obat, mereka tetap melaporkan pengalaman mimpi saat dibangunkan. Hal ini menunjukkan bahwa mimpi dapat terjadi meskipun tanpa karakteristik fisik khas REM.

Mimpi yang terjadi saat tidur non-REM (NREM) memang cenderung berbeda. Seorang peneliti dari Netherlands Institute for Neuroscience menjelaskan bahwa mimpi di fase ini lebih singkat, kurang intens, tidak sejelas mimpi REM, dan sering kali lebih menyerupai aliran pikiran daripada narasi utuh. Namun, dalam beberapa kasus, mimpi non-REM juga bisa kaya akan visual dan sensasi, menandakan bahwa batas antar kedua jenis mimpi tidak selalu tegas.

Penelitian lebih lanjut menggunakan elektroensefalografi (EEG) menunjukkan bahwa meskipun fase REM dan NREM memiliki pola gelombang otak yang berbeda secara umum, ada kemiripan tertentu dalam aktivitas otak saat mimpi terjadi di keduanya. Temuan ini memperkuat pandangan bahwa mimpi adalah fenomena kompleks yang tidak terbatas pada satu jenis aktivitas otak atau tahapan tidur saja.

Selain itu, para peneliti menemukan bahwa semakin lambat aktivitas otak seseorang selama tidur, semakin kecil kemungkinan orang tersebut mengingat mimpi saat dibangunkan. Hal ini menjelaskan mengapa banyak orang mengira mereka tidak bermimpi, padahal otak mereka mungkin tetap aktif dalam memproduksi konten mimpi yang tidak terekam dalam ingatan sadar.

Meskipun penelitian ini telah memberikan wawasan baru, banyak pertanyaan tentang mimpi masih belum terjawab. Asal-usul mimpi, mekanisme biologis yang mendasarinya, alasan mengapa kita sulit mengingat mimpi, hingga fungsi mimpi dalam evolusi otak manusia tetap menjadi misteri. Namun demikian, dengan memahami bahwa mimpi juga bisa terjadi di luar REM, para ilmuwan membuka pintu untuk eksplorasi lebih luas tentang cara kerja pikiran yang tidak disadari.

Sebagian besar mimpi tidak pernah diingat, membuat kita meremehkan seberapa sering dan beragamnya mimpi yang terjadi setiap malam. Melalui studi mimpi dari berbagai fase tidur, ilmuwan berharap bisa memetakan hubungan mimpi dengan proses kognitif lain seperti memori, kreativitas, dan kesehatan mental.

Penelitian terbaru membuktikan bahwa mimpi tidak eksklusif terjadi pada fase tidur REM. Fase tidur non-REM juga dapat menghasilkan pengalaman mimpi, meskipun dengan intensitas dan narasi yang berbeda. Perbedaan antara mimpi REM dan non-REM menjadi penting dalam memahami bagaimana otak manusia membentuk realitas internal ketika tidak terhubung dengan dunia luar.

Dengan terus berkembangnya teknologi pemantauan otak seperti EEG, serta pendekatan multidisipliner dalam studi tidur, mimpi kini dipahami sebagai jendela unik untuk menyelami fungsi otak yang kompleks. Pemahaman ini tidak hanya memperkaya ilmu neurologi, tetapi juga membuka peluang baru dalam bidang kesehatan mental, kreativitas, dan pengembangan terapi tidur.

Diolah dari artikel:
“Can you dream during non-REM sleep?” oleh Marilyn Perkins.

Link: https://www.livescience.com/health/dreams/can-you-dream-during-non-rem-sleep

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *