Olahraga Rutin Kurangi Risiko Kematian Akibat Kanker Usus Besar Hingga 37%

Sumber ilustrasi: pixabay

9 Juni 2025 14.15 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [9.6.2025] Sudahkah anda berolahraga? Meski hanya melakukan jogging atau hanya melakukan jalan sehat menyempatkan diri untuk berolahraga masih merupakan intervensi kesehatan paling efektif. Dari penelitian terbaru menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang terstruktur secara signifikan meningkatkan harapan hidup pasien kanker usus besar. Temuan ini mengukuhkan peran central olahraga dalam pencegahan dan pengobatan kanker.

Penelitian internasional berskala besar yang disebut Challenge Study mengungkap bahwa program olahraga yang dirancang khusus dapat memperpanjang usia penyintas kanker usus besar dan mengurangi risiko kambuhnya penyakit tersebut. Temuan penelitian ini menjadi tonggak penting dalam integrasi olahraga sebagai bagian dari terapi kanker yang berbasis pada bukti.

Studi ini dipresentasikan dalam konferensi tahunan American Society of Clinical Oncology (ASCO), yang setiap bulan Juni mempertemukan para ahli kanker dari seluruh dunia di Chicago untuk membahas terobosan pengobatan kanker terbaru. Tahun ini, hasil dari Challenge Study menjadi salah satu temuan yang paling mencuri perhatian.

Penelitian ini dilakukan di enam negara dan dipublikasikan di jurnal New England Journal of Medicine. Sebanyak 889 pasien yang telah menyelesaikan kemoterapi dilacak secara longitudinal selama beberapa tahun untuk menilai efek jangka panjang olahraga pada kelangsungan hidup mereka.

Peserta secara acak dibagi ke dalam dua kelompok. Satu kelompok menerima perawatan standar pasca-terapi, sementara kelompok lainnya mengikuti program olahraga selama tiga tahun yang mencakup rencana latihan yang dipersonalisasi dan sesi pemantauan rutin bersama pelatih kebugaran.

Hasil yang didapat pada kelompok yang menjalani program olahraga mengalami penurunan 28% pada angka kekambuhan kanker dan penurunan 37% pada angka kematian dibandingkan kelompok kontrol. Ini adalah penurunan yang sangat signifikan secara klinis.

Jenis olahraga yang dilakukan tidak ekstrem. Sebagian besar peserta memilih berjalan cepat selama 45 menit sebanyak empat kali per minggu. Pendekatan ini membuktikan bahwa aktivitas fisik moderat pun dapat memberikan manfaat besar bagi kelangsungan hidup.

Lebih dari 90% peserta dalam kelompok olahraga tetap bebas kanker selama lima tahun setelah perawatan, dibandingkan hanya 74% di kelompok kontrol. Ini adalah salah satu bukti paling kuat bahwa intervensi gaya hidup dapat memperpanjang masa remisi.

Hal yang membedakan studi ini dari penelitian sebelumnya adalah desainnya yang berbasis uji coba acak terkontrol. Metode ini memungkinkan para peneliti membuktikan bahwa olahraga bukan hanya berkorelasi dengan hasil yang lebih baik, namun juga secara langsung menyebabkan peningkatan kelangsungan hidup.

Meskipun belum diketahui apakah hasil ini bisa diaplikasikan pada jenis kanker lain seperti kanker payudara, prostat, atau paru-paru, namun hasil ini adalah langkah awal yang penting menuju pendekatan pengobatan yang lebih menyeluruh dan berorientasi pada pasien.

Keberhasilan program sangat ditopang oleh dukungan sosial dan profesional. Pada tahap awal, peserta bertemu pelatih setiap dua minggu untuk memastikan kepatuhan dan adaptasi terhadap program, kemudian pertemuan dijadwalkan bulanan.

Cedera ringan seperti ketegangan otot memang sedikit lebih banyak terjadi pada kelompok olahraga (19%) dibanding kelompok kontrol (12%). Akan tetapi, ditekankan bahwa risiko ini dapat ditangani dengan mudah dan tidak sebanding dengan manfaat kelangsungan hidup yang besar.

Di sisi lain, studi terpisah yang juga dipresentasikan di ASCO menyoroti sisi lain dari olahraga, yakni pada potensi risiko dari latihan ketahanan ekstrem seperti lari maraton. Studi tersebut menemukan lebih banyak polip usus besar pada pelari maraton dibandingkan populasi umum. Penting dicatat bahwa peningkatan jumlah polip tidak berarti peningkatan risiko kanker. Sebagian besar polip yang ditemukan berisiko rendah dan tidak berkembang menjadi kanker. Tidak ada bukti peningkatan angka kanker dalam kelompok pelari.

Salah satu kemungkinan penjelasan adalah bahwa atlet ketahanan lebih sering melakukan pemeriksaan, sehingga polip lebih banyak terdeteksi. Alternatif lain, latihan ekstrem mungkin memicu peradangan sementara yang berkaitan dengan pertumbuhan polip.

Akan tetapi secara keseluruhan, individu yang aktif secara fisik tetap memiliki risiko kanker lebih rendah dibanding mereka yang sedentary yang menegaskan kembali manfaat perlindungan dari olahraga yang konsisten dan moderat.

Perbedaan hasil antara olahraga moderat dan ekstrem membuka diskusi baru di kalangan ilmuwan mengenai “dosis optimal” aktivitas fisik. Meskipun olahraga intens dapat memberikan manfaat performa, ada kemungkinan risiko biologis jika tidak diimbangi dengan pemantauan medis.

Peneliti juga mempertimbangkan peran dehidrasi saat olahraga ekstrem, perubahan fungsi pencernaan, serta suplemen yang dikonsumsi atlet ketahanan sebagai faktor yang bisa berkontribusi pada pembentukan polip.

Meskipun demikian, temuan ini tidak mengurangi nilai olahraga sebagai strategi kesehatan. Sebaliknya, temuan ini mengingatkan kita akan pentingnya menyesuaikan aktivitas fisik dengan kondisi individu dan melakukan pemantauan kesehatan secara rutin.

Studi ini membawa pesan optimis yang sangat aplikatif, khususnya bagi penyintas kanker. Yakni bahwa aktivitas fisik ringan tapi teratur, seperti berjalan cepat tiga jam per minggu, bisa menjadi bagian vital dari terapi jangka panjang.

Komponen sosial dalam program juga terbukti sangat penting. Pelatih kebugaran tidak hanya membantu membuat program latihan, tetapi juga memberikan motivasi, evaluasi, dan adaptasi terhadap kondisi pasien pasca pengobatan.

Secara biologis, olahraga memengaruhi berbagai proses penting seperti sensitivitas insulin, peradangan sistemik, dan fungsi kekebalan, semua berperan dalam perkembangan dan penyebaran kanker. Studi lanjutan kini mengevaluasi sampel darah peserta untuk memahami mekanisme ini lebih dalam.

Bagi pelari maraton dan atlet intensitas tinggi, temuan ini menyarankan perlunya pemeriksaan usus rutin seperti kolonoskopi sebagai langkah pencegahan tambahan tanpa perlu menghentikan aktivitas olahraga mereka.

Olahraga moderat yang konsisten, dikombinasikan dengan skrining kanker yang tepat waktu, adalah strategi pencegahan paling efektif terhadap kanker usus besar, salah satu kanker yang paling umum di dunia.

Penelitian ini menjadi bukti ilmiah kuat bahwa olahraga bukan hanya pelengkap gaya hidup sehat, tetapi juga bentuk terapi nyata dalam pengelolaan kanker. Temuan ini bisa mengubah cara dokter memberikan rekomendasi pasca-perawatan kanker bukan hanya resep obat, namun tetapi juga resep gerak badan.

Temuan ini dapat dilihat sebagai suatu alarm positif untuk mulai berolahraga dan menggerakkan tubuh. Kita tidak perlu melakukan olahraga berat, cukup berjalan cepat secara konsisten sudah terbukti menurunkan risiko kekambuhan kanker secara signifikan.

Cara ini memberikan kendali baru bagi para penyandang kanker usu atas proses pemulihan mereka. Mereka tidak lagi sekadar menunggu hasil tes, namun bisa tetap aktif berkontribusi pada peluang sembuh lebih lama melalui aktivitas fisik. Sementara itu, bagi atlet, temuan ini menjadi pengingat bahwa bahkan kebiasaan sehat seperti olahraga pun harus disesuaikan dan didukung dengan pemeriksaan kesehatan berkala. Olahraga bukan soal intensitas, namun soal keseimbangan, konsistensi, dan kesadaran tubuh. (NJD)

Sumber: ScienceAlert

Link: https://www.sciencealert.com/regular-exercise-reduces-death-from-colon-cancer-by-37-study-finds

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *