Sumber ilustrasi: unsplash
19 Mei 2025 11.20 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [19.5.2025] Penelitian terbaru menunjukkan bahwa dampak negatif lubang ozon terhadap kemampuan Samudra Selatan menyerap karbon dapat dipulihkan, asalkan emisi gas rumah kaca (GRK) secara global ditekan secara signifikan dalam waktu dekat. Studi ini dipimpin oleh para ilmuwan dari University of East Anglia (UEA) di Inggris.
Dalam studi tersebut ditemukan bahwa seiring pulihnya lapisan ozon, pengaruhnya terhadap kemampuan laut menyerap karbon akan berkurang. Namun, hal ini dibarengi dengan meningkatnya peran emisi GRK terhadap sirkulasi lautan dan penyerapan karbon di Samudra Selatan.
Samudra Selatan dikenal memiliki kontribusi besar dalam menyerap karbon dari atmosfer, jauh melebihi luas areanya. Kemampuan ini membantu mengurangi efek pemanasan global dengan menahan karbon di laut, sehingga pemahaman tentang seberapa besar dan bagaimana laut ini menyerap karbon menjadi sangat penting dalam konteks perubahan iklim global.
Peneliti dari UEA dan National Centre for Atmospheric Science (NCAS) memusatkan perhatian pada bagaimana ozon dan emisi GRK mengendalikan sirkulasi Samudra Selatan di sekitar Antarktika. Fokus mereka adalah pada dampak perubahan ini terhadap proses penyerapan karbon oleh laut dari atmosfer.
Mereka menganalisis bagaimana penyerapan karbon oleh Samudra Selatan berubah selama abad ke-20 dan memproyeksikan perubahannya hingga akhir abad ke-21. Temuan lengkap dari penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Science Advances.
Dr. Tereza Jarníková dari Tyndall Centre for Climate Change Research di UEA, yang menjadi penulis utama, menyampaikan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan adanya kemungkinan pembalikan efek buruk akibat kerusakan ozon terhadap angin, sirkulasi, dan penyerapan karbon. Namun, hal itu hanya akan terjadi dalam skenario emisi GRK yang rendah.
Selama beberapa dekade terakhir, hilangnya ozon stratosfer telah menyebabkan penguatan angin di wilayah tersebut, yang justru mengurangi kapasitas laut menyerap karbon. Sirkulasi ini membawa air laut dalam yang kaya karbon ke permukaan, membuat perairan menjadi kurang efektif dalam menyerap karbon dari atmosfer.
Namun, seiring dengan pemulihan lapisan ozon, tren tersebut dapat berbalik. Meski demikian, para peneliti memperingatkan bahwa peningkatan emisi GRK juga dapat memperkuat angin. Hal ini menjadikan perilaku sirkulasi laut dan tingkat penyerapan karbon di masa depan sebagai sesuatu yang belum dapat dipastikan.
Para peneliti menyatakan bahwa di masa lalu, pengaruh ozon sangat besar terhadap kekuatan angin dan penyerapan karbon. Namun di masa depan, peran ozon akan berkurang dan digantikan oleh dominasi pengaruh gas rumah kaca yang terus meningkat.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada masa mendatang, perubahan sirkulasi laut tidak akan sebesar pengaruhnya di masa lalu terhadap penyerapan karbon. Hal ini terjadi karena distribusi karbon antara permukaan dan laut dalam mengalami perubahan akibat aktivitas manusia dan pemanasan global.
Dalam studi tersebut, tim menggunakan model sistem bumi UKESM1 untuk mensimulasikan tiga skenario ozon dari tahun 1950 hingga 2100. Pertama, skenario di mana lubang ozon tidak pernah terbuka. Kedua, skenario realistis di mana lubang ozon terbuka namun mulai pulih setelah diterapkannya Protokol Montréal 1987. Ketiga, dunia di mana lubang ozon tetap sebesar ukuran tahun 1987 sepanjang abad ke-21.
Dua skenario emisi GRK juga disimulasikan, yakni skenario emisi rendah dan tinggi. Tim peneliti kemudian menghitung bagaimana karakter fisik utama lautan berubah selama 150 tahun simulasi tersebut, serta bagaimana perubahan tersebut memengaruhi jumlah karbon yang diserap oleh laut.
Opini
Hasil studi ini memberi sinyal bahwa meskipun kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia bisa bersifat jangka panjang, ada kemungkinan untuk membalikkan sebagian dampaknya dengan tindakan yang tepat. Keberhasilan Protokol Montréal dalam menghentikan perluasan lubang ozon menjadi bukti bahwa kebijakan internasional dapat memberikan hasil nyata, bahkan dalam skala global.
Namun demikian, tantangan ke depan justru lebih kompleks. Meskipun lubang ozon sedang dalam proses pemulihan, keberhasilan pemanfaatannya untuk mengembalikan fungsi lautan sebagai penyerap karbon akan sia-sia jika tidak disertai pengurangan drastis emisi gas rumah kaca. Dunia membutuhkan komitmen politik dan ekonomi yang serius untuk menghindari skenario terburuk perubahan iklim. (NJD)
Sumber: ScienceDaily
Link: https://www.sciencedaily.com/releases/2025/05/250516165150.htm