sumber ilustrasi: unsplash
29 Apr 2025 16.45 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [29.4.2025] Penelitian terbaru yang dipimpin oleh Netherlands Institute of Ecology (NIOO-KNAW) mengungkapkan bahwa pengelolaan tanah yang tidak terlalu intensif, seperti mengurangi frekuensi pembajakan dan menggunakan campuran tanaman penutup seperti rumput dan semanggi, terbukti mampu meningkatkan fungsi tanah secara signifikan. Hasil studi ini diterbitkan dalam jurnal Science dan menawarkan bukti ilmiah penting bagi praktik pertanian berkelanjutan, baik dalam sistem pertanian konvensional maupun organik.
Dalam riset tersebut, para peneliti dari NIOO, Wageningen University & Research (Belanda), serta Universität Tübingen (Jerman), menyoroti pentingnya tanah yang bersifat multifungsi untuk mendukung produksi pangan berkelanjutan. Mereka menjelaskan bahwa tanah yang sehat tidak hanya menyediakan nutrisi bagi tanaman, tetapi juga berperan dalam penyimpanan air, penyesuaian terhadap perubahan iklim, dan penekanan terhadap penyakit tanaman.
Penelitian dilakukan di lebih dari 50 pertanian di Belanda, mencakup jenis tanah liat dan berpasir. Masing-masing lokasi dipilih secara berpasangan, antara pertanian konvensional dan organik yang berdekatan, agar perbandingan dapat dilakukan secara adil. Para peneliti menemukan bahwa intensitas olah tanah—bukan sistem pertaniannya—merupakan faktor penentu utama dalam mempertahankan multifungsi tanah.
Wim van der Putten, ahli ekologi tanah dari NIOO, menyampaikan bahwa potensi perbaikan dalam sistem pertanian konvensional sangat besar, mengingat masih banyak lahan yang dikelola secara intensif. Ia menekankan bahwa pengolahan tanah yang terlalu dalam, seperti membalik tanah saat dibajak, menyebabkan gangguan besar terhadap kehidupan mikroba dalam tanah.
Selain pengurangan pembajakan, penanaman tanaman penutup seperti campuran rumput dan leguminosa juga terbukti memperkuat fungsi tanah. Sistem rotasi tanaman yang melibatkan serealia seperti gandum dan barley turut dianjurkan. Data menunjukkan bahwa kandungan karbon organik dalam tanah merupakan indikator terbaik untuk mengukur multifungsi tanah, sedangkan untuk indikator biologis, jumlah biomassa bakteri paling mencerminkan kesehatan tanah.
Peneliti lainnya, Kyle Mason-Jones, menilai bahwa istilah “intensifikasi berkelanjutan” yang selama ini populer dalam dunia pertanian, justru bertentangan dengan hasil penelitian mereka. Menurutnya, pengelolaan tanah yang terlalu intensif menurunkan fungsi tanah dan karenanya tidak berkelanjutan. Sebagai gantinya, tim peneliti mengusulkan pendekatan “de-intensifikasi produktif”, yaitu pendekatan pertanian dengan intensitas rendah namun tetap mempertahankan hasil panen.
Proyek ini merupakan bagian dari program Vital Soils yang didanai oleh NWO Groen dan dikoordinasikan oleh NIOO, dengan dukungan berbagai mitra akademis dan sosial. Temuan sebelumnya dalam proyek ini, yang menggunakan citra satelit, menunjukkan bahwa penurunan intensitas pengelolaan tidak berdampak signifikan terhadap hasil panen. Bahkan, pertanian organik dapat menyamai produktivitas pertanian konvensional sekitar 17 tahun setelah transisi dilakukan.
Peneliti Guusje Koorneef menambahkan bahwa dampak positif terhadap kesehatan tanah tidak hanya terbatas pada pertanian organik. Bahkan dalam sistem pertanian konvensional, pengurangan intensitas pengolahan tanah sudah memberikan hasil yang menjanjikan terhadap peningkatan fungsi tanah.
Buah Pikiran
Temuan ini menegaskan urgensi untuk mereformasi paradigma pertanian modern yang selama ini bertumpu pada intensifikasi produksi. Keberhasilan sistem “de-intensifikasi produktif” menunjukkan bahwa keberlanjutan dan produktivitas tidak harus menjadi dua kutub yang saling bertentangan. Justru dengan pendekatan yang lebih selaras dengan ekologi tanah, sektor pertanian dapat menjaga ketahanan pangan sekaligus memperkuat ketangguhan ekosistem.
Bagi pembuat kebijakan dan pelaku industri pertanian, hasil penelitian ini harus menjadi pertimbangan utama dalam merumuskan strategi jangka panjang. Kebijakan yang mendorong praktik pertanian ramah tanah, seperti insentif untuk rotasi tanaman, pengurangan pembajakan, dan penggunaan tanaman penutup, akan memberikan dampak positif tidak hanya pada hasil produksi, tetapi juga pada keberlanjutan lingkungan dan stabilitas sistem pangan global. (NJD)
Sumber: ScienceDaily
Link : https://www.sciencedaily.com/releases/2025/04/250425230526.htm