Perdagangan Global Memburuk, Tekanan Deflasi di China Semakin Dalam

sumber ilustrasi: unsplash

Desanomia [11.4.2025] China kembali mencatat penurunan harga konsumen untuk bulan kedua berturut-turut pada Maret 2025, sementara harga di tingkat produsen terus merosot. Data ini memperkuat kekhawatiran bahwa tekanan deflasi semakin mencengkeram ekonomi terbesar kedua dunia, di tengah ketegangan perdagangan yang makin memanas dengan Amerika Serikat.

Biro Statistik Nasional China (NBS) melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (CPI) turun sebesar 0,1% secara tahunan pada Maret, menyusul penurunan 0,7% pada Februari. Secara bulanan, CPI mencatat penurunan lebih tajam, yaitu 0,4%, lebih buruk dari penurunan 0,2% bulan sebelumnya dan meleset dari ekspektasi pasar.

Sementara itu, Indeks Harga Produsen (PPI) turun 2,5% secara tahunan, menjadi yang terlemah dalam empat bulan terakhir. Penurunan ini melebihi ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan sebesar 2,3%. Faktor utama yang mendorong penurunan ini adalah melemahnya harga minyak global dan berakhirnya musim dingin yang menurunkan permintaan energi di wilayah utara China.

Menurut Julian Evans-Pritchard, Kepala Ekonom China di Capital Economics, tekanan deflasi diperkirakan akan terus memburuk dalam beberapa kuartal ke depan karena para produsen China semakin kesulitan menyalurkan kelebihan pasokan mereka ke pasar ekspor. Dirinya juga menilai bahwa penurunan harga komoditas global dan tekanan terhadap sektor ekspor akan memaksa sejumlah produsen untuk memangkas harga lebih jauh demi bertahan di pasar.

Ketegangan dagang yang kembali meningkat antara China dan Amerika Serikat turut memperburuk situasi. Meskipun Presiden AS Donald Trump baru-baru ini mencabut sebagian tarif, keputusannya untuk tetap meningkatkan bea masuk terhadap produk China semakin memanaskan perang dagang yang telah berlangsung bertahun-tahun.

Kondisi ini memperumit upaya pemerintah China dalam menjaga target pertumbuhan ekonomi sekitar 5%. Di tengah lemahnya ekspor, Beijing mengandalkan konsumsi domestik untuk mendorong pertumbuhan. Namun, tekanan deflasi justru mengindikasikan lemahnya permintaan konsumen secara luas.

Core Inflasi, yang tidak memasukkan komponen harga makanan dan energi, memang menunjukkan sedikit peningkatan menjadi 0,5% pada Maret dari tahun sebelumnya. Namun, angka ini masih menunjukkan lemahnya tekanan inflasi dari sisi permintaan konsumen.

Untuk merespons kondisi ini, para ekonom dari Citi memperkirakan bahwa pemerintah China akan mendorong ekspansi permintaan domestik melalui kebijakan fiskal tambahan di tengah tekanan eksternal. Mereka memprediksi stimulus fiskal tambahan antara 1 triliun hingga 1,5 triliun yuan, yang bisa mencakup perluasan subsidi tukar tambah barang, subsidi pengasuhan anak, serta dukungan langsung untuk rumah tangga berpenghasilan rendah.

Di sisi lain, otoritas keuangan juga telah meminta lembaga-lembaga perbankan untuk melonggarkan kuota kredit konsumen dan memberikan fleksibilitas dalam persyaratan pinjaman guna meningkatkan daya beli masyarakat.

Meskipun demikian, Evans-Pritchard menilai bahwa kebijakan fiskal yang saat ini dijalankan masih terlalu banyak difokuskan pada sisi penawaran, seperti infrastruktur dan kapasitas produksi. Ia berpendapat bahwa pendekatan semacam itu kecil kemungkinannya akan cukup untuk mengimbangi dampak negatif dari lemahnya ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi.

Buah Pikiran

Tekanan deflasi yang terus berlangsung di China mencerminkan tantangan struktural yang mendalam, bukan sekadar persoalan musiman. Ketergantungan tinggi terhadap ekspor dan investasi menjadikan ekonomi China sangat rentan terhadap guncangan eksternal seperti perang dagang. Saat permintaan global melemah, kelebihan kapasitas dalam negeri menjadi beban yang sulit diatasi tanpa dukungan konsumsi domestik yang kuat.

Langkah-langkah stimulus yang telah dan akan diambil pemerintah, termasuk subsidi sosial dan pelonggaran kredit, memang patut diapresiasi. Namun, jika mayoritas pengeluaran publik masih diarahkan untuk proyek-proyek besar dan bukan untuk mengangkat daya beli masyarakat, maka dampaknya terhadap pertumbuhan akan terbatas. Dalam menghadapi lingkungan global yang semakin tidak pasti, memperkuat pasar domestik bukan hanya pilihan strategis, tetapi merupakan kebutuhan fundamental. Dukungan yang lebih nyata terhadap konsumsi rumah tangga, khususnya bagi kelompok berpendapatan rendah, dapat menjadi kunci untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. (NJD)

Sumber: Reuters

Link: https://www.reuters.com/world/china/chinas-consumer-prices-extend-declines-march-2025-04-10/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *