Sumber ilustrasi: pixabay
10 Juni 2025 07.45 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
[10.6.2025] Kabar terbaru seputar tarif. Pejabat tinggi Amerika Serikat dan China menggelar pertemuan penting di London pada Senin dalam upaya meredam ketegangan dagang yang semakin meningkat. Pertemuan ini menjadi sangat krusial karena sengketa antara dua ekonomi terbesar dunia telah berkembang dari saling memberlakukan tarif hingga pengendalian ekspor atas barang-barang vital dalam rantai pasokan global.
Pertemuan berlangsung di Lancaster House, bangunan bersejarah di pusat kota London, dan bertujuan untuk menindaklanjuti kesepakatan awal yang dicapai bulan lalu di Jenewa. Kesepakatan tersebut sempat memberi harapan terhadap terciptanya stabilitas baru dalam hubungan perdagangan Washington-Beijing, namun implementasinya masih dinilai lambat oleh pihak AS.
Pembicaraan dijadwalkan dimulai sekitar pukul 11.30 GMT. Momen ini datang di tengah tekanan ekonomi domestik bagi kedua negara, dengan pasar global menantikan sinyal positif dari pertemuan tersebut, terlebih setelah serangkaian kebijakan tarif yang diluncurkan Presiden AS Donald Trump sejak kembali menjabat pada Januari 2025.
Pemerintah Inggris, sebagai tuan rumah lokasi pertemuan namun bukan pihak negosiasi, menyampaikan dukungannya terhadap dialog ini. Juru bicara pemerintah Inggris pada Minggu malam mengatakan bahwa mereka mendukung perdagangan bebas dan menegaskan bahwa perang dagang dipandang tidak menguntungkan siapa pun.
Delegasi AS dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer. Dari pihak China, perundingan dikepalai oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng. Kehadiran Lutnick, yang bertanggung jawab atas kontrol ekspor AS, menunjukkan bahwa isu mineral tanah jarang, bahan strategis bagi teknologi dan militer, kini menjadi pusat pembicaraan.
Sebelumnya di Jenewa, kedua negara menyepakati pengurangan tarif impor yang selama ini mengekang arus barang di antara dua negara. Akan tetapi pihak AS menuduh China tidak menunjukkan komitmen serius, terutama dalam hal pelonggaran ekspor mineral tanah jarang yang krusial bagi sektor otomotif, semikonduktor, dan pertahanan global.
Pertemuan London berlangsung hanya empat hari setelah pembicaraan via telepon antara Trump dan Presiden China Xi Jinping yang merupakan percakapan langsung pertama mereka sejak pelantikan Trump pada Januari. Dalam percakapan berdurasi lebih dari satu jam, Xi mendesak Trump agar menghentikan kebijakan yang merusak stabilitas global dan memperingatkan risiko ketegangan baru di Taiwan.
Akan tetapi Trump mengklaim bahwa perbincangan tersebut “sangat positif,” khususnya dalam hal perdagangan dan menyebut bahwa Xi telah menyetujui untuk kembali mengekspor mineral tanah jarang dan magnet ke AS. Pasalnya keputusan Beijing pada April lalu untuk menangguhkan ekspor mineral strategis ini telah mengacaukan rantai pasokan global.
juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt kepada Fox News mengatakan bahwa mereka berharap pembicaraan ini menjadi langkah maju dari kesepakatan Jenewa. Dirinya juga menambahkan bahwa pemerintahan Trump tengah memantau kepatuhan China secara ketat. Pemerintah AS juga berharap pembicaraan ini membuka jalan menuju kesepakatan perdagangan yang lebih komprehensif.
Dampak dari kesepakatan awal di Jenewa sebelumnya telah menciptakan efek domino yang positif di pasar keuangan. Indeks S&P 500, yang sempat anjlok hampir 18% pasca pengumuman tarif besar-besaran oleh Trump, kini hanya tinggal 2% di bawah rekor tertingginya pada Februari lalu. Sepertiga dari pemulihan ini terjadi setelah tercapainya gencatan senjata dagang sementara.
Akan tetapi perjanjian sementara tersebut belum menyentuh persoalan struktural yang lebih dalam, seperti isu perdagangan ilegal fentanil, hubungan dengan Taiwan yang demokratis, serta model ekonomi China yang dikritik terlalu didominasi negara. Isu-isu ini diperkirakan akan terus menjadi sumber gesekan antara kedua kekuatan besar tersebut.
Sementara pemerintah Inggris menyediakan tempat dan dukungan diplomatik, mereka tidak menjadi pihak dalam negosiasi. Inggris dijadwalkan melakukan pembicaraan terpisah dengan delegasi China akhir pekan ini, terutama dalam konteks kerja sama perdagangan pasca-Brexit.
Di pasar global, pelaku pasar tampak waspada. Dolar AS melemah terhadap semua mata uang utama pada Senin pagi, menunjukkan sikap “wait-and-see” investor menjelang hasil pembicaraan. Sementara itu, harga minyak tetap datar, mencerminkan ketidakpastian jangka pendek.
Pertemuan ini memiliki dampak strategis yang sangat besar. Jika pembicaraan menghasilkan kesepakatan konkret, maka bukan hanya dua negara ini yang diuntungkan, namun juga ekonomi dunia secara keseluruhan akan mendapat nafas segar. Pasar saham yang sensitif terhadap ketegangan geopolitik dapat stabil, rantai pasokan bisa pulih, dan tekanan inflasi dapat mereda.
Sebaliknya, jika pembicaraan gagal, potensi eskalasi, baik dalam bentuk tarif lanjutan, larangan ekspor teknologi, maupun ketegangan militer di kawasan Indo-Pasifik, akan menjadi ancaman serius terhadap pemulihan ekonomi global pasca pandemi dan krisis energi. Industri seperti otomotif, semikonduktor, dan pertahanan sangat bergantung pada bahan baku dari China, termasuk tanah jarang. Gangguan jangka panjang akan mendorong negara-negara untuk mencari alternatif, yang memerlukan investasi besar dan waktu yang tidak singkat.
Dunia kini tengah menyaksikan negosiasi yang tak hanya menentukan masa depan dua kekuatan besar, tetapi juga arah baru globalisasi dan stabilitas ekonomi global untuk tahun-tahun mendatang. (NJD)
Sumber: Reuters
Link: https://www.reuters.com/world/china/key-us-china-trade-talks-set-monday-london-2025-06-09/