Sumber ilustrasi: freepik
16 Mei 2025 15.50 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [16.5.2025] Pasar saham Asia mengakhiri pekan dengan nada lemah pada Jumat ini, meskipun secara keseluruhan mencatat kinerja positif dalam sepekan terakhir. Euforia atas pembicaraan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok mulai mereda, sementara harapan baru terhadap pelonggaran kebijakan moneter di AS memicu reli di pasar obligasi yang sempat tertekan.
Harga minyak yang sempat anjlok lebih dari 2% pada perdagangan sebelumnya akibat kemungkinan kesepakatan nuklir AS-Iran mulai stabil. Kendati demikian, minyak tetap mencatat kenaikan sekitar 1% sepanjang pekan seiring dengan prospek ekonomi global yang kian cerah.
Sepanjang pekan ini, investor bersikap optimistis terhadap redanya ketegangan dagang antara Washington dan Beijing, yang mengurangi kekhawatiran akan resesi global. Namun, menjelang akhir pekan, para pelaku pasar menunjukkan sikap lebih berhati-hati.
Pelemahan juga tercermin dari pergerakan nilai tukar dolar AS yang kembali dijual terhadap mata uang safe haven. Dolar turun 0,4% terhadap yen Jepang dan melemah 0,3% terhadap franc Swiss.
Analis senior di Capital.com, Kyle Rodda, menilai bahwa menjelang akhir pekan risiko pasar relatif lebih kecil dibanding sebelumnya. Tidak ada jadwal pembicaraan dagang besar ataupun risiko signifikan. Meski begitu, ia memperingatkan bahwa selama masa kepresidenan Donald Trump, selalu ada potensi kejutan negatif di hari Senin yang bisa muncul hanya dari satu unggahan media sosial.
Indeks saham Asia-Pasifik di luar Jepang, MSCI Asia ex-Japan, terkoreksi 0,1% ke level 613,4 pada Jumat, namun tetap mencatat kenaikan lebih dari 3% dalam sepekan. Goldman Sachs bahkan menaikkan target 12 bulannya untuk indeks ini menjadi 660 dari sebelumnya 620.
Saham unggulan Tiongkok (CSI300) melemah 0,2%, sementara indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,6%. Di Jepang, indeks Nikkei terkoreksi 0,4% setelah data menunjukkan ekonomi Jepang mengalami kontraksi pada kuartal pertama tahun ini, kontraksi pertama dalam satu tahun terakhir, menandai rapuhnya pemulihan ekonomi Jepang di tengah kebijakan perdagangan AS.
Sementara itu, kontrak berjangka indeks Nasdaq dan S&P 500 sama-sama melemah 0,1% setelah Wall Street ditutup campuran. Data penjualan ritel AS yang lemah dan penurunan tak terduga pada indeks harga produsen bulan April mendorong spekulasi pelonggaran suku bunga sebesar total 56 basis poin oleh Federal Reserve pada tahun ini.
Ekspektasi tersebut membantu mendorong reli obligasi pemerintah AS setelah tekanan yang cukup berat selama sepekan. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun turun 3 basis poin menjadi 4,424% pada Jumat, setelah sebelumnya turun 7 bps pada hari Kamis. Meski demikian, imbal hasil pekanan masih naik sebesar 8 bps.
Imbal hasil obligasi dua tahun juga turun 2 bps menjadi 3,947%, setelah penurunan 8 bps sebelumnya.
Ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan bahwa para pembuat kebijakan perlu meninjau ulang elemen-elemen kunci seputar pekerjaan dan inflasi dalam pendekatan kebijakan moneter saat ini.
Di pasar komoditas, harga minyak relatif stabil. Minyak mentah AS naik tipis 0,1% menjadi $61,71 per barel, sementara Brent berada di $64,61 per barel, juga menguat 0,1% dalam perdagangan harian.
Di sisi lain, harga emas turun 0,5% menjadi $3.223 per ons, setelah melonjak 2% pada sesi sebelumnya. Untuk keseluruhan pekan, harga emas masih mencatat penurunan sebesar 3%.
Buah Pikiran
Stabilitas pasar saham Asia yang tetap mencatatkan keuntungan mingguan meskipun ditutup lemah mencerminkan ketahanan psikologis investor terhadap dinamika geopolitik dan ekonomi global. Fluktuasi tajam yang dipicu oleh data ekonomi maupun ekspektasi kebijakan moneter menunjukkan bahwa ketidakpastian global masih tinggi, dan pelaku pasar semakin mengandalkan sinyal dari bank sentral sebagai penentu arah jangka pendek.
Meskipun prospek pelonggaran kebijakan The Fed memberikan napas segar bagi pasar obligasi, kehati-hatian tetap diperlukan. Reli di pasar finansial yang semata-mata digerakkan oleh ekspektasi kebijakan, tanpa disertai pemulihan fundamental yang kuat, rentan terhadap pembalikan arah. Oleh karena itu, investor dan pengambil kebijakan perlu membaca dinamika dengan lebih jernih dan tidak hanya bergantung pada satu variabel makro semata. (NJD)
Sumber: Reuters
Link: https://www.reuters.com/markets/global-markets-wrapup-1-2025-05-16/