Sektor Swasta Zona Euro Kembali Kontraksi, Tekanan Tertumpu di Sektor Jasa

Sumber ilustrasi: pixabay

23 Mei 2025 14.45 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [23.5.2025] Berita terbaru dari Eropa, zona euro mencatat kontraksi sektor swasta untuk pertama kalinya pada tahun 2025, dengan aktivitas jasa turun tajam serta penurunan kepercayaan bisnis menghambat momentum pertumbuhan. Data awal dari S&P Global menunjukkan bahwa Indeks PMI Komposit turun ke angka 49,5 di bulan Mei, dari 50,4 pada April. Angka ini tidak hanya lebih rendah dari perkiraan awa; 50,7, namun juga menandai titik terendah sejak November 2024.

Sektor jasa yang selama ini menjadi penopang stabilitas ekonomi kawasan Eropa, mencatat penurunan terdalam dalam 16 bulan. PMI jasa merosot ke 48,9 dari 50,1 di bulan sebelumnya, dimana hal ini jauh dari ekspektasi pasar. Sementara itu, sektor manufaktur menunjukkan sedikit perbaikan dengan indeks naik sedikit ke 48,4, namun masih di bawah level pertumbuhan.

Anjloknya kinerja jasa menggarisbawahi berkurangnya permintaan domestik dan asing. Meski permintaan eksternal melemah, menurut para analis konsumsi dalam negeri yang lesu menjadi faktor utama yang menyeret turun kinerja sektor ini. Kondisi ini semakin diperburuk oleh ketidakpastian bisnis yang terus meningkat.

Data juga menunjukkan penurunan tajam dalam sentimen bisnis di Zona Euro yang sekarang berada pada level terlemah sejak Oktober 2023, dengan penurunan paling tajam sekali lagi terlihat di sektor jasa, dimana optimisme merosot ke titik yang terakhir terlihat pada September 2022. Ini mencerminkan kekhawatiran mendalam terhadap arah perekonomian, serta ketidakpastian terkait kebijakan moneter dan tekanan biaya operasional.

Dr. Cyrus de la Rubia, Kepala Ekonom di Hamburg Commercial Bank, menekankan bahwa tekanan ini tidak bisa disalahkan pada kebijakan perdagangan luar negeri. Selain mengatakan bahwa keadaan ini bukan akibat dari tarif AS, dirinya juga mengatakan bahwa aktivitas manufaktur justru mungkin terbantu oleh upaya untuk mengantisipasi kebijakan tersebut.

Satu-satunya titik terang dari keadaan ini datang dari sektor manufaktur yang mencatatkan kenaikan output selama tiga bulan berturut-turut. Meski belum kembali ke zona pertumbuhan, terdapat fakta bahwa tidak ada lagi penurunan pesanan baru memberikan harapan akan stabilisasi di sektor ini. Kenaikan ini terjadi di tengah turunnya harga energi, namun meningkatnya biaya tenaga kerja tetap menjadi perhatian utama.

Menurut de la Rubia, meski inflasi harga jual sektor jasa mulai melandai, tekanan biaya input justru meningkat, didorong oleh upah yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan dilema bagi Bank Sentral Eropa (ECB) yang ingin menjaga inflasi tetap terkendali namun juga mendorong pertumbuhan.

Di Jerman, ekonomi terbesar zona euro, PMI Komposit turun tajam ke 48,6 dari 50,1 di bulan sebelumnya. Sektor jasa menjadi penyebab utama kontraksi, dengan indeks jatuh ke 47,2. Sementara manufaktur menunjukkan ketahanan dengan PMI naik ke 48,8, hal ini belum cukup membalikkan tekanan yang lebih besar dari sektor jasa.

Meskipun demikian, peningkatan moral bisnis Jerman yang tercermin dalam survei Ifo, yang naik ke 87,5 pada Mei menjadi anomali positif. Peningkatan ini menunjukkan bahwa pelaku usaha mungkin memiliki ekspektasi jangka menengah yang lebih baik, terutama dengan kemungkinan adanya stimulus fiskal untuk infrastruktur dan pertahanan.

Prancis juga mengalami kondisi serupa. PMI Komposit naik sedikit ke 48,0. Akan tetapi jasa tetap berada di zona kontraksi dengan angka 47,4. Di sisi lain, seperti yang telah disampaikan diatas, sektor manufaktur menunjukkan tanda-tanda pemulihan, dengan PMI naik ke 49,5. Ketidakpastian politik dalam negeri dan lingkungan ekonomi yang rapuh disebut sebagai faktor utama yang menghambat pertumbuhan.

Jonas Feldhusen dari Hamburg Commercial Bank mencatat bahwa dinamika harga di Prancis patut diwaspadai. Walau harga output menurun (deflasi), biaya inputnya meningkat yang menciptakan tekanan pada margin keuntungan terutama di sektor jasa.

Sementara itu, di pasar keuangan respon terhadap data PMI ini beragam. Meskipun data belum lengkap untuk sekarang euro tetap stabil di sekitar $1,1330, didorong oleh keraguan investor terhadap stabilitas fiskal AS. Obligasi pemerintah Jerman juga tidak banyak bergerak, dengan imbal hasil 10 tahun tetap di 2,65%. Di sisi lain saham zona euro tergelincir mengikuti pelemahan Wall Street. Indeks Euro STOXX 50 turun 1,4%, dengan mayoritas komponennya mencatat kerugian. Indeks nasional seperti DAX Jerman dan CAC 40 Prancis juga mengalami penurunan 0,7%.

Kontraksi sektor swasta zona euro menjadi alarm penting bagi ekonomi global yang masih mencoba menavigasi transisi pasca-pandemi dan tekanan geopolitik. Kerapuhan sektor jasa, yang umumnya dipandang tahan terhadap guncangan luar, menunjukkan bahwa pemulihan berbasis konsumsi belum sepenuhnya pulih. Hal ini dapat memperlambat arus perdagangan dan investasi lintas kawasan.

Lebih jauh lagi data-data ini memberikan tekanan tambahan bagi ECB yang sudah berada dalam posisi sulit. Pada satu sisi, inflasi belum sepenuhnya stabil; dan di sisi lain, pertumbuhan lemah menuntut pelonggaran moneter. Keputusan ECB untuk melanjutkan penurunan suku bunga secara hati-hati akan menjadi kunci, namun mungkin belum cukup tanpa dukungan fiskal yang lebih besar dari pemerintah anggota.

Secara global, perlambatan zona euro bisa berdampak pada mitra dagang utama seperti China, Amerika Serikat, dan negara berkembang yang bergantung pada permintaan Eropa. Hal ini dapat memperburuk ketidakpastian global, memengaruhi pasar keuangan, serta memperlambat pemulihan ekonomi secara keseluruhan. (NJD)

Sumber: Euronews

Link: https://www.euronews.com/business/2025/05/22/eurozone-private-sector-slips-into-contraction-as-services-falter-in-may

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *