Sumber ilustrasi: Freepik
20 September 2025 09.45 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [20.09.2025] Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), akhirnya memangkas suku bunga acuannya sebesar 0,25 persen pada Rabu (17/9), menjadikannya penurunan pertama di tahun 2025. Suku bunga kini berada di kisaran 4,1 persen, turun dari 4,3 persen. Selain itu, lembaga tersebut memproyeksikan dua pemangkasan tambahan sebelum akhir tahun, di tengah kekhawatiran yang meningkat terkait melambatnya pasar tenaga kerja dan kenaikan angka pengangguran.
Langkah ini diambil setelah sepanjang tahun 2025 The Fed mempertahankan suku bunga tetap, sambil mencermati dampak dari berbagai kebijakan ekonomi dan politik, termasuk tarif dagang dan pengetatan imigrasi dari pemerintahan Trump. Meski inflasi masih berada sedikit di atas target 2 persen, perhatian kini bergeser pada perlambatan signifikan dalam penciptaan lapangan kerja.
Penurunan suku bunga ini diharapkan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan biaya pinjaman bagi konsumen dan pelaku usaha. Meski demikian, pasar merespons dengan hati-hati. Indeks S&P 500 turun tipis 0,1 persen, Nasdaq juga melemah, sedangkan Dow Jones justru naik 0,5 persen, mencerminkan ketidakpastian investor terhadap arah kebijakan berikutnya.
Ketua The Fed, Jerome Powell, menjelaskan bahwa keputusan pemangkasan lebih berfokus pada risiko terhadap pasar tenaga kerja ketimbang inflasi yang masih relatif tinggi. Namun, ia juga menekankan bahwa proyeksi pemangkasan tambahan bersifat probabilistik, bukan jaminan. Dalam proyeksi yang dirilis, sebagian besar pejabat Fed mendukung dua kali pemotongan lagi tahun ini, dengan mayoritas tidak menyarankan pemangkasan agresif.
Akan tetapi perpecahan mulai tampak dalam internal komite. Hanya satu anggota, Stephen Miran yang baru dilantik oleh Senat sehari sebelum rapat, yang menentang keputusan tersebut dan menginginkan pemangkasan sebesar setengah poin. Miran, yang merupakan pilihan Presiden Trump, disebut sebagai pendukung pemangkasan agresif hingga mencapai suku bunga 2,9 persen di akhir tahun. Muncul pula laporan bahwa beberapa pejabat lain mendukung maksimal satu pemotongan lagi, sementara tujuh orang menolak seluruhnya.
Perbedaan pandangan di dalam komite penentu suku bunga ini mencerminkan ketidakpastian ekonomi saat ini. Inflasi tercatat naik menjadi 2,9 persen pada Agustus, dibanding 2,7 persen di bulan sebelumnya. Biasanya, inflasi tinggi terjadi bersamaan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang kuat, namun kali ini justru terjadi sebaliknya, kombinasi yang menyulitkan kebijakan moneter.
Selain tantangan ekonomi, The Fed juga menghadapi tekanan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Presiden Trump secara terbuka mengkritik Powell dan mendorong penurunan suku bunga hingga tiga poin penuh. Lebih lanjut, Trump juga berusaha memecat Gubernur The Fed Lisa Cook, langkah yang belum pernah dilakukan oleh seorang presiden dalam sejarah 112 tahun lembaga ini. Pemerintahannya menuduh Cook terlibat dalam penipuan hipotek, namun sejumlah analis melihatnya sebagai manuver politik untuk mempercepat agenda pelonggaran moneter.
Upaya pemecatan tersebut telah dibatalkan oleh pengadilan banding, yang menyatakan bahwa tindakan itu melanggar hak Cook atas proses hukum. Sebelumnya, pengadilan tingkat pertama juga menilai bahwa Presiden Trump tidak memiliki alasan sah untuk memberhentikan pejabat independen tersebut. Meskipun demikian, ketegangan ini menambah tekanan terhadap independensi The Fed dalam menjalankan tugasnya.
Dalam konferensi pers, Powell menegaskan bahwa lembaga yang dipimpinnya tetap menjalankan fungsinya seperti biasa dan menolak anggapan bahwa The Fed telah menyerah pada tekanan politik. Di sisi lain, banyak pengamat menilai bahwa situasi saat ini menunjukkan pentingnya menjaga batas tegas antara kebijakan moneter dan intervensi politik, terutama menjelang tahun pemilu.
Situasi ini juga berbeda dibandingkan dengan kebijakan moneter global lainnya. Bank Sentral Eropa baru-baru ini mempertahankan suku bunganya karena inflasi mulai terkendali, dan ekonomi Eropa belum terlalu terpengaruh oleh tarif dari AS. Di Inggris, Bank of England juga diperkirakan akan mempertahankan suku bunga karena inflasi di sana masih tinggi, yaitu 3,8 persen.
Pemangkasan suku bunga oleh The Fed menandai pergeseran penting dalam kebijakan moneter AS di tahun 2025, dari fokus terhadap inflasi menjadi perhatian terhadap pasar tenaga kerja yang melemah. Meskipun inflasi masih di atas target, perlambatan dalam perekrutan tenaga kerja dan meningkatnya angka pengangguran mendorong The Fed untuk bertindak. Akan tetapi, langkah ini tetap dibayangi oleh ketidaksepakatan internal dan ketidakpastian kondisi ekonomi ke depan.
Selain tantangan teknis dan ekonomi, tekanan politik yang dilakukan Presiden Trump terhadap The Fed menciptakan dinamika baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Upaya mencampuri independensi bank sentral dan mempercepat pelonggaran moneter melalui pengangkatan serta pemecatan pejabat, berpotensi mengancam kredibilitas dan kestabilan lembaga. Dengan arah ekonomi global yang juga tidak menentu, The Fed kini berada di persimpangan jalan yang sangat krusial.
Diolah dari artikel:
“Federal Reserve cuts key rate for first time this year” oleh Christopher Rugaber.
Link: https://apnews.com/article/federal-reserve-inflation-trump-2d05401d7c9cb2393925f494aac71d89