Mengapa Keanekaragaman Hayati Penting Bagi Pertanian dan Sistem Pangan

Desanomia [15.3.2025] Bayangkan dunia di mana sumber pangan yang kita andalkan hanya terbatas pada segelintir spesies tanaman saja. Ini bukan gambaran masa depan yang jauh, melainkan kenyataan yang mulai terjadi saat ini. Di ladang, pertanian, hingga hutan di seluruh dunia, keanekaragaman hayati — yang menjadi penopang utama ekosistem dan sistem pangan kita — kini menghadapi ancaman serius.

Dampak dari perubahan iklim, perusakan habitat, dan ekspansi pertanian yang tidak terkendali menyebabkan hilangnya keanekaragaman genetik dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini tidak hanya menimbulkan kekhawatiran bagi para ilmuwan dan pegiat lingkungan, tetapi juga mengancam ketahanan pangan global dan, pada akhirnya, kelangsungan hidup manusia.

Tantangan Hilangnya Keanekaragaman Hayati di Pertanian

Hilangnya keanekaragaman hayati di sektor pertanian menjadi ancaman serius bagi sistem pangan dunia. Selama abad terakhir, sekitar 75% keanekaragaman genetik tanaman telah hilang seiring dengan pergeseran praktik pertanian menuju tanaman berproduksi tinggi yang secara genetik seragam.

Saat ini, hanya sembilan spesies tanaman yang mencakup 66% dari total produksi tanaman dunia, dengan beras, gandum, dan jagung saja yang menyumbang lebih dari setengah kebutuhan kalori nabati di dunia.

Ketergantungan yang berlebihan pada tanaman tertentu ini melemahkan ketahanan sistem pangan, membuatnya lebih rentan terhadap hama, penyakit, dan cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim.

Hilangnya keragaman ini mengingatkan pada Tragedi Kelaparan Kentang Irlandia (Irish Potato Famine) pada tahun 1840-an, di mana ketergantungan pada satu varietas kentang yang seragam secara genetik menyebabkan kegagalan panen besar-besaran akibat serangan penyakit.

Keanekaragaman genetik dalam tanaman berfungsi sebagai benteng alami terhadap perubahan lingkungan. Beragam varietas tanaman merespons kondisi cuaca, hama, dan penyakit dengan cara yang berbeda, memberi petani lebih banyak pilihan untuk mengelola risiko. Ketika satu jenis tanaman gagal, varietas lain dapat menjadi penopang hasil panen dan sumber mata pencaharian.

Namun, dengan berkurangnya keanekaragaman di lahan pertanian, para petani semakin kehilangan alat untuk beradaptasi dengan tantangan yang dibawa oleh perubahan iklim.

Dampak Lingkungan dari Praktik Pertanian Modern

Praktik pertanian modern turut memperparah hilangnya keanekaragaman hayati. Sektor pertanian bertanggung jawab atas sekitar 90% deforestasi global, yang berkontribusi besar pada hilangnya habitat dan kepunahan berbagai spesies.

Penggunaan berlebihan pupuk kimia dan pestisida mencemari tanah dan aliran air, merusak ekosistem, serta mengurangi layanan ekosistem penting seperti penyerbukan dan kesuburan tanah.

Degradasi tanah kini memengaruhi sepertiga dari total lahan pertanian dunia. Di wilayah Sub-Sahara Afrika, pertanian menyumbang 80% dari kerusakan tanah pertanian, sehingga hanya sedikit spesies tanaman yang mampu bertahan di tanah yang kondisinya semakin memburuk.

Selain itu, penggunaan berlebihan pupuk nitrogen dan limbah peternakan di kawasan seperti Asia dan Amerika Latin telah mengganggu siklus nitrogen alami, yang tidak hanya mempercepat perubahan iklim tetapi juga memperlemah daya tahan ekosistem terhadap gangguan lingkungan.

Dampak Terhadap Kesehatan Manusia

Hilangnya keanekaragaman hayati juga berdampak langsung pada kesehatan manusia. Pola makan global kini semakin homogen, didominasi oleh beberapa tanaman pokok yang kaya energi tetapi rendah nutrisi.

Saat ini, kurang dari 200 spesies tanaman yang berkontribusi pada pasokan pangan dunia. Minimnya variasi ini berdampak serius pada kesehatan masyarakat, dengan sekitar 11 juta kematian dini setiap tahunnya dikaitkan dengan pola makan yang tidak sehat.

Hilangnya beragam sumber pangan bergizi, seperti buah, sayur, kacang-kacangan, dan biji-bijian, memperburuk masalah gizi di dunia — mulai dari kekurangan gizi hingga obesitas.

Solusi untuk Mengembalikan Keanekaragaman Hayati

Mengatasi krisis ini memerlukan pendekatan komprehensif yang mencakup konservasi, praktik pertanian berkelanjutan, dan inovasi ilmiah.

Salah satu langkah penting adalah melestarikan sumber daya genetik — termasuk benih, gen, dan organisme hidup yang menjadi dasar sistem pangan kita.

Jaringan bank gen global yang dikembangkan oleh CGIAR telah mengumpulkan lebih dari 700.000 jenis tanaman dari 3.000 spesies yang berfungsi sebagai sumber daya genetik untuk mengembangkan varietas tanaman yang tahan terhadap iklim dan penyakit.

Proyek ini mencakup varietas tanaman warisan lokal yang penting bagi masyarakat setempat, termasuk tanaman pakan ternak, pohon, dan spesies liar.

Salah satu upaya paling terkenal dalam melestarikan sumber daya genetik adalah pendirian Svalbard Global Seed Vault di Norwegia — dikenal sebagai “Doomsday Vault”. Vault ini berfungsi sebagai cadangan benih global yang melindungi keanekaragaman hayati tanaman jika terjadi bencana besar.

Selain itu, praktik konservasi di lahan pertanian (on-farm conservation) juga memainkan peran penting dalam menjaga keanekaragaman hayati pertanian.

Pertanian Berkelanjutan untuk Masa Depan

Pendekatan pertanian berkelanjutan seperti rotasi tanaman, penanaman tumpangsari, dan agroforestri dapat membantu mengembalikan keanekaragaman hayati ke lahan pertanian.

Praktik ini memanfaatkan kekuatan keanekaragaman untuk meningkatkan kesehatan tanah, mengendalikan hama secara alami, dan mengoptimalkan penggunaan air. Dengan cara ini, pertanian menjadi lebih tangguh terhadap tekanan lingkungan sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis.

Di Afrika, inovasi seperti pisang dan pisang raja tahan penyakit telah berhasil meningkatkan hasil panen petani melalui pendekatan berbasis biodiversitas yang dipadukan dengan teknik pemuliaan cerdas.

Seruan Kerja Sama Global

Melindungi keanekaragaman hayati adalah tantangan global yang membutuhkan kerja sama internasional. Sumber daya genetik sering kali ditemukan di wilayah yang jauh dari lokasi di mana mereka paling dibutuhkan, sehingga kerja sama lintas negara sangat penting.

Perjanjian Internasional tentang Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian (Plant Treaty) memberikan kerangka hukum yang memungkinkan akses yang adil terhadap sumber daya genetik yang penting untuk mendukung sistem pertanian global.

Namun, meskipun telah terdapat kesepakatan ilmiah yang jelas mengenai pentingnya keanekaragaman hayati, dukungan untuk konservasi dan pemanfaatannya secara berkelanjutan masih belum memadai.

Pemerintah, lembaga penelitian, dan sektor swasta didorong untuk menjadikan keanekaragaman hayati sebagai prioritas dalam perencanaan ketahanan pangan global.

Keanekaragaman hayati adalah kunci untuk memastikan masa depan pangan yang berkelanjutan. Dengan melindungi dan memulihkan keanekaragaman hayati, kita tidak hanya menjaga ekosistem tetapi juga memastikan ketersediaan pangan yang lebih aman, sehat, dan beragam bagi generasi mendatang. (NJD)

Sumber : Science.

Link : https://www.science.org/doi/10.1126/science.ads8197

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *