Peningkatan Konsumsi Listrik, Membahayakan Tanaman Pangan?

sumber ilustrasi: unsplash

Desanomia [5.4.2025] Sebagian besar wilayah India diperkirakan akan mengalami cuaca yang lebih panas dari biasanya hingga bulan Juni. Keadaan ini meningkatkan risiko kekurangan air dan menambah beban pada jaringan listrik negara tersebut. Warga India kemungkinan akan lebih banyak menggunakan pendingin udara untuk menghindari panas yang menyengat yang berujung kepada lonjakan konsumsi energi.

Mrutyunjay Mohapatra, Direktur Jenderal Departemen Meteorologi India, mengatakan bahwa beberapa daerah di India kemungkinan akan mengalami lebih banyak hari gelombang panas daripada biasanya dalam periode tiga bulan yang akan datang. Selain itu, suhu maksimum di India diperkirakan akan lebih tinggi dari biasanya pada bulan April, yang menambah kekhawatiran terhadap dampak gelombang panas terhadap sektor pertanian, khususnya pada tanaman gandum yang sedang dipanen saat ini.

Prediksi cuaca yang lebih panas didasarkan pada cuaca bulan Maret yang lebih terik dari biasanya yang meningkatkan risiko kerusakan pada tanaman gandum yang sedang dipanen. Jika hasil produksi gandum menurun, pemerintah India mungkin akan mempertimbangkan untuk mengurangi atau menghapus bea impor sebesar 40 persen yang diberlakukan sejak 2022. Pembatasan ekspor juga diberlakukan setelah Maret 2022, yang tercatat sebagai bulan terpanas dalam lebih dari seratus tahun, yang berdampak pada penurunan hasil panen dan memaksa pemerintah untuk mengontrol harga pangan.

Di sisi lain, meningkatnya suhu juga akan memperburuk beban pada pembangkit listrik, yang akan membutuhkan lebih banyak batu bara untuk memenuhi permintaan listrik yang semakin meningkat, guna menghindari pemadaman listrik di negara dengan populasi terbesar di dunia. Pasokan listrik yang stabil sangat penting untuk memberikan kelegaan dari panas yang ekstrem dan untuk mendukung rumah sakit yang sedang menangani lonjakan kasus kelelahan akibat panas.

Pemerintah India telah bersiap untuk menghadapi permintaan listrik puncak yang diperkirakan akan memecahkan rekor pada musim panas ini. Pemerintah telah meminta operator pembangkit listrik untuk menunda penghentian perawatan selama musim panas agar pasokan listrik tetap terjaga. Meski ada peningkatan 16 persen dalam stok batu bara di pembangkit, otoritas masih berupaya memastikan distribusi pasokan yang merata di berbagai wilayah.

Prediksi menunjukkan bahwa permintaan puncak listrik tahun ini dapat mencapai 270 gigawatt, dimana angka ini melebihi rekor tertinggi sebelumnya yaitu 250 gigawatt pada tahun lalu. Selain itu, India mungkin juga akan mengalami peningkatan permintaan bahan bakar diesel, karena suhu yang tinggi mendorong banyak orang untuk berlibur ke daerah pegunungan yang lebih sejuk. Penggunaan generator diesel juga meningkat karena pemadaman listrik di beberapa daerah.

Buah Pikiran

Tantangan yang dihadapi India terkait dengan perubahan iklim dan lonjakan permintaan energi menunjukkan betapa pentingnya diversifikasi energi terbarukan dan kebijakan mitigasi yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim. Krisis panas yang semakin intensif tidak hanya mengancam hasil pertanian, tetapi juga mengancam stabilitas pasokan energi yang vital bagi kehidupan masyarakat. India perlu segera merumuskan strategi yang lebih kuat dalam mengelola konsumsi energi dan memperkuat ketahanan sektor pertanian agar dapat menghadapi dampak perubahan iklim yang semakin nyata. Jika langkah-langkah ini tidak segera diambil, India berisiko menghadapi krisis yang lebih besar dalam waktu dekat. (NJD)

Sumber: South China Morning Post

Link: https://www.scmp.com/news/asia/south-asia/article/3304616/india-braces-record-electricity-demand-amid-heatwave-risking-wheat-crop-damage?module=perpetual_scroll_0&pgtype=article

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *