sumber ilustrasi: freepik
Desanomia [9.4.2025] Pemerintah Amerika Serikat mengumumkan bahwa tarif sebesar 104% terhadap impor dari China akan diberlakukan segera setelah tengah malam, meskipun Presiden Donald Trump terus memulai pembicaraan dengan mitra dagang lainnya yang juga terimbas oleh kebijakan tarif besar-besaran yang diumumkan pada minggu lalu. Keputusan ini memicu dampak signifikan terhadap pasar saham dan ekonomi global, yang terus menunjukkan penurunan sejak pengumuman tersebut.
Saham AS kembali jatuh pada hari Selasa, mencatatkan penurunan keempat berturut-turut sejak pengumuman tarif Trump pada minggu lalu. Indeks S&P 500 ditutup di bawah angka 5.000 untuk pertama kalinya dalam hampir satu tahun. Pada saat yang sama, indeks ini telah turun sebesar 18,9% dari puncaknya pada 19 Februari. Penurunan ini sangat mendekati angka 20%, yang sering dianggap sebagai indikator pasar beruang. Total kerugian yang dialami oleh perusahaan-perusahaan yang terdaftar di S&P 500 mencapai $5,8 triliun dalam nilai pasar saham, yang menjadi kerugian empat hari terdalam yang tercatat sejak indeks tersebut pertama kali dibuat pada tahun 1950-an.
Pasar saham global sebelumnya sempat mencatatkan keuntungan berkat harapan bahwa Trump mungkin akan terbuka untuk merundingkan tarif-tarif yang dikenakan pada berbagai negara dan produk, yang mencakup sebagian besar pasar konsumen terbesar di dunia. Namun, harapan tersebut segera terkikis, dan pasar kembali tertekan ketika pemerintahan AS menyatakan bahwa negosiasi dengan China tidak akan menjadi prioritas utama, meskipun pembicaraan akan dilanjutkan dengan negara-negara mitra lainnya.
Tarif sebesar 104% yang diterapkan pada China menjadi sangat signifikan, terutama mengingat hubungan dagang antara kedua negara yang sudah cukup kompleks. Ini adalah langkah balasan dari kebijakan tarif China yang diumumkan minggu lalu. China, yang merupakan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, menanggapi kebijakan ini dengan tegas, menolak untuk tunduk pada apa yang mereka sebut sebagai pemerasan dan berjanji untuk melawan kebijakan tersebut hingga akhir. Sementara itu, pemerintahan Trump tetap pada rencananya untuk memfokuskan pembicaraan dengan negara-negara sekutu terdekat, seperti Jepang dan Korea Selatan, yang juga merupakan mitra dagang penting bagi AS.
Di sisi lain, Kanada merespons kebijakan tarif tersebut dengan mengenakan tarif 25% terhadap beberapa kendaraan impor, yang mulai diberlakukan segera setelah tengah malam. Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, menegaskan bahwa keputusan tersebut adalah langkah responsif terhadap kebijakan tarif Trump. Meskipun Kanada dan Meksiko dibebaskan dari kebijakan tarif baru tersebut, tarif yang sudah diterapkan sebelumnya tetap berlaku bagi barang-barang yang masuk dalam perjanjian perdagangan antara ketiga negara. Hal ini mencerminkan ketegangan yang semakin meningkat di pasar global terkait kebijakan perdagangan AS yang semakin proteksionis.
Sementara itu, hasil jajak pendapat Reuters/Ipsos menunjukkan bahwa tiga dari empat orang Amerika mengkhawatirkan akan ada kenaikan harga barang-barang seiring dengan diberlakukannya tarif baru ini. Berdasarkan laporan, beberapa perusahaan mulai merasakan dampak langsung dari kebijakan tarif ini. Micron, perusahaan chip terkemuka, mengumumkan bahwa mereka akan mengenakan biaya tambahan pada pelanggan mereka terkait tarif yang mulai berlaku pada Rabu. Selain itu, pengecer pakaian di AS juga melaporkan bahwa mereka menunda pesanan dan menahan perekrutan tenaga kerja untuk mengantisipasi dampak lebih lanjut dari tarif tersebut.
Bagi konsumen, kenaikan harga barang yang mulai terasa dapat mengubah perilaku belanja mereka. Banyak konsumen yang berusaha menyimpan barang kebutuhan pokok, seperti beras, tepung, dan makanan kaleng, dengan harapan dapat menghindari lonjakan harga yang lebih tinggi di masa depan. Beberapa barang yang sudah terpengaruh langsung, seperti sepatu lari yang diproduksi di Vietnam, diperkirakan akan mengalami kenaikan harga yang signifikan. Sepatu yang sebelumnya dijual dengan harga $155 kini diprediksi akan dijual seharga $220 setelah tarif 46% diterapkan terhadap barang-barang yang diproduksi di negara tersebut.
Meskipun tarif ini belum memberikan dampak langsung terhadap kenaikan harga barang-barang yang sudah dalam perjalanan, para pengamat ekonomi memperkirakan bahwa dalam beberapa minggu ke depan, konsumen akan mulai merasakan lonjakan harga yang lebih meluas. Beberapa pengusaha yang dekat dengan Trump, termasuk sejumlah pemimpin bisnis, mulai mendorong agar presiden mempertimbangkan kembali kebijakan tarif ini, menyarankan agar kebijakan ini dikaji ulang sebelum dampaknya semakin merugikan ekonomi domestik.
Selain itu, harga minyak global yang sempat anjlok ke level terendah dalam empat tahun terakhir akhirnya mengalami pemulihan, meskipun pasar global masih sangat terpengaruh oleh ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan perdagangan AS ini. Di Eropa, Komisi Eropa mulai mempertimbangkan untuk mengenakan tarif balasan sebesar 25% terhadap berbagai produk AS, seperti kedelai, kacang, dan sosis, meskipun produk-produk tertentu seperti bourbon whiskey dikecualikan dari daftar tersebut. Sementara itu, perusahaan farmasi Eropa yang merasa khawatir dengan dampak kebijakan tarif ini, memperingatkan bahwa kebijakan tersebut bisa mempercepat pemindahan produksi mereka dari Eropa ke AS.
Opini:
Keputusan Presiden Trump untuk memberlakukan tarif tinggi terhadap China dan negara-negara lainnya menciptakan dampak yang cukup besar baik bagi ekonomi domestik AS maupun perekonomian global. Meskipun tarif ini mungkin dirancang untuk melindungi industri dalam negeri, dampaknya terhadap pasar saham dan harga barang sudah mulai terlihat. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan proteksionis ini bisa memperburuk keadaan ekonomi, memperlambat pertumbuhan, dan meningkatkan harga barang yang dirasakan langsung oleh konsumen. Jika kebijakan tarif ini tidak diimbangi dengan solusi yang lebih komprehensif untuk mengatasi ketegangan perdagangan, hal ini bisa mengarah pada ketidakstabilan ekonomi yang lebih besar, baik bagi AS maupun bagi mitra dagangnya di seluruh dunia. (NJD)
Sumber: Reuters