Ilmuwan Temukan “Indra Baru” yang Hubungkan Bakteri Usus dan Otak

Sumber ilustrasi: Pixabay

26 Juli 2025 17.05 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [26.07.2025] Penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Nature menyatakan bahwa hubungan antara usus dan otak manusia memiliki kompleksitas yang cukup tinggi untuk dianggap sebagai sebuah indra baru. Jalur komunikasi ini diyakini mampu memengaruhi perilaku, termasuk nafsu makan dan suasana hati. Temuan ini memperluas pemahaman kita tentang bagaimana mikroorganisme di dalam tubuh berinteraksi secara langsung dengan sistem saraf pusat.

Sebelumnya, koneksi antara usus dan otak telah dikaitkan dengan berbagai kondisi kesehatan seperti gangguan pencernaan, kecemasan, bahkan depresi. Namun, jalur fisik dan molekuler yang memungkinkan komunikasi langsung antara mikrobiota dan otak belum sepenuhnya teridentifikasi secara ilmiah. Studi dari tim ilmuwan di Universitas Duke, Amerika Serikat, mengungkap jalur sinyal baru yang melibatkan bakteri usus, sel-sel pencernaan, dan sistem saraf.

Dalam penelitian ini, tim peneliti memfokuskan perhatian pada protein flagellin, yakni komponen utama dari ekor bakteri yang sebelumnya dikenal sebagai pemicu respons imun tubuh. Akan tetapi yang ingin ditelusuri para ilmuwan adalah apakah flagelin juga dapat mengirim sinyal secara langsung ke otak melalui sistem saraf.

Melalui percobaan pada tikus yang telah dipuasakan, peneliti memberikan dosis kecil flagelin dan menemukan bahwa sinyal dari flagelin ditangkap oleh sel-sel khusus di usus besar, yang disebut neuropod, lalu diteruskan ke otak melalui saraf vagus. Hasilnya, tikus-tikus tersebut mengurangi jumlah makanannya secara signifikan, menunjukkan bahwa flagelin berperan sebagai pengatur nafsu makan berbasis mikroba.

Untuk memperkuat bukti, tim juga mematikan reseptor flagelin pada tikus lain. Tikus-tikus ini tidak menunjukkan penurunan nafsu makan, yang memperkuat hipotesis bahwa sinyal tersebut secara langsung memengaruhi perilaku makan melalui jalur saraf, bukan hanya reaksi kekebalan.

Temuan ini menyempurnakan pemahaman kita mengenai komunikasi antara sistem pencernaan dan otak. Sebelumnya, diketahui bahwa usus mengirimkan sinyal ke otak melalui hormon dan bahan kimia lain, tetapi studi ini menunjukkan adanya sistem sensorik real-time yang dapat mengubah perilaku langsung setelah terdeteksi adanya pola dari mikroba tertentu.

Para peneliti menyebut proses ini sebagai indra neurobiotik (neurobiotic sense), sebuah kemampuan tubuh untuk merespons sinyal molekuler dari mikroba yang tinggal di dalam sistem pencernaan. Dalam skema ini, mikroorganisme tidak hanya menjadi bagian pasif dari sistem tubuh, tetapi berfungsi sebagai penyampai informasi aktif yang memengaruhi sistem saraf.

Walaupun studi ini dilakukan pada tikus, namun para peneliti percaya mekanisme serupa mungkin juga terdapat pada manusia, mengingat banyaknya kesamaan antara sistem pencernaan dan neurologis keduanya. Langkah selanjutnya adalah meneliti bagaimana jenis makanan tertentu dapat memengaruhi komposisi mikroba usus dan, pada gilirannya, memengaruhi sinyal yang dikirim ke otak.

Temuan ini membuka kemungkinan baru dalam pemahaman tentang perilaku manusia dan kesehatan mental. Dengan mengenali adanya jalur komunikasi langsung antara mikroba usus dan otak, dunia kedokteran mungkin dapat mengembangkan pendekatan baru dalam menangani gangguan makan, obesitas, atau bahkan gangguan psikiatri. Lebih jauh lagi, jika indra neurobiotik dapat dimodulasi, maka manusia berpotensi mengontrol sebagian perilakunya melalui pengelolaan mikrobiota.

Setelah pengalaman global menghadapi pandemi COVID-19, masyarakat dan komunitas ilmiah kini jauh lebih siap memahami betapa pentingnya sistem komunikasi tersembunyi dalam tubuh. Studi ini memberikan peluang untuk mengembangkan terapi yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai “mitra biologis” dalam menjaga keseimbangan perilaku dan fungsi otak. (NJD)

Diolah dari artikel:
“An Extra Sense May Connect Gut Bacteria With Our Brain” oleh David Nield.

Link: https://www.sciencealert.com/an-extra-sense-may-connect-gut-bacteria-with-our-brain

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *