Harga Emas Tembus $4.000 per Ons Troy, Investor Berbondong-Bondong Cari Aset Aman

Sumber ilustrasi: Unsplash

12 Oktober 2025 10.10 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [12.10.2025] Harga kontrak berjangka emas untuk pertama kalinya menembus angka psikologis $4.000 per ons troy pada hari Selasa. Kenaikan ini terjadi di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan politik di Amerika Serikat, yang diperparah oleh penutupan pemerintahan federal yang masih berlangsung tanpa kejelasan waktu berakhirnya.

Sebelumnya, harga emas spot di New York ditutup pada $3.960,60 per ons troy pada Senin, namun melonjak signifikan sehari kemudian. Lonjakan ini menegaskan kecenderungan investor untuk mengalihkan dana mereka ke aset yang dianggap aman di tengah gejolak ekonomi dan kekacauan kebijakan di Washington.

Sejak awal tahun 2025, harga emas telah naik sekitar 50%, dari $2.670 menjadi lebih dari $4.003 per ons troy pada Selasa sore waktu setempat. Di sisi lain, harga perak justru mencatatkan kenaikan yang lebih besar secara persentase, dengan lonjakan hampir 60% dan diperdagangkan di bawah $48 per ons troy.

Kenaikan harga emas ini dipicu oleh meningkatnya permintaan investor terhadap aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi. Ketegangan yang muncul akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump terhadap barang impor telah membebani sektor bisnis dan rumah tangga. Hal ini turut mendorong kenaikan harga barang, menurunnya perekrutan tenaga kerja, dan meningkatnya pesimisme konsumen terhadap masa depan perekonomian AS.

Penutupan pemerintahan AS juga memberikan tekanan tambahan terhadap perekonomian. Sejumlah data ekonomi tertunda penerbitannya, sementara ribuan pegawai federal mulai merasakan dampak pemotongan gaji atau bekerja tanpa bayaran. Trump bahkan mengancam akan menggunakan situasi ini untuk melakukan pemecatan besar-besaran dan menutup kantor-kantor pemerintah secara permanen sebagai upaya menekan oposisi Demokrat.

Di tengah kondisi tersebut, analis komoditas dari UBS Global Wealth Management menyebut bahwa pelemahan dolar AS dan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve menjadi faktor lain yang mendukung kenaikan harga emas. Bank sentral AS memangkas suku bunga acuannya sebesar seperempat poin pada bulan lalu, dan diproyeksikan akan menurunkannya dua kali lagi hingga akhir tahun.

Selain faktor domestik, permintaan global terhadap emas juga meningkat. Bank-bank sentral dari berbagai negara memperbanyak cadangan emasnya, seiring meningkatnya ketegangan geopolitik, termasuk konflik yang terus berlangsung di Gaza dan Ukraina. Salah satu titik awal dari reli harga emas disebut terjadi sejak 2022, saat AS dan sekutunya membekukan sekitar $300 miliar aset Rusia sebagai tanggapan atas invasi ke Ukraina.

Kenaikan harga emas tidak hanya berdampak pada pasar keuangan, tetapi juga mulai terasa dalam industri perhiasan. Banyak toko perhiasan melaporkan peningkatan pelanggan yang datang untuk mengevaluasi nilai emas yang mereka miliki, bahkan beberapa memilih untuk menjual atau melebur emas warisan keluarga demi mendapatkan keuntungan.

Akan tetapi, bagi konsumen yang ingin membeli perhiasan emas, lonjakan harga ini menjadi hambatan. Biaya produksi yang meningkat akibat kenaikan harga bahan baku dan tarif impor menyebabkan harga produk jadi melonjak. Sejumlah peritel besar seperti Pandora dan Signet telah mengakui dalam laporan keuangannya bahwa tekanan ini mulai memengaruhi daya beli pelanggan.

Pandora misalnya, dalam pertemuan dengan investor, memperkirakan akan terjadi kenaikan harga umum pada produk perhiasan emas dan perak di seluruh industri. Faktor utama pendorongnya antara lain kenaikan harga logam mulia dan kebijakan tarif yang menekan margin usaha.

Sementara itu, perdebatan soal kelayakan emas sebagai investasi terus berlangsung. Sebagian pihak melihat emas sebagai aset lindung nilai yang mampu melindungi portofolio dari inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Namun, analis memperingatkan bahwa emas memiliki volatilitas tinggi, berkisar antara 10% hingga 15%, dan bahwa selisih harga beli dan jual emas fisik, terutama dalam bentuk kecil seperti koin atau batangan 1 gram, cenderung lebar.

Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) juga telah menyampaikan peringatan kepada publik mengenai risiko investasi di logam mulia. Menurut badan tersebut, emas dan perak bersifat sangat volatil, dan keuntungan cenderung berpihak pada penjual saat permintaan melonjak akibat ketidakstabilan ekonomi. CFTC juga menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi penipuan dan barang palsu yang beredar di pasar.

Lonjakan harga emas global juga membawa dampak negatif di sektor lingkungan dan kesehatan, khususnya di negara-negara berkembang. Meningkatnya permintaan emas mendorong aktivitas penambangan ilegal, yang banyak menggunakan merkuri sebagai bahan untuk memisahkan emas dari material lain.

Merkuri merupakan logam beracun yang dapat mencemari air, masuk ke rantai makanan melalui ikan, dan berakumulasi dalam tubuh manusia. Dampaknya mencakup gangguan neurologis dan perkembangan, bahkan dalam paparan skala kecil. Para pekerja tambang skala kecil dan masyarakat sekitar tambang berada dalam risiko tinggi terhadap keracunan merkuri.

Laporan dari Associated Press menunjukkan bahwa keracunan merkuri yang diakibatkan oleh penambangan emas ilegal telah terjadi di sejumlah negara, termasuk Senegal, Meksiko, dan Peru. Aktivitas ini menjadi dilema antara kebutuhan ekonomi masyarakat lokal dan kerusakan kesehatan serta lingkungan yang ditimbulkan.

Harga emas yang melesat hingga di atas $4.000 per ons mencerminkan kondisi ekonomi global yang rapuh dan ketidakpastian kebijakan domestik di Amerika Serikat. Gejolak akibat perang dagang, suku bunga rendah, penutupan pemerintahan, dan ketegangan geopolitik telah memperkuat persepsi emas sebagai aset aman. Namun, di balik euforia pasar, terdapat konsekuensi besar yang dirasakan oleh sektor lain, termasuk industri perhiasan dan lingkungan.

Bagi investor, emas tetap menjadi alat diversifikasi yang menarik, tetapi bukan tanpa risiko. Volatilitas tinggi, biaya selisih beli-jual, serta potensi penipuan menjadi faktor yang harus dipertimbangkan secara matang. Di sisi lain, lonjakan harga emas juga mencerminkan realitas global yang lebih gelap: meningkatnya ketidakstabilan, konflik, dan dampak sosial-lingkungan yang mendalam.

Diolah dari artikel:
“Gold futures rise above $4,000 per ounce for the first time” oleh Wyatte Grantham-Philips.

Link: https://apnews.com/article/gold-record-price-silver-shutdown-fbe2b3c43780923569a7b5db1a55f06b

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *