Dua Mutasi Genetik Membuat Kuda Jinak dan Dapat Ditunggangi?

Sumber ilustrasi: Freepik

20 Oktober 2025 11.35 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [20.10.2025] Kuda telah menjadi salah satu pendorong utama dalam kemajuan peradaban manusia, khususnya dalam bidang transportasi, peperangan, dan pertanian. Peran penting hewan ini dalam sejarah manusia telah lama menjadi perhatian para peneliti, terutama dalam memahami bagaimana proses domestikasi mengubah sifat dan fisik kuda liar menjadi hewan jinak dan mudah dikendarai. Penelitian sebelumnya telah mengungkap bahwa kuda modern pertama kali dijinakkan di wilayah barat daya Rusia lebih dari 4.200 tahun yang lalu. Akan tetapi, aspek genetik yang memungkinkan terjadinya transformasi perilaku dan bentuk tubuh kuda masih belum sepenuhnya terjelaskan.

Studi terbaru yang melibatkan tim ilmuwan dari Prancis, Tiongkok, dan Swiss kini berhasil mengungkap dua mutasi genetik utama yang diperkirakan menjadi kunci dalam domestikasi kuda. Dengan membandingkan genom dari puluhan kuda purba dan modern, para peneliti menemukan bahwa perubahan pada dua gen khusus berperan besar dalam menjinakkan kuda serta meningkatkan kemampuannya untuk membawa beban dan ditunggangi manusia.

Dalam studi ini, peneliti menganalisis genom dari 71 ekor kuda yang berasal dari berbagai ras dan periode sejarah. Dari 266 titik dalam genom yang diamati, ditemukan sembilan gen yang menunjukkan tanda-tanda seleksi kuat. Hal ini mengindikasikan bahwa sifat-sifat yang dihasilkan oleh gen-gen tersebut kemungkinan besar telah menjadi target pemuliaan oleh manusia.

Dua gen menonjol dalam analisis ini. Gen pertama, yang dikenal sebagai ZPFM1, menunjukkan jejak seleksi kuat sekitar 5.000 tahun yang lalu. Berdasarkan data dari penelitian sebelumnya pada tikus dan manusia, gen ini berkaitan dengan pengaturan kecemasan dan kesejahteraan psikologis. Perubahan pada gen ini diyakini telah menurunkan tingkat kecemasan pada kuda, sehingga membuatnya lebih jinak dan mudah dilatih oleh manusia pada masa awal domestikasi.

Gen kedua yang ditemukan berada di dekat wilayah GSDMC, yang mengalami proses seleksi intensif antara 4.700 hingga 4.200 tahun yang lalu. Mutasi di wilayah ini, dalam konteks manusia, dikaitkan dengan keluhan nyeri punggung, sementara pada kuda berkaitan dengan proporsi panjang tubuh terhadap tinggi. Untuk memahami dampaknya lebih lanjut, para peneliti melakukan eksperimen pada tikus laboratorium yang gennya dimodifikasi agar tidak mengekspresikan GSDMC. Tikus-tikus tersebut tumbuh dengan tulang belakang lebih lurus dan anggota tubuh depan yang lebih kuat. Berdasarkan temuan ini, para ilmuwan menyimpulkan bahwa mutasi pada GSDMC mungkin telah memengaruhi struktur tulang dan gerakan kuda, sehingga menjadikannya lebih stabil dan kuat untuk dikendarai.

Dalam kurun waktu hanya beberapa ratus tahun, varian gen ini menyebar luas dalam populasi kuda. Dari yang awalnya nyaris tidak terlihat, varian ini akhirnya ditemukan pada hampir seluruh kuda domestik. Kuda-kuda yang membawa mutasi ini juga tercatat memiliki jumlah keturunan sekitar 20 persen lebih banyak dibandingkan yang tidak, memperkuat dugaan bahwa manusia secara aktif memilih kuda dengan sifat tersebut untuk dikembangbiakkan.

Para ahli genetika menilai temuan ini sangat relevan dengan catatan arkeologis yang menunjukkan periode awal penjinakan kuda. Meskipun masih mungkin terdapat gen lain yang belum teridentifikasi, dan teknik pelatihan kuda yang bersifat kultural tidak meninggalkan jejak pada DNA, namun perubahan biologis ini cukup signifikan untuk menjelaskan mengapa kuda dapat beradaptasi dengan kebutuhan manusia secara luar biasa.

Penelitian terbaru ini menegaskan bahwa domestikasi kuda bukan sekadar proses perilaku, tetapi juga melibatkan perubahan genetik yang mendalam. Mutasi pada gen ZPFM1 kemungkinan besar berkontribusi pada sifat jinak kuda, sedangkan perubahan pada gen GSDMC meningkatkan kemampuan kuda dalam membawa beban dan dikendarai. Perpaduan dari dua perubahan genetik ini menjadi dasar penting dalam membentuk kuda modern yang kita kenal saat ini.

Temuan ini tidak hanya memberikan pemahaman baru tentang sejarah domestikasi kuda, tetapi juga menggambarkan bagaimana interaksi manusia dengan hewan dapat secara langsung membentuk biologi spesies lain. Dengan teknologi genetika yang terus berkembang, para ilmuwan kini memiliki peluang lebih besar untuk menelusuri jejak domestikasi pada hewan lain dan memahami hubungan timbal balik antara manusia dan alam secara lebih mendalam.

Diolah dari artikel:
“Horses became gentle and easy to ride thanks to two gene mutations” oleh Jake Buehler.

Note: This article was made as part of a dedicated effort to bring science closer to everyday life and to inspire curiosity in its readers.

Link: https://www.snexplores.org/article/horses-ride-tame-genes-breeding

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *