Oleh: Untoro Hariadi
Konsep Among Tani Dagang Layar yang digagas Sri Sultan Hamengkubuwono X sejak 2012 membuka paradigma baru dalam pembangunan DIY, mengarahkan transformasi dari basis agraris (“among tani”) menuju orientasi maritim (“dagang layar”). Meski demikian, keberlanjutan sektor pertanian tetap krusial sebagai tulang punggung ketahanan pangan dan identitas kultural DIY yang telah berlangsung berabad-abad. Keseimbangan antara keduanya menjadi tantangan utama dalam mewujudkan pembangunan yang merata dan berkelanjutan.
Dilema Alih Fungsi
Alih fungsi lahan pertanian di DIY telah mencapai level kritis dengan 200-300 hektar lahan pertanian produktif berubah fungsi setiap tahun menjadi perumahan, kawasan industri, dan fasilitas pariwisata. Akibatnya, terjadi penurunan produksi pangan lokal sebesar 15-20% dalam satu dekade terakhir dan meningkatnya ketergantungan terhadap pasokan dari luar daerah hingga 40% untuk beras dan 60% untuk sayuran. Perubahan ini juga menyebabkan lebih dari 5.000 petani tradisional kehilangan mata pencaharian dan tidak terserap dalam sektor ekonomi baru. Fenomena ini terus berlanjut tanpa pengawasan dan regulasi yang memadai, mengancam tidak hanya ketahanan pangan regional tetapi juga warisan budaya agraris yang telah menjadi identitas DIY selama berabad-abad.
Keseimbangan Pembangunan Wilayah
Pengalihan fokus pembangunan tidak boleh memarginalisasi sektor pertanian. Keduanya harus berjalan selaras untuk menciptakan ketahanan ekonomi dan pangan berkelanjutan. Strategi pengembangan kawasan pesisir di tiga kabupaten—Kulon Progo, Bantul, dan Gunungkidul—harus diimplementasikan dengan pendekatan holistik, termasuk pemetaan zona pembangunan yang memisahkan kawasan industri maritim dengan lahan pertanian produktif, pembentukan koridor ekonomi yang menghubungkan wilayah pesisir dan pedalaman, serta revitalisasi dan modernisasi sektor pertanian di wilayah pedalaman.
Transformasi DIY tidak boleh meninggalkan akar historisnya sebagai pusat peradaban agraris. Justru kekuatan maritim harus dibangun di atas pondasi pertanian yang kokoh, menciptakan sistem yang saling mendukung alih-alih saling menegasikan. Perencanaan tata ruang yang terpadu menjadi kunci untuk mewujudkan visi pembangunan berimbang antara sektor pertanian dan maritim, menghindari fragmentasi wilayah berdasarkan orientasi ekonomi semata.
Pertanian Masa Depan
Tantangan utama dalam mempertahankan “among tani” adalah minimnya daya tarik sektor pertanian bagi generasi muda. Untuk mengatasinya, diperlukan modernisasi dan digitalisasi pertanian melalui berbagai inovasi teknologi, seperti pertanian presisi dengan teknologi IoT yang dapat meningkatkan efisiensi air hingga 30%, penggunaan drone yang mampu mengurangi penggunaan pestisida hingga 40%, pertanian vertikal yang dapat meningkatkan produktivitas hingga 10 kali lipat per meter persegi, serta sistem hidroponik dan aeroponik yang menghemat penggunaan air hingga 90% dibandingkan pertanian konvensional.
Adopsi teknologi digital dalam pertanian bukan sekadar pilihan, tetapi keharusan bagi daerah yang ingin mempertahankan kedaulatan pangannya di tengah tekanan urbanisasi dan perubahan iklim. Integrasi teknologi ini juga memberikan citra baru bagi pertanian sebagai sektor yang inovatif dan dinamis, menghapus stigma keterbelakangan yang selama ini melekat pada profesi petani. Petani masa depan adalah mereka yang menguasai teknologi dan mampu mengoptimalkan sumber daya dengan pendekatan ilmiah yang terukur.
Regenerasi Petani
Program “Petani Milenial DIY” perlu dirumuskan secara komprehensif dengan insentif khusus bagi pemuda yang mengembangkan pertanian modern. Dukungan tersebut meliputi pelatihan teknis pertanian berbasis teknologi, akses permodalan lunak dengan suku bunga rendah dan grace period yang memadai, jaminan pasar melalui kemitraan dengan industri pengolahan dan jaringan ritel modern, serta insentif pajak untuk tahun-tahun awal usaha pertanian.
Survei menunjukkan hanya 15% lulusan perguruan tinggi di DIY yang bersedia terjun ke sektor pertanian, sementara 85% lebih memilih berkarir di sektor jasa dan industri. Dengan pendekatan terintegrasi, generasi muda akan melihat pertanian sebagai profesi yang menjanjikan secara ekonomi dan sosial, bukan sekadar alternatif terakhir ketika tidak mendapatkan pekerjaan di sektor lain. Dalam jangka panjang, regenerasi petani ini akan menjadi kunci bagi keberlanjutan sektor pertanian di DIY.
Sinergi Darat-Laut
Konsep Among Tani Dagang Layar membuka peluang sinergi antara sektor pertanian dan maritim melalui pengembangan industri pengolahan terpadu. Fasilitas pengolahan hasil laut di pesisir selatan DIY dapat mengintegrasikan bahan baku pertanian dari pedalaman, menciptakan produk bernilai tambah tinggi. Pengembangan industri pengolahan hasil laut terintegrasi dengan produk pertanian berpotensi meningkatkan nilai tambah hingga 45% dan menciptakan sekitar 12.000 lapangan kerja baru di kawasan pesisir selatan DIY.
Rantai pasok terintegrasi menjadi penghubung vital antara sektor pertanian dan maritim, didukung oleh infrastruktur pendukung multifungsi seperti jalan akses, pelabuhan dengan fasilitas ekspor hasil pertanian dan perikanan, serta pusat logistik terpadu. Teknologi blockchain untuk transparansi dan efisiensi rantai pasok akan meningkatkan kepercayaan konsumen dan efisiensi distribusi. Dengan pendekatan integratif ini, petani di pedalaman DIY tidak akan merasa terpinggirkan dalam agenda pembangunan daerah yang berorientasi maritim.
Desa sebagai Produsen Pangan
Untuk menjaga keberlangsungan desa sebagai entitas produsen pangan, diperlukan strategi inovatif seperti pengembangan Desa Mandiri Pangan melalui diversifikasi tanaman dan ternak, yang telah terbukti meningkatkan ketahanan pangan hingga 35% dan pendapatan petani sebesar 25%. Penguatan lumbung desa modern dengan teknologi penyimpanan yang memperpanjang umur simpan hasil panen akan meningkatkan ketahanan pangan lokal.
Agrowisata Desa telah meningkatkan pendapatan rata-rata 35% lebih tinggi dibandingkan desa yang mengandalkan pertanian konvensional. Penciptaan paket wisata edukasi yang memperkenalkan proses pertanian dari hulu ke hilir menarik wisatawan yang mencari pengalaman unik. Implementasi Pertanian Berkelanjutan melalui sistem pertanian organik, agroforestri, dan pertanian regeneratif sangat penting untuk menjaga kualitas lingkungan. Perlindungan Lahan Pertanian melalui penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), insentif fiskal, dan pengawasan perizinan yang ketat merupakan prasyarat untuk mempertahankan fungsi desa sebagai produsen pangan.
Penutup
Transformasi DIY dari “among tani” ke “dagang layar” bukan proses substitusi, melainkan relasi komplementer yang saling memperkuat. Keduanya harus berjalan beriringan untuk menciptakan ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Dengan pendekatan pembangunan holistik dan berimbang, DIY berpotensi menjadi pionir model pembangunan berkelanjutan yang mengharmoniskan sektor pertanian dan maritim. Pendekatan pembangunan berimbang berpotensi meningkatkan PDRB DIY hingga 7% per tahun dan menurunkan angka kemiskinan hingga 3% per tahun.
Visi Among Tani Dagang Layar, jika diimplementasikan dengan pendekatan integratif dan berkesinambungan, akan mengantarkan DIY menuju masa depan yang makmur dan berkelanjutan, di mana sektor pertanian dan maritim sama-sama memberikan kontribusi signifikan dalam kemajuan daerah istimewa ini.
Dr. Untoro Hariadi
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Janabadra