Apakah Otak Bisa Kehabisan Memori?

Sumber ilustrasi: Freepik

16 Juli 2025 07.45 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Desanomia [16.07.2025] Kita sering kali merasa otak penuh saat stres atau kelelahan. Akan tetapi sains menunjukkan bahwa memori otak manusia tidak bekerja seperti ruang penyimpanan pada komputer. Otak tidak memiliki batas kapasitas tetap dan bahkan kemampuan otak untuk menyimpan informasi sangatlah fleksibel dan adaptif.

Berbeda dengan ponsel atau laptop yang bisa kehabisan ruang penyimpanan, otak manusia beroperasi dengan cara yang jauh lebih kompleks. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering merasa kewalahan atau seperti “kehabisan tempat” untuk menyimpan informasi, terutama saat menghadapi beban kerja berat atau belajar menjelang ujian. Akan tetapi para ahli saraf mengatakan bahwa perasaan tersebut tidak merefleksikan kenyataan biologis dari sistem memori manusia.

Menurut Elizabeth Kensinger, profesor psikologi dan ilmu saraf di Boston College, tidak ada batas bermakna dalam jumlah informasi yang dapat disimpan otak manusia yang sehat. Kensinger menjelaskan bahwa memori bukan sekadar tempat menyimpan masa lalu, melainkan perangkat penting untuk memahami kondisi saat ini, membuat prediksi, dan membangun pengetahuan di masa depan.

Memori dalam otak tidak disimpan dalam satu “lokasi” seperti file digital. Sebaliknya, satu kenangan didistribusikan ke berbagai bagian otak melalui pola aktivitas neuron yang disebut engram. Setiap memori melibatkan sekelompok neuron yang terhubung secara unik, yang dimana pola ini disebut sebagai representasi terdistribusi. Dengan adanya pola ini memungkinkan setiap neuron untuk berperan dalam banyak memori secara bersamaan.

Contohnya, memori tentang ulang tahun ke-12 tidak disimpan dalam satu area otak. Warna balon, rasa kue, suara nyanyian, dan perasaan gembira masing-masing diolah oleh bagian otak berbeda seperti korteks visual, sensor rasa, sistem pendengaran, dan pusat emosi. Ketika kita mengingat kembali peristiwa tersebut, pola-pola saraf ini aktif bersamaan, membangkitkan kembali pengalaman tersebut.

Distribusi ini memberikan banyak keuntungan. Oleh karena satu neuron bisa terlibat dalam berbagai kombinasi memori, jumlah potensi penyimpanan dalam otak meningkat secara eksponensial. Menurut Paul Reber, profesor ilmu saraf di Northwestern University, inilah yang memberi otak kapasitas memori yang sangat besar. Bahkan jika beberapa neuron rusak, sebagian besar memori tetap dapat diakses karena tersebar di banyak tempat.

Akan tetapi jika kapasitas bukan masalah, lalu mengapa kita tidak dapat mengingat segalanya? Reber menjelaskan bahwa sistem memori otak bekerja jauh lebih lambat dibandingkan aliran informasi yang kita terima. Otak kita hanya mampu menyimpan sebagian kecil dari seluruh pengalaman yang kita alami. Diinya menyamakan otak dengan kamera video yang hanya merekam sekitar 10% dari semua hal yang terjadi.

Informasi yang berhasil masuk ke memori jangka panjang melewati proses konsolidasi, yakni penguatan memori yang memungkinkan informasi bertahan lama. Justru di proses inilah terletak “bottleneck” atau penyempitan alur kerja, bukan pada keterbatasan ruang penyimpanan.

Lebih lanjut, otak juga tidak dirancang untuk mengingat segala hal secara detail. Lila Davachi, profesor psikologi dan ilmu saraf di Columbia University, menekankan bahwa sistem memori manusia berevolusi untuk membantu bertahan hidup, bukan untuk mengarsip seluruh pengalaman hidup. Itulah sebabnya, otak kita hanya menyimpan hal-hal yang relevan dan adaptif.

Kita mungkin masih menyimpan kenangan masa kuliah atau kejadian acak di masa lalu, tetapi Davachi menyebut ini sebagai “kecelakaan sistem”, memori yang tersimpan bukan karena diperlukan, melainkan karena efisiensi otak yang luar biasa dalam mengolah dan mengingat.

Kensinger juga menambahkan bahwa otak memiliki mekanisme efisien untuk menggeneralisasi pengalaman. Jika suatu aktivitas dilakukan berulang, seperti berkendara ke kantor setiap hari, otak akan menyimpan bentuk umum (skema), bukan setiap detail perjalanan. Hanya kejadian yang tidak biasa, sebagai contoh banjir di jalan atau kecelakaan nyaris terjadi, yang disimpan sebagai memori spesifik.

Alih-alih mengalami keterbatasan ruang, otak manusia secara dinamis menjalankan proses adaptasi, seleksi, dan rekonstruksi memori guna menunjang fungsi kognitif, pembelajaran, serta kemampuan bertahan hidup. Sistem memori ini bekerja dengan tingkat efisiensi dan ketahanan yang tinggi, ditandai oleh kapasitas penyimpanan yang fleksibel, kemampuan memilah informasi secara selektif, serta penyebaran representasi memori di berbagai wilayah otak yang memungkinkan redundansi dan perlindungan terhadap kehilangan data.

Oleh karena itu, apabila seseorang lupa terhadap hal-hal kecil seperti lokasi meletakkan kunci atau cangkir kopi, hal tersebut tidak serta-merta menandakan bahwa kapasitas memori telah terlampaui. Kemungkinan besar sistem memori otak secara aktif memprioritaskan informasi yang dianggap lebih relevan atau signifikan, sejalan dengan fungsi adaptif yang menjadi dasar evolusi memori manusia.

Diolah dari artikel:
“Can Your Brain Run Out of Memory?” oleh Roberta McLain.

Link: https://www.livescience.com/health/neuroscience/can-your-brain-run-out-of-memory

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *