Sumber ilustrasi: Wikimedia Commons
19 September 2025 11.25 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [19.09.2025] Binturong, mamalia arboreal yang berasal dari hutan tropis Asia Selatan dan Tenggara, dikenal luas karena penampilannya yang unik menyerupai perpaduan antara beruang dan kucing. Namun, karakteristik paling mencolok dari hewan ini justru datang dari indra penciuman: aromanya menyerupai popcorn mentega hangat. Fenomena ini bukan sekadar keunikan biologis, tetapi juga menjadi bagian integral dari sistem komunikasi spesies ini di habitatnya yang padat dan minim cahaya.
Spesies dengan nama ilmiah Arctictis binturong ini merupakan anggota keluarga musang (Viverridae), yang sebagian besar merupakan mamalia nokturnal. Dengan panjang tubuh mencapai 60 hingga 90 sentimeter dan berat antara 11 hingga 36 kilogram, binturong memiliki tubuh kekar, bulu hitam lebat, dan kumis panjang. Di siang hari, hewan ini lebih banyak beristirahat di atas dahan, sementara malam hari dimanfaatkan untuk mencari makan berupa mamalia kecil, burung, serangga, ikan, hingga buah-buahan.
Salah satu aspek paling menarik dari binturong adalah kemampuannya menghasilkan aroma yang menyerupai popcorn yang baru dimasak. Aroma ini dihasilkan oleh senyawa kimia bernama 2-asetil-1-pirolin, yang juga muncul dalam proses pemanggangan roti dan pembuatan popcorn. Senyawa tersebut dilepaskan melalui kelenjar di bawah ekor, dan disebarkan ke ranting dan daun saat binturong bergerak di antara pepohonan. Fungsi utama dari aroma ini adalah untuk menandai wilayah serta memberi sinyal kehadiran kepada binturong lain di lingkungan sekitar.
Dalam ekosistem hutan tropis yang lebat dan remang, komunikasi visual menjadi kurang efektif. Penggunaan bau sebagai penanda ini menjadi solusi adaptif yang efisien. Studi yang dipublikasikan pada tahun 2016 menunjukkan bahwa aroma popcorn pada binturong jantan lebih kuat dibanding betina. Hal ini diasumsikan sebagai bagian dari strategi reproduktif, di mana senyawa tersebut berfungsi untuk menunjukkan status hormonal jantan kepada betina, yang berpotensi mempengaruhi pemilihan pasangan.
Selain kemampuannya menghasilkan aroma unik, binturong juga dikenal sebagai pemanjat pohon yang handal. Ekor panjang yang berotot dan bersifat prehensil memungkinkan hewan ini mencengkeram dahan seperti tangan kelima. Hanya ada dua mamalia karnivora di dunia yang memiliki ekor sepenuhnya prehensil, dan binturong adalah salah satunya, menunjukkan adaptasi yang sangat khas terhadap gaya hidup arboreal.
Meskipun penglihatan binturong lemah di siang hari akibat adaptasi terhadap kehidupan nokturnal, indra penciumannya yang tajam serta kemampuan vokalisasi menjadi alat penting dalam orientasi dan interaksi sosial. Dalam kondisi tenang, binturong sering mengeluarkan suara seperti dengkuran atau cekikikan, sementara rasa takut atau gangguan memicu respons berupa desisan, lolongan, atau jeritan.
Binturong merupakan contoh luar biasa dari evolusi adaptif di lingkungan tropis yang menantang. Keunikan aroma tubuhnya bukan sekadar ciri khas biologis, tetapi memiliki fungsi sosial dan ekologis yang signifikan. Penggunaan senyawa kimia sebagai sarana komunikasi menunjukkan betapa kompleksnya interaksi antarindividu dalam spesies ini, khususnya dalam kondisi pencahayaan rendah di kanopi hutan.
Kemampuan arboreal, penggunaan ekor prehensil, dan perilaku nokturnal yang terkoordinasi dengan sistem komunikasi kimia, menjadikan binturong salah satu spesies paling menarik dalam dunia mamalia tropis. Pengetahuan ini dapat menjadi dasar penting dalam upaya konservasi spesies yang kini menghadapi ancaman dari perusakan habitat dan perburuan ilegal.
Diolah dari artikel:
“Binturong: The bearcat that smells like hot buttered popcorn” oleh Lydia Smith.