Sumber ilustrasi: Freepik
30 Agustus 2025 08.50 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [30.08.2025] Kacang merah adzuki adalah bahan dasar yang sangat populer dalam beragam makanan manis khas Asia Timur. Pasta manis dari kacang ini menjadi isian utama dalam mochi, kue bulan, hingga taiyaki. Akan tetapi, terlepas dari persebaran dan penggunaannya yang luas, asal mula budidaya kacang ini telah lama menjadi misteri. Selama bertahun-tahun, para ilmuwan memperdebatkan apakah kacang adzuki pertama kali dibudidayakan di China, yang memiliki keragaman genetik lebih tinggi, atau di Jepang, yang memiliki catatan arkeologis lebih tua.
Melalui analisis genetika terbaru terhadap hampir 700 varietas kacang adzuki yang tersebar di Asia, para peneliti kini dapat mengungkap asal-usul sebenarnya dari kacang merah ini. Penelitian tersebut menggabungkan data genetik dari tanaman liar dan varietas yang telah dibudidayakan, serta mengkaji jejak DNA yang terdapat dalam inti dan kloroplas sel tumbuhan. Hasilnya menunjukkan bahwa kacang adzuki pertama kali dibudidayakan di Jepang sekitar 3.000 hingga 5.000 tahun yang lalu, dan praktik ini kemudian menyebar ke daratan China.
Secara alami, kacang adzuki tumbuh dalam polong dan memiliki cita rasa manis dengan sentuhan rasa kacang. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa masyarakat Jomon di Jepang, yang hidup sejak 16.000 tahun lalu, mungkin sudah mengenal tanaman ini. Namun, sebelumnya, para peneliti menganggap China sebagai pusat asal budidaya karena variasi genetik kacang adzuki di sana jauh lebih besar daripada di Jepang, sebuah karakteristik yang umum ditemukan pada tanaman yang telah lama dibudidayakan.
Penelitian terbaru menyatukan dua jenis data genetik: genom inti (nuclear genome) yang diwarisi dari kedua induk tanaman, dan DNA kloroplas yang hanya diturunkan melalui jalur betina. Dalam genom inti, varietas dari China memang menunjukkan keragaman yang lebih besar. Namun, DNA kloroplas dari kacang merah China justru menunjukkan kemiripan yang kuat dengan varietas liar dari Jepang. Karena DNA kloroplas berevolusi lebih lambat dan hanya diwariskan dari satu pihak, bukti ini menunjukkan bahwa nenek moyang kacang adzuki yang dibudidayakan di China sebenarnya berasal dari Jepang.
Dari temuan ini, para peneliti menyimpulkan bahwa budidaya kacang adzuki dimulai di Jepang, kemudian menyebar ke China. Di sana, varietas dari Jepang disilangkan dengan varietas liar setempat, menciptakan keragaman genetik yang lebih tinggi pada populasi saat ini. Meski demikian, jejak kloroplas dari varietas Jepang masih tertinggal dalam tanaman kacang merah China saat ini, membuktikan bahwa asal-usul budidayanya memang bermula di Jepang.
Selain menelusuri asal-usul geografis, penelitian ini juga mengungkap perubahan genetik yang membuat kacang adzuki tampil dengan warna merah khasnya. Varietas liar awalnya berwarna pucat dengan bintik-bintik gelap, tetapi mutasi pada gen penghasil pigmen menyebabkan pigmen merah menyebar ke seluruh permukaan biji. Mutasi lain menghilangkan pola berbintik yang ada pada tanaman liar. Lebih lanjut, mutasi ketiga membuat polong lebih tahan pecah, sebuah sifat yang menguntungkan bagi pertanian, namun tidak adaptif di alam liar.
Ketiga mutasi ini diketahui telah menyebar sekitar 10.000 tahun yang lalu, jauh sebelum proses domestikasi kacang adzuki dimulai di Jepang. Temuan ini menunjukkan bahwa manusia mungkin telah memilih tanaman dengan sifat-sifat tertentu sejak dini, bahkan sebelum benar-benar membudidayakannya. Warna merah, misalnya, telah lama dianggap membawa keberuntungan di banyak budaya Asia, dan masyarakat Jomon diketahui menggunakan warna merah dalam keramik mereka, yang mungkin mencerminkan preferensi estetika dan budaya terhadap warna tersebut.
Peneliti dari tim ini menyampaikan bahwa temuan genetika ini melengkapi bukti arkeologis yang sudah ada, dan memperkuat dugaan bahwa masyarakat Jomon tidak hanya berburu dan mengumpulkan makanan, tetapi juga berperan aktif dalam domestikasi tanaman. Mereka kemungkinan besar membentuk dan menyaring sifat-sifat kacang adzuki selama ribuan tahun sebelum akhirnya benar-benar menjadikannya tanaman budidaya.
Penelitian terbaru mengenai DNA kacang adzuki berhasil menjawab pertanyaan lama tentang asal-usul tanaman ini. Meskipun varietas dari China menunjukkan keragaman genetik yang lebih tinggi, bukti DNA kloroplas mengarahkan asal mula budidaya ke Jepang, sekitar 3.000–5.000 tahun yang lalu. Budidaya tersebut kemudian menyebar ke China, di mana tanaman lokal dan introduksi dari Jepang dikawinsilangkan, menciptakan populasi kacang adzuki yang beragam seperti sekarang.
Temuan ini tidak hanya menjelaskan sejarah domestikasi kacang merah adzuki, tetapi juga mengungkap dinamika hubungan antara manusia, budaya, dan evolusi tanaman. Dari warna merah yang dipilih karena nilai simbolik, hingga mutasi genetik yang mempermudah panen, kacang adzuki adalah contoh nyata bagaimana manusia membentuk alam untuk memenuhi kebutuhan rasa, estetika, dan simbolisme budaya.
Diolah dari artikel:
“DNA reveals the origin of East Asia’s favorite sweet bean” oleh Celina Zhao.
Link: https://www.snexplores.org/article/sweet-red-adzuki-bean-origin-asia-dna