Sumber ilustrasi: Wikimedia.commons
31 Agustus 2025 08.15 WIB – Umum
_________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Desanomia [31.08.2025] Jamur dari genus Ophiocordyceps, yang dikenal luas karena kemampuannya menginfeksi dan mengendalikan perilaku serangga seperti semut dan lalat, ternyata telah menjalankan mekanisme ‘zombifikasi’ ini sejak 99 juta tahun yang lalu. Temuan ini diungkap melalui dua fosil luar biasa yang terawetkan dalam ambar, memperlihatkan spora jamur yang meledak dari tubuh seekor semut dan seekor lalat prasejarah.
Sebelumnya, sejarah evolusi jamur ini masih menjadi misteri karena sifat tubuh jamur yang lunak dan jarang membatu menjadi fosil. Temuan baru ini tidak hanya menunjukkan bahwa Ophiocordyceps purba memiliki kemiripan mencolok dengan spesies modern, tetapi juga memperluas pemahaman ilmiah mengenai interaksi jangka panjang antara parasit dan inangnya.
Penemuan ini berawal dari peneliti Yuhui Zhuang di Universitas Yunnan, Tiongkok, yang secara tidak sengaja menemukan fosil semut yang tidak biasa saat meneliti koleksi spesimen di ruang bawah tanah laboratorium. Pada awalnya, struktur menonjol dari punggung semut itu diduga sebagai sayap yang sedang tumbuh. Namun, pemindaian tiga dimensi mengungkap bahwa struktur tersebut adalah jamur yang muncul dari kelenjar di punggung semut.
Jamur yang ditemukan memiliki struktur spora dan bentuk pertumbuhan yang sangat mirip dengan Ophiocordyceps masa kini. Spora tumbuh dari struktur berbentuk kubah yang telah meledak dari bagian belakang tubuh serangga. Penelusuran lebih lanjut oleh tim peneliti menemukan fosil lalat dalam koleksi berbeda yang juga menunjukkan tanda-tanda infeksi jamur serupa. Kedua fosil tersebut berasal dari periode yang sama, yaitu sekitar 99 juta tahun lalu.
Temuan ini menunjukkan bahwa nenek moyang jamur zombie telah menginfeksi berbagai jenis serangga sejak zaman Kapur. Menurut para peneliti, ini menandakan bahwa evolusi jamur berjalan beriringan dengan kemunculan inang seperti semut dan lalat. Mengingat bahwa fosil semut tertua yang diketahui berusia 113 juta tahun, kemungkinan besar infeksi parasitik seperti ini telah berlangsung hampir sepanjang sejarah semut.
Semut dalam fosil tersebut berada dalam tahap pupa, yakni fase yang tidak memungkinkan pergerakan atau perilaku aktif. Para ilmuwan menduga bahwa jamur tidak mengendalikan perilaku semut ini secara langsung. Sebaliknya, kemungkinan besar semut dewasa di sarang mengenali infeksi dan membuang pupa keluar sarang untuk mencegah penyebaran. Di luar sarang, jamur dapat menyelesaikan siklus hidupnya dengan melepaskan spora ke lingkungan.
Paleontolog Conrad Labandeira dari National Museum of Natural History menyatakan bahwa dari sudut pandang seekor serangga, ini merupakan kisah yang sangat mengerikan. Temuan ini memberikan bukti kuat bahwa interaksi parasitisme antara jamur dan serangga telah berkembang jauh sebelum zaman manusia.
Temuan fosil semut dan lalat yang terinfeksi jamur zombie dari 99 juta tahun lalu membuka wawasan baru dalam sejarah evolusi interaksi parasit-inang. Dengan kesamaan morfologi antara Ophiocordyceps purba dan spesies modern, penelitian ini memberikan gambaran bagaimana jamur ini telah berevolusi bersamaan dengan serangga yang menjadi korbannya sejak awal kemunculan mereka.
Meskipun jamur ini telah lama menjadi subjek penelitian karena kemampuannya mengendalikan perilaku inangnya, bukti langsung dari masa lalu yang sejauh ini sangat langka. Temuan langka dalam bentuk fosil ambar ini menjadi titik penting dalam memahami asal usul dan perkembangan perilaku ‘zombifikasi’ dalam ekosistem serangga. Selain nilai paleontologisnya, studi ini juga memperkaya pemahaman tentang dinamika parasitisme jangka panjang dalam dunia biologis.
Diolah dari artikel:
“Fungi have been ‘zombifying’ insects for 99 million years” oleh Sofia Caetano Avritzer.
Link: https://www.snexplores.org/article/fungi-zombie-insects-fossil